Chereads / Project Quintessence / Chapter 6 - Bab 6: Ujian Nasional Sihir

Chapter 6 - Bab 6: Ujian Nasional Sihir

"Ujian nasional apa...?"

Dio merasa bingung bukan main dengan perkataan Amelia. Dunia itu memang sudah berubah menjadi tidak masuk akal, tapi dia tidak pernah ingat mendaftar ke sekolah sihir atau sesuatu semacamnya.

"Apa maksud pertanyaanmu? Aku hanya bertanya apa kau sudah siap dengan ujian praktik sihir. Dio, apa kau kena amnesia karena terlalu banyak main video gim?"

"... Aku belum belajar."

"Kau sudah mengatakan itu 30 menit yang lalu."

"Oh, jadi itu maksudnya..."

Sihir?

Dio tidak tahu apa-apa tentang sihir di dunia itu selain apa yang sudah dia baca di internet. Belajar saja belum, sudah ujian nasional. Ini tidak ilmiah bagi Dio Clover. Belum lagi masalah yang mungkin timbul kalau dia menggunakan sihir yang berbeda dengan sihir yang mereka pakai. Jangankan sampai ke situ! Di Project Quintessence sekalipun, Dio tidak mahir menggunakan sihir. Dia adalah salah satu enforcer paling payah dalam bidang manipulasi data.

"Dio! Hahaha! Aku sudah menunggumu."

"Fatty Chou, kau juga masih sama."

Seorang pemuda gendut menyambut Dio sambil makan keripik kentang rasa rumput laut. Dia juga mengenakan seragam hitam yang sama dengan Dio. Fatty Chou adalah salah satu teman terdekat Dio. Dia adalah sahabat baik semua karakter utama. Dio sampai memberitahunya tentang Project Quintessence yang misterius itu.

"Aku cabut dulu."

"Bye, Lia. Sisakan kursi buatku."

"Ogah banget. Aku mau duduk dengan temanku."

Lia meninggalkan Dio dan Chou.

"Bosku, sepertinya kau makin dekat dengan Amelia. Perkawinan kapan? Aku diundang, kan?"

Chou menepuk pundak Dio sambil menyengir.

"Tenang saja. Kalau itu terjadi, posisi best man sudah aku sediakan buatmu."

"Heh! Sebaiknya kau cepat karena Amelia populer."

Amelia adalah gadis paling populer di kelurahan. Tentu saja dia juga populer di sekolah. Masalah cantik atau tidak memang tergantung dari perspektif, tapi kalau kau bertanya ke sepuluh orang, sembilan pasti akan mengatakan kalau Amelia cantik dan yang satunya lagi tidak bisa menjawab karena terpesona.

"Hmm."

Apakah sekarang adalah waktunya memikirkan hal itu?

Dio mulai berpikir serius tentang masa depan. Di dunia baru itu, bisa dibilang kalau tujuan awal Dio menjadi seorang pengangguran kaya dengan pendapatan pasif sudah lenyap. Dunia begitu luas dan ada banyak misteri yang menunggu untuk dipecahkan. Dio ragu untuk tinggal di dunia itu. Dia ingin segera kembali ke sana, ke Project Quintessence yang memberinya kehidupan.

"Sayangnya rute teman masa kecil biasanya terkunci. Kau sudah rugi karena menjadi teman masa kecilnya. Belum lagi kemampuan kalian berdua sangat jauh. Amelia pasti masuk ke Akademi Sihir Indoasean."

"Kau mau mendukung atau mencela sih...?"

"Hahaha! Aku keceplosan. Ayo, kita pergi ke aula."

"Ngomong-ngomong, di mana Jack?"

"Jack? Jack yang mana?"

Chou terlihat bingung.

"Apa maksudmu Jack yang mana? Sudah jelas Jack gila yang suka bertempur dengan gang lokal. Dia kan liburan ke Taman Hiburan Nafud dengan kakak—"

Dio terpikir sesuatu dan langsung membuka ponselnya dengan cepat. Wajahnya terlihat pucat seperti sedang sakit. Dia mengetik dengan cepat dan menjatuhkan ponselnya. Itu adalah pertama kalinya Dio merasa takut setelah hidup di dunia baru itu. Di layar ponsel Dio terlihat sebuah artikel tentang Kolam Kristal.

"Keajaiban! Kolam Kristal ini terlihat seperti darah. Ini adalah sumber drive yang digunakan oleh penyihir saat ini. Walaupun berusia sama dengan Bumi, Kolam Kristal sama sekali tidak mengalami perubahan. Ada sesuatu yang menjaga Kolam Kristal agar tetap stagnan."

Ada beberapa kata kunci yang Dio perhatikan.

Berusia sama dengan Bumi.

Sumber drive.

Tidak mengalami perubahan.

Seketika itu juga, niat membunuh terpancar dari tubuh Dio. Itu adalah satu niat membunuh yang sangat mengerikan. Chou sampai bisa merasakan niat membunuh itu. Tubuhnya gemetar, berkeringat, dan dia menjauh dari Dio secara intuisinya.

"Beta Akuarius."

Dio sangat ingin melenyapkannya.

Dia merasa bersalah karena tidak melenyapkan Beta Akuarius saat dia punya kesempatan. Bukan karena Beta Akuarius melenyapkan banyak orang dari sejarah, Dio marah karena dia gagal melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang enforcer. Gelar enforcer legendaris tidak pantas untuk dia pakai. Sayangnya, dia tidak punya cara untuk menggunakan tubuh data Overdrive atau membuat kontak dengan Sentra Data.

"Kukuku! Bocah yang menarik."

"Ah..."

Mendengar suara itu menghilangkan niat membunuh Dio.

"Bocah, siapa namamu?"

"... Kau sendiri siapa?"

Dio menatap pria yang tingginya dua kali dari dirinya tanpa rasa takut. Pria itu memancarkan aura yang mengatakan "aku kuat" dari kejauhan. Dio menggunakan analisis dan menemukan kalau dia berada di level 20. Itu adalah level tertinggi dari semua orang yang pernah Dio temui di hari itu. Rata-rata non-penyihir mempunyai level nol, penyihir mempunyai rata-rata level delapan. Amelia sendiri sudah level enam. Sementara Dio baru level dua. Segala hal di dunia adalah data dan informasi murni, termasuk kekuatan. Dengan kata lain, segala hal bisa dikuantifikasi.

"Ku-hahaha!"

"Dio! Apa kau sudah gila?" Chou menarik baju Dio dan berbisik ke telinganya. "Dia adalah salah satu penyihir bintang enam, namanya Astral Yaser. Dia juga punya status yang tinggi di Lingkaran Magi!"

"Lingkaran apa—"

"Aku yang akan mengujimu nanti. Jangan kecewakan aku, Bocah." Dia mengatakan itu dan pergi dengan semaunya sambil melambaikan tangannya.

"Tamatlah kau."

"Hmm...?"

Dio masih tidak mengerti. Dia tahu kalau Astral terdengar seperti orang yang hebat, tapi apa hubungannya dengan dirinya? Apakah dia akan menggunakan statusnya untuk membuat Dio tidak lulus? Dio hanya berpikir kalau orang itu kekurangan hobi jika sampai melakukan itu.

Mereka berdua sampai di aula ujian, tapi pikiran Dio tidak berada di tempatnya. Dia masih memikirkan Jack yang terhapus dengan begitu saja dari dunia. Berapa banyak orang yang lenyap dari sejarah karena dirinya? Kalau bisa menggunakan Overdrive, dia bisa memperbaiki semua itu. Overdrive memang payah dalam mengubah data, tapi dia tahu siapa yang bisa.

"Dio, ayo kita duduk di belakang."

"..."

Chou masih merasa takut dengan Dio walaupun dia tahu kalau Dio pada dasarnya memang ganas. Chou adalah satu dari sedikit orang yang tahu tentang keberingasan Dio Clover.

Mereka berdua jalan ke belakang, melewati Amelia yang menatap Dio dengan khawatir. Dio sama sekali tidak menengok ke arah Amelia dan terus berjalan mengikuti  Chou dengan kedua tangan di saku celananya.

Keduanya duduk dengan tenang.

"Chou, apa kau bisa menggunakan sihir?"

"Apa yang kau katakan? Tentu saja tidak bisa. Apa kau juga tidak tahu kalau ujian praktik sihir ini wajib? Memang tidak berpengaruh bagi non-penyihir, tapi ini sangat penting bagi penyihir muda!"

"... Apa kau mau menggunakan sihir?"

Chou biasanya bercanda saat menjawab pertanyaan Dio, tapi dia merasakan kalau sahabatnya itu terdengar serius. Dia menimbang pilihannya terlebih dahulu.

"Dio, kalau kau bisa membuatku bisa menggunakan sihir, aku akan mengikutimu seumur hidupku!"

"Aku ogah diikuti terus olehmu."

"Kau! Padahal aku sedang serius!"

"Hahaha! Tenang saja. Aku juga sedang serius, tapi aku belum bisa membantumu sekarang. Tunggu sampai aku mencapai level 15. Aku akan memberimu drive spesial."

"Hmph!"

Dio akhirnya tersenyum lagi.

Kekuatan adalah segalanya.

Tanpa kekuatan, dia tidak bisa melakukan apa-apa.

Setelah penjelasan yang membosankan, nama mereka dipanggil satu per satu ke depan mesin uji kelayakan sihir. Itu adalah sebuah tabung kaca yang lumayan besar. Di dalam tabung itu ada sebuah kristal merah yang mengapung di dalam air.