Nama permainan itu adalah Project Quintessence.
Itu adalah sebuah video gim dengan genre SDR-RPG atau simulated digital reality role-playing game. SDR sendiri merupakan sebuah teknologi mutakhir yang dapat mengubah kesadaran menjadi data. Dengan kata lain, pemain benar-benar masuk ke dalam dunia permainan secara digital. Kesadaran pemain diubah menjadi data yang sesuai dengan format dunia digital. Itu adalah sebuah teknologi yang canggih sekaligus berbahaya. Beberapa negara sudah melarang penggunaan komersial teknologi SDR karena dianggap terlalu berbahaya untuk pikiran manusia.
Di sisi lain, Project Quintessence adalah sebuah judul video gim yang unik. Permainan itu tidak ada di pasaran. Lantas, bagaimana bocah itu bisa mengakses permainan itu?
Suatu hari, bocah itu mendapatkan sebuah email.
Isinya, "Selamat! Kau terpilih sebagai partisipan Project Quintessence. Petualangan yang seru menanti! Unduh lampiran untuk memulai petualanganmu!"
Bocah berusia delapan tahun itu hobi bermain video gim. Dia sudah paham dengan beberapa aspek komputer. Dengan kata lain, dia juga sudah siap kalau program itu adalah sebuah virus. Bocah itu menganggap pesan itu sebagai sebuah undangan untuk uji beta. Tentu saja dia merasa sangat antusias. Dia adalah salah satu orang yang beruntung. Anehnya, dia tidak bisa menemukan data pengembang atau permainan itu di internet. Dia mulai merasa skeptis tentang email itu.
"Tidak ada salahnya, kan?"
Dengan modal nekat, dia mengunduh program itu dan memasangnya di konsol SDR tua miliknya. Itu adalah konsol pemberian pamannya yang sudah bosan bermain video gim. Bocah itu langsung berasumsi kalau program itu adalah program untuk konsol SDR. Padahal tidak ada indikasi apa-apa. Program itu sendiri tidak mempunyai ekstensi atau mungkin tidak bisa dilihat.
Sasaran bocah itu tepat.
"Sebuah dunia baru!"
Apa yang dia lihat membuatnya sangat kagum.
Kata-kata saja tidak cukup untuk mengungkapkannya.
Dunia itu jauh berbeda dengan dunia video gim lain yang pernah dia mainkan. Dunia Project Quintessence terlihat dan terasa begitu realistis bagai dunia nyata. Dia merasa seperti masuk ke dalam sebuah video di dunia nyata yang sebelumnya sudah direkam. Tidak mungkin ada kuda hitam yang muncul di industri video gim dengan begitu saja. Apalagi kuda hitam itu tidak punya nama.
"Mustahil..."
Bocah itu bisa merasakan tubuhnya di dunia digital, dunia ilusi itu. Bahkan dengan teknologi SDR, membawa indra perasa ke dalam dunia digital adalah sesuatu yang hampir mustahil. Pada dasarnya, indra perasa adalah respons otak terhadap suatu kejadian. Harus ada pemicu spesifik untuk mengaktifkan respons itu. Orang yang tertusuk akan merasa sakit karena kejadian "tertusuk" terjadi secara fisik. Hal yang sama tidak akan terjadi jika kejadian "tertusuk" tidak benar-benar terjadi seperti ditusuk di dalam mimpi atau ditusuk di dalam dunia digital. Padahal pengolahan respons dilakukan menggunakan otak yang sama, tapi menggunakan bagian yang beda. Dengan kondisi seperti itu, sangat mengerikan jika bocah itu bisa merasakan tubuhnya.
"Kau---!"
"Eh? Aku...?"
Bocah itu menyadari kalau ada seorang gadis yang mengetuk pundaknya dengan jari telunjuknya. Dia menengok dan melihat seorang, atau mungkin sebuah... robot perempuan. Tidak, bocah itu tidak tahu kalau robot itu adalah perempuan. Hanya saja robot itu memiliki atmosfer feminin seperti seorang perempuan. Dia adalah sebuah robot yang kelihatannya terbuat dari besi dengan campuran plastik. Robot itu memiliki kaki dan tangan robot yang terlihat jelas, tapi wajahnya hampir mirip dengan seorang manusia biasa. Dia mengenakan seragam polisi berwarna biru dan sebuah rok hitam. Tunggu sebentar, apakah itu adalah sebuah seragam polisi?
"Kenapa kau bengong di tempat berbahaya ini? Ada banyak data korup di tempat ini."
"Data korup...?"
"Ah! Apa jangan-jangan kau adalah partisipan Project Quintessence? Tapi, kenapa muncul di sini?" Setelah bertanya, dia melihat bocah itu dengan seksama. Sebuah panel hologram muncul di hadapan mereka berdua, tapi bocah itu tidak bisa melihat isi panel hologram itu seperti disensor. "Eh...? Masa? Dia adalah partisipan program Project Quintessence?"
"..."
Deg! Deg!
Jantung bocah itu berdetak dengan sangat cepat.
Dia menjadi agak panik karena perempuan... robot itu berteriak.
Apa yang akan terjadi? Apakah dia adalah sebuah program yang kuat dan legendaris, diberkati dengan kekuatan super hebat yang akan menyelamatkan dunia digital dari mara bahaya?
"Kau lemah banget! Parametermu lebih lemah daripada data normal pada umumnya."
"Aku—"
Sebelum bocah itu bisa menyelesaikan kalimatnya, sesuatu yang buruk terjadi.
Danger! Danger! Danger!
Banyak panel hologram muncul di sekitar mereka berdua.
"Aku tahu! Ini adalah momen di mana aku harus unjuk gigi!"
Itu adalah awal klise di dalam sebuah video gim.
"Gigi bapak kau! Kau tidak akan bisa melawan mereka dengan kekuatanmu yang payah. Bagaimana bisa mereka muncul di saat seperti ini? Mereka bukan data korup, tapi data kriminal! Level data mereka terlalu tinggi untuk seorang kapten polisi sekalipun!"
Muncul?
Data kriminal?
Apa bedanya dengan data korup?
Bocah itu masih tidak paham dengan perkataan perempuan itu sampai mereka datang.
Dari sebuah retakan di langit, mereka muncul.
Bang!
Bang!
Bang!
Bang!
Mereka berjatuhan dari langit. Kaki mereka membuat suara nyaring saat menapak di lantai data.
Banyak.
Ada sepuluh jumlah mereka.
Mendeskripsikan mereka sangat sederhana.
Mereka adalah robot dengan model yang mirip dengan perempuan itu. Bedanya, mereka mempunyai tubuh berwarna hitam dan memakai helm tanpa wajah. Di tangan mereka adalah sebuah senapan yang terlihat canggih. Senapan itu memiliki panjang sekitar 50 cm dan berukuran agak besar dibandingkan senapan model M yang bocah itu pernah lihat di internet. Mereka bersepuluh terlihat seperti sebuah grup tentara robot.
"K-kalau kau mempunyai program bawaan, sekarang adalah waktu yang tepat untuk memakainya."
Perempuan itu panik. Tubuhnya gemetar, tapi dia masih sempat membuat sebuah pistol berwarna merah muda dari data murni yang ada di sekitarnya.
"Data bawaan? Kenapa panduannya tidak muncul juga? Ini adalah permainan yang membingungkan."
"Aduh! Kau ini sama sekali tidak membantu! Mana bisa aku mengajarimu menggunakan program. Semua data seharusnya bisa menggunakan program mereka sama seperti mereka hidup. Sudah otomatis bisa dilakukan."
"... Hm..."
Bocah itu berpikir keras sambil mencari tahu apa yang bisa dia lakukan.
Program bawaan?
Data?
Semua itu terdengar bersahabat sekaligus asing baginya. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya?
Bocah itu memejamkan matanya dan melihat sesuatu.
Di saat yang bersamaan, kesepuluh tentara robot itu mengangkat senjata mereka dan menarik pelatuk tanpa ragu. Apakah robot bisa merasakan mana yang salah dan mana yang benar? Apakah robot tahu arti kematian dan kehidupan? Apa pun jawabannya, mereka tetap menembak. Gerakan mereka jauh lebih cepat daripada gerakan perempuan itu. Mungkin spesifikasi mereka jauh berbeda. Perempuan itu bahkan masih belum menarik pelatuk. Tidak, dia dalam proses menarik pelatuk saat sepuluh energi data meluncur dari senjata sepuluh tentara robot itu. Energi data—data murni dalam bentuk energi yang mampu menghancurkan susunan data dan inti sebuah program. Tergores oleh energi data itu saja bisa membuat sebuah program korup jika susunan datanya lemah. Dengan kata lain, satu tembakan saja sudah cukup untuk melenyapkan mereka berdua.
Suara senapan itu bahkan belum sempat terdengar.
Sementara itu, kesepuluh energi dalam bentuk bola itu sudah hampir sampai pada tujuannya.
Tiba-tiba—
Bam!
Bam!
Bam!
Sesuatu—
Seseorang menahan semua bola energi itu.
"Kau..."
"Oh, aku berhasil! Aku memang hebat."
Dia berhasil melindungi perempuan itu.
Bocah itu memakai sebuah armor berwarna hitam yang melapisi seluruh tubuhnya. Itu tidak terlihat seperti sebuah zirah ksatria, tapi lebih mirip dengan apa yang dikenakan oleh data kriminal yang ada di hadapan mereka berdua. Armor itu adalah sebuah baju modern yang melindungi tubuhnya dengan desain warna hitam polos dengan beberapa garis merah seperti sirkuit komputer. Entah mengapa, bocah itu tidak mendapatkan sebuah helm sebagai satu set.
Baju pelindung itu berhasil melenyapkan bola energi yang melesat ke arah mereka.
"Sebuah drive..." Bisik perempuan itu, melihat punggung bocah itu yang sekarang membayangi tubuhnya. Bukannya dia menjadi lebih dewasa?
"Aku rasa—"
Bam!
Beberapa bola energi lain mengenai bocah itu. Mereka masih belum berhenti menembak.
"Bodoh! Jangan meleng di tengah medan tempur!"
"M-maaf..."
Bocah itu menahan banyak serangan lain dengan tubuhnya. Perempuan itu berlindung di balik bocah itu sambil berusaha menembakkan pistolnya. Dari banyak tembakan yang dia tembak, hanya satu yang mengenai targetnya. Dada salah satu tentara itu berlubang dan sesuatu seperti sebuah bola ikut hancur. Tentara itu lenyap menjadi sekumpulan data murni.
"Apa kau tidak punya senjata?"
"Senjata..."
Bocah itu berusaha mengeluarkan drive lain yang mungkin dia punya. Tidak mudah menemukan drive yang dia sedang kenakan saat itu. Dia bahkan masih tidak tahu mengapa armor itu muncul, padahal dia ingin mengambil sesuatu yang lain yang dia lihat di dalam pikirannya.
"Oh, aku melihat sesuatu..."
"Cepat gunakan!"
"Drive: Finger Cannon!"
Jari telunjuk bocah yang dilapisi armor itu berubah menjadi sebuah meriam mini dengan bentuk modern. Di bagian samping meriam mini itu ada angka 30 dengan sinar hijau yang ditutup oleh sebuah lingkaran yang bersinar juga. Secara otomatis, bocah itu berpikir kalau angka itu adalah tanda amunisi. Berarti, dia punya 30 kesempatan menembak. Dia masih bingung di mana amunisi cadangan untuk isi ulang.
"Oh... Hebat!"
"Hei, tembak!"
"Oke."
Bocah itu mengarahkan meriam jari itu ke arah seorang tentara yang masih menembak. Tidak ada pelatuk atau penjelasan tentang meriam itu, tapi pemuda itu sudah tahu apa yang harus dia lakukan. Informasi itu sudah ada di dalam pikirannya secara otomatis. Dia hanya perlu berpikir untuk menembak.
Pew!
Sebuah balok energi data berwarna merah melesat dengan sangat cepat dan menembus segala hal yang ada di jalurnya. Energi data itu bahkan menyisakan jejak data yang merusak data di sekitarnya. Armor tentara itu tidak mampu menahan serangan itu sama sekali. Itu seperti sebuah pisau panas yang digunakan untuk memotong keju. Tembakan bocah itu tidak akurat. Hanya berhasil menembus bahu kiri tentara itu. Bocah itu menembak lagi sampai akhirnya dada tentara itu tertembus. Sepertinya kelemahan mereka berada di inti data yang disimpan di bagian dada mereka. Kalau itu masih belum hancur, mereka akan tetap bergerak.
Bocah itu berhasil menyingkirkan satu dari mereka.
Seperti tidak punya rasa takut, tentara lain tidak peduli rekannya lenyap dan terus menembak sambil sesekali mengisi daya senapan mereka. Bocah itu dan perempuan itu juga terus menembak sampai mereka semua lenyap. Itu adalah pertempuran satu sisi. Armor bocah itu sama sekali tidak bisa ditembus oleh mereka. Ketika bocah itu fokus melihat armor yang dia pakai, muncul sebuah panel hologram yang mengatakan kalau ketahanan armor tersisa 3%. Mereka selamat dari krisis itu dengan tipis. Dia juga baru sadar kalau lingkaran di meriam jari itu berputar. Saat selesai, angka di meriam itu kembali lagi ke 30. Jika tidak digunakan, meriam itu akan mengisi amunisi secara otomatis.
"S-sudah kuduga kalau kau akan menang! Soalnya kau kan seorang partisipan Project Quintessence."
Bocah itu mengabaikan sifatnya dan bertanya karena merasa sangat penasaran. Dia menyebutnya dari tadi.
"Apa itu Project Quintessence?"
"Kau tidak tahu? Terus kenapa kau ada di sini? Project Quintessence adalah program untuk mengembangkan enforcer elite. Hanya beberapa data terpilih saja yang bisa masuk ke proyek ini."
"Oh, latar belakang yang menarik."
"Latar belakang? Ah iya, namaku Vindy, seorang sersan polisi. Kau?"
"Dio Clover. Eh, salah! Tunggu sebentar. Masih belum terpikir olehku."
Bocah itu ingin sebuah panggilan yang keren.
"Hah? Aku akan membantumu! Kau punya drive hebat yang berhasil melindungi kita. Kalau begitu..."
"Drive? Apa itu drive?"
"Apa kau... Apa kau bisa melihat panel informasi?"
"Panel apa?"
"Bagaimana orang sepertimu bisa menggunakan—" Vindy menepuk wajahnya. "Lupakan saja. Kau memang harus belajar dari dasar. Drive adalah perangkat data yang hanya bisa digunakan oleh data yang cocok. Biasanya, satu data hanya bisa menggunakan beberapa drive spesifik yang sesuai dengan datanya. Beberapa drive memakan banyak ruang data sehingga diperlukan kapasitas data yang besar."
"Oh, seperti senjata magis."
"Bisa dibilang seperti itu. Apa kau berasal dari dunia yang penuh dengan pedang dan sihir?"
"Salah."
"... Oh, sebuah nama terpikir olehku. Overdrive! Bagaimana dengan Overdrive? Sebuah drive misterius, meriam data yang super kuat. Bukannya itu sempurna?"
"Boleh juga. Aku suka dengan nama itu. Overdrive."
"Yes! Kalau begitu, ayo pergi ke Sentra Data! Mikey pasti sudah menunggu kehadiranmu. Mohon kerja samanya mulai sekarang, Overdrive."
"Un!"
Itu adalah pertemuan pertama mereka berdua.
Impresi pertama Dio tentang gim itu adalah gim itu terlalu realistis. Rasa sakit dan indra perasa lain sama sekali tidak dibutuhkan. Permainan itu juga harusnya punya tutorial yang mudah dipahami. Meskipun begitu, video gim misterius menarik minatnya. Dia berencana untuk memainkan Project Quintessence sampai tamat.
Sepuluh tahun telah berlalu sejak hari itu.
Dio Clover masih juga bermain Project Quintessence.