"Kau tetap harus ikut,"
"Aku tetap tidak bisa,"
"Kenapa?" tanya Cin Shi dengan tatapan mata yang lebih tajam lagi.
"Karena aku masih mempunyai urusan penting yang harus diselesaikan dengan segera,"
"Apakah urusanmu itu tidak bisa ditunda?"
"Tidak bisa. Karena aku telah berjanji kepada seseorang bahwa aku akan menyelesaikannya dalam waktu dekat ini,"
Cin Shi si Pertapa Dari Gunung Barat menghela nafas panjang. Helaan nafasnya seolah-olah mengandung sedikit penyesalan. Wajahnya pun seketika berubah.
Li Yong dapat melihat semua itu. Karena merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh orang tua tersebut, maka kemudian katanya, "Kalau kau mau, aku bisa menemuimu kembali setelah urusanku ini selesai,"
"Hemm, Baiklah. Jika urusanmu sudah selesai, datanglah ke Gunung Barat. Dari sini, jaraknya tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan setengah hari perjalanan saja," ucapnya kemudian.
"Baik. Dalam waktu sepuluh hari ke depan, aku pasti akan datang ke sana untuk menemuimu," kata Li Yong sambil menganggukkan kepala.
"Aku akan menunggumu. Sampai jumpa sepuluh hari lagi," jawab Cin Shi.
Setelah berkata demikian, dia langsung membalikkan tubuhnya. Orang tua itu segera pergi dari sana.
Li Yang sendiri juga langsung membalikkan badannya. Setelah berada di atas punggung kuda, dia segera menengok ke arah sebelumnya.
Pemuda itu dibuat sedikit terkejut ketika dia tidak bisa lagi melihat bayangan Cin Shi.
Ke mana perginya orang tua itu? Kenapa bayangannya sudah tidak kelihatan?
Kalau orang lain mungkin akan terkejut ketika mengalami kejadian seperti itu. Sayangnya, hal tersebut tidak berlaku baginya.
Walaupun baru pertama bertemu, tapi Li Yong sudah tahu bahwa orang tua yang mengaku pertapa tadi, pastinya adalah seorang tokoh sakti dalam dunia persilatan. Di sisi lain, sedikit banyaknya dia pun sudah bisa meraba maksud dan tujuan kenapa orang tua itu ingin mengajaknya pergi.
Membayangkan hal tersebut, tiba-tiba bibir pemuda itu tersenyum dingin. Entah apa yang ada dalam benaknya. Yang jelas, untuk saat ini tiada seorang pun yang mampu mengetahuinya.
Li Yong menjepit kedua kakinya ke perut Ang Ma. Setelah itu, dia menyuruh sahabatnya tersebut untuk lari sekencang mungkin.
Wushh!!!
Kepulan debu beterbangan ke tengah angkasa raya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat, Li Yong sudah menghilang dari pandangan mata.
###
Setelah melajukan perjalanan darat selama hampir tiga hari, akhirnya Li Yong berhasil juga mencapai tempat tujuan utamanya.
Dia tiba di Kota Lok Yang tepat ketika matahari baru saja menghilang dari balik bukit.
Saat ini, Pemuda itu sedang berjalan sambil menuntun kuda. Dia berjalan di tengah keramaian. Rupanya, ketika tadi tiba di sana, Li Yong langsung memasuki pusat kota. Yang namanya pusat kota, sudah tentu sangat ramai. Ini sudah menjadi rahasia umum.
Sehingga tidak heran rasanya kalau keadaan di sana masih ramai.
Perjalanannya ke Kota Lok Yang ini ternyata cukup menguras tenaga yang tidak sedikit. Sebenarnya, dia sangat ingin mencari rumah makan sederhana. Tapi sayangnya, untuk saat ini dia tidak bisa melakukan hal tersebut.
Bagaimanapun juga, Li Yong harus mempelajari dulu keadaan di sekitar sana. Di sisi lain, dia pun ingin mencari informasi lebih detail tentang orang bernama Lin Dong tersebut.
Semakin jauh dia berjalan, makin ramai pula keadaannya. Orang-orang banyak yang berlalu-lalang. Suara para pedagang yang meneriakkan barang dagangan mereka, terdengar begitu riuh.
Sepanjang jalanan ini, di kanan kirinya pasti dipenuhi oleh pedagang. Baik itu pedang kaki lima, maupun pedagang yang memang sudah mempunyai tempat sendiri.
Tanpa terasa, tengah malam sebentar lagi akan tiba. Sudah beberapa jam Li Yong mempelajari keadaan di sekitar kota tersebut. Usahanya dalam mencari informasi tentang Lin Dong juga tidak sia-sia. Hasilnya sesuai dengan harapan.
Pemuda itu berhasil mendapatkan informasi lebih detail tentangnya.
Dan setelah mendapatkan informasi tersebut, tahulah dia kenapa Hartawan To berkata bahwa yang mampu melakukan tugas ini hanyalah dia seorang.
Ternyata Lin Dong bukan orang sembarangan!
Dia mempunyai latar belakang yang cukup istimewa.
Lin Dong adalah seorang pria berumur sekitar enam puluh tiga tahun. Menurut kabar, wajahnya itu membawa keteduhan dan ketenangan bagi siapa pun yang memandangnya.
Apalagi kalau sampai memandang kedua bola matanya. Setiap orang yang memandang bola mata itu, pasti akan merasakan satu hal yang sulit dijelaskan oleh kata-kata.
Bola mata itu seolah-olah mengandung satu aura keagungan yang sangat besar. Di dalamnya juga seakan tersedia daya sedot yang mampu menyedot sukma seseorang.
Tapi apakah informasi itu benar dan dapat dipercaya?
Entalah. Li Yong sendiri belum mengetahui terkait hal tersebut. Untuk sekarang, dia hanya percaya atau tidak percaya.
Selain daripada itu, Li Yong juga berhasil mendapatkan informasi lainnya lagi yang tidak kalah penting.
Lin Dong ternyata salah satu orang yang menjabat sebagai Kepala Keluarga Lin. Di Kota Lok Yang, semua orang pasti mengetahui siapa dan seberapa hebat Keluarga Lin tersebut.
Keluarga Lin dikenal dengan sepak terjangnya yang selalu melindungi rakyat jelata. Walaupun hal itu menyebabkan bertambahnya musuh bagi mereka, tapi Keluarga Lin tidak pernah menyurutkan tekadnya yang ingin selalu melindungi kalangan bawah.
Semua kenyataan itu membuat orang-orang persilatan merasa begitu kagum kepada Keluarga Lin. Oleh karena itulah, di daerah sekitar Kota Lok Yang, tidak ada yang tidak tahu tentang keluarga tersebut.
Semua orang pasti mengetahuinya. Baik itu dari kalangan awam, maupun kalangan biasa.
Sekarang Li Yong mengerti kenapa alasan Hartawan To bicara bahwa hanya dia yang mampu melakukannya. Pemuda itu pun jadi paham, kenapa hartawan itu mau menarik dirinya.
Mengingat hal tersebut, tiba-tiba timbul kekesalan dalam hatinya.
Kalau saja bukan karena ingin membawa kembali kuburan Kakek Li Beng, niscaya dia tidak mau melakukan hal ini. Mungkin dia juga tidak sudi bertemu dengannya.
Sekarang, setelah semuanya tahu, pemuda itu jadi ingin memberikan pelajaran kepada Hartawan To.
Tapi apakah dia mampu melakukannya?
Perduli setan mampu atau tidak. Yang terpenting, dia harus tetap mencobanya.
Langkah kaki Li Yong berhenti ketika dia menemukan sebuah penginapan sederhana yang cocok dengan seleranya. Pemuda itu berjalan ke sana, dia menitipkan Ang Ma kepada penjaga kuda milik penginapan tersebut.
Setelah itu, dirinya langsung masuk ke dalam.
Seorang pelayan muda menyambutnya dengan senyuman hangat dan kata-kata manis.
"Silahkan Tuan Muda, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
"Pesan kamar satu. Pesa nasi sayur dan satu guci arak," jawabnya tetap dingin.
"Bauk, Tuan Muda. Silahkan tunggu sebentar," kata pelayan tersebut.
Li Yong mengangguk. Pemuda itu lalu duduk di sebuah kursi yang berada di bagian paling belakang.
Keadaan di sana saat itu lumayan ramai. Para pelanggan masih ada cukup banyak. Li Yong duduk menanti. Menanti seorang diri.
Tiba-tiba, dari arah pintu masuk datang orang tua berjubah kuning. Umurnya sekitar lima puluhan tahun. Wajahnya cukup sangar dan tampak berwibawa.