Pemuda dengan rambut cepak itu bangun di kamarnya.
"Dio Clover, 30 poin!"
30 poin? Apa dasar penilaianmu?!
Dio kembali ke bangkunya setelah ujian itu dengan wajah cemberut. Itu adalah ujian yang sederhana. Dio hanya perlu memegang tabung kaca itu dan mengerahkan semua kekuatan sihirnya untuk menggerakkan, memanipulasi, dan mencoba menghancurkan kristal yang ada di dalam tabung itu. Sejauh ini, poin tertinggi adalah 70 dan poin terendah adalah nol. Dio duduk sambil mengatakan, "Hmph! Lihat saja nanti..."
"Hahaha! Tidak buruk, Dio. Setidaknya nilaimu tidak nol."
"Aku tidak tahu harus menangis atau tertawa."
Sayangnya, dia tidak bisa menggunakan kekuatan Overdrive. Kekuatan Dio yang saat ini juga tidak bisa menggunakan master data. AI hanya bisa mereplika kemampuan Overdrive menggunakan data inferior. Itu tidak buruk, tapi Dio masih tidak puas. Dia ingin cepat pergi ke dasar semua permasalahannya.
"Amelia Nona, 95 poin!"
"Wow!"
"Amelia memang sangat hebat. Gila, nilai 95 sudah setara dengan kemampuan penyihir bintang lima. Mungkin saja dia setara dengan penyihir bintang enam."
"... Bahaya." Bisik Dio.
"Kenapa? Takut Amelia digaet orang lain?"
Chou menggoda Dio sambil tertawa.
"..."
Dio yang sedang banyak pikiran, memilih untuk tidak bicara. Sihir yang mereka pakai tidak hanya menggunakan data inferior, tapi juga data korup Beta Akuarius. Dio masih belum tahu pasti dampak dari menggunakan data korup secara luas, tapi pasti tidak akan berakhir baik. Dia juga sudah berkomitmen untuk tidak menggunakan program (sihir) inferior sampai analisis penuh didapatkan.
"Hehe..."
Amelia tersenyum sambil memberi jempol ke arah Dio dari kejauhan. Beberapa orang menatap Dio dengan tatapan membunuh yang mengerikan. Chou yang sudah biasa dengan aura dingin Dio hanya menggeleng kepala.
"Dio Clover!"
"Eh? Kenapa kau dipanggil lagi?"
"Tidak tahu..."
"Apa Dio Clover masih di sini? Tolong datang ke depan."
Dio memberikan tatapan bingung dan berjalan ke depan dengan perasaan tidak enak. Dia menghadap ke instruktur perempuan itu dengan tegap.
"Ada apa?"
"Instruktur Astral memberimu ujian tambahan."
"Gak tertarik..."
Dio berbalik badan dan pergi ke kursinya lagi, tapi perkataan wanita itu selanjutnya membuatnya berhenti.
"Kau tidak diluluskan jika tidak datang."
"Apakah itu ancaman...?"
Dio bertanya santai tanpa niat membunuh sama sekali, tapi wanita itu merasa dingin. Dia sampai merinding dan takut berbicara kepada Dio.
"P-prosedur."
"..." Dio menggaruk rambutnya yang pendek. "Oke. Di mana?" Lanjutnya pasrah.
"Di ruang olahraga."
Dio pergi ke tempat Chou dan Amelia untuk mengucapkan perpisahan sementara dan pergi ke aula dengan antisipasi. Buat apa orang hebat sepertinya memanggil murid sekolah seperti Dio?
"Ah, kau datang juga."
Pria tinggi itu sudah berada di sana mengenakan seragam olahraga berwarna hijau. Dia sedang meregangkan tubuhnya di ujung lapangan voli. Dio berdiri dengan tegap, kedua tangan dalam posisi istirahat di belakang tubuhnya.
"Apa ada yang kau perlukan dariku?"
"Tadinya aku pikir kau adalah siswa yang menarik. Ternyata aku salah. Dio Clover, kau adalah siswa yang sangat menarik. Saat kelas 4 SD kau membantai dua temanmu sampai dilarikan ke rumah sakit. Lagi, saat duduk di bangku SMP, kau hampir membunuh empat temanmu. Dua di antaranya masih di rumah sakit sampai saat ini. Mereka bilang kalau kau bertarung seperti hewan buas. Di saat mereka bertarung dengan tujuan untuk memamerkan kekuatan dan status mereka, kau bertarung untuk membunuh. Di saat orang berusaha memukul pipimu, kau berusaha mencolok mata mereka sampai ke otak. Apakah ada yang terlewat?"
"... Aku masih tidak paham dengan tujuanmu memanggilku ke sini."
"Kukuku! Aku ingin melawanmu. Kalau kau bisa melukaiku sedikit saja, aku akan memberimu rekomendasiku. Kau bisa masuk ke akademi mana pun yang kau inginkan. Kau juga bisa masuk ke Akademi Pertahanan Sihir Indoasean. Kalau mau, aku juga akan menarikmu langsung ke klan Yaser."
"..."
Kalau itu adalah Dio yang dulu, dia pasti sudah mengambil tawaran itu, tapi Dio Clover yang sekarang sudah mempunyai kekuatan untuk berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Tidak ada satu pun tawarannya yang membuat Dio tertarik.
"Tidak tertarik, ya? Tatapan dingin itu membuatku merinding!"
"Jangan mengatakan itu dengan senyuman lebar. Aku jadi ngeri melihatnya."
"Kukuku! Bagaimana kalau aku berikan kristal mana ini? Apa kau tertarik? Nilai kristal ini setara dengan negara Indoasean termasuk semua perusahaan di dalamnya."
Astral Yaser mengeluarkan sebuah kristal merah murni yang memancarkan cahaya merah darah dari sebuah kotak besi. Itu adalah sesuatu yang Dio perlukan!
"Apa jaminan kau akan memberikan kristal itu?"
"Ku-hahaha! Apa kau meremehkanku, Bocah?! Kau pikir alu ini siapa? Aku adalah Astral Yaser, satu dari tujuh penyihir bintang delapan yang ada di dunia ini!"
Aura merah Astral berubah menjadi aura fisik yang memenuhi seluruh ruang olahraga itu. Rasanya menekan dan membuat sesak. Dio sendiri merasakan itu, tapi dia masih bisa bertahan. Semakin lama, level Astral semakin meningkat. Dari level 20 menjadi level 35! Level yang Dio lihat adalah level yang bisa berubah-ubah karena pemberian level berdasarkan pemahaman Dio saja. Kalau Astral menyembunyikan kekuatannya, kekuatan itu tidak akan masuk ke dalam perhitungan level.
"Baik! Aku setuju!"
"Kukuku! Keluarkan drive punyamu. Tenang saja, tidak ada yang bisa mengganggu kita di tempat ini. Bocah, aku akan mengajarimu kekuatan absolut!"
"Itu tidak perlu. Drive: Pedang Energi!"
Tangan kanan Dio berubah menjadi sebuah pedang energi berwarna biru kemerahan. Warna merah itu adalah akibat menggunakan data korup. Dia bisa merasakan kalau tubuhnya rusak perlahan demi perlahan. Mungkin memakan ratusan tahun sampai mencapai kerusakan total, tapi untuk mereka yang ingin keabadian, sihir inferior adalah racun.
"Menarik! Sangat menarik! Jadi itu adalah sihir unikmu. Apa namanya kalau aku boleh tahu?"
"Manipulasi Drive."
"Ah, begitu! Kalau begitu, aku juga akan menunjukkan kemampuanku. Sayangnya kita bertarung di tempat yang sempit ini. Kalau tidak, kita berdua tidak perlu menahan diri. Ku-hahaha!"
Setelah mengatakan itu, bayangan Astral menyebar ke segala arah, menyelimuti ruang olahraga itu dengan kegelapan. Sama sekali tidak ada cahaya yang bisa masuk ke dalam tempat itu.
"..."
Dio bisa melihatnya dengan jelas.
Pertama, Dio hanya bisa melihat data murni, kemudian dia meminta bantuan AI secara otomatis untuk memberikan warna dan bentuk pada semua data itu. Bagi Dio, ruangan itu tidak berubah.
"Sudah kuduga kau bisa melihatku. Kau punya mata yang bagus. Tenang saja, aku akan menahan diri."
Dia mengulurkan tangannya.
Dari bayangan yang ada di bawah tangannya, muncul sebuah pedang yang mengerikan. Itu adalah pedang yang gelap gulita. Tidak, itu adalah sebuah pedang yang terbuat dari bayangan. Semua itu adalah data yang dia kuasai menjadi datanya sendiri. Benar-benar pria yang sangat mengerikan. Dio bisa membayangkan kekuatan aslinya jika dia benar-benar serius. Tidak salah lagi, planet ini akan tenggelam ke ketiadaan.
"Biar aku beri tahu satu rahasiaku. Semakin lama berada di dalam ruangan ini, kau akan tenggelam ke dalam bayangan semakin dalam. Sekarang pun kau sudah tenggelam, tapi pertahananmu bisa menahan dan aku juga ikut berkontribusi karena masih menahan diri."
"Boleh aku tahu kenapa kau melakukan semua ini?"
"Kenapa? Itu karena aku menikmati pertarungan hebat! Aku percaya kalau kau bisa memberiku pertarungan itu."
Haus darah!
Dio bisa merasakannya dengan jelas. Bukan bayangan itu yang membuatnya sesak, tapi kehausan pria itu akan pertarungan. Dua kata untuk mendeskripsikan sifat pria itu adalah dia gila. Tidak ada perkataan lain yang diperlukan. Meskipun begitu, Dio sudah bertemu dengan banyak orang sepertinya di Project Quintessence.
"Kalau begitu, kita mulai."
Dio tersenyum dan mengangkat pedangnya.
"Kukuku! Itu adalah kemauanku!"
Dia menyerang dengan penuh hasrat membunuh.