JENDELA yang menjadi pintu pembuka biru langit ini, dengan laut yang terlihat membentang luas tak berujung. Suara ombak mengalun indah bagaikan orchestra berisi para makhluk di dalam yang tampil di panggung.
Kelly menatap ciptaan Tuhan yang paling indah. Kemanapun matanya memandang, laut selalu menjadi objek yang dikaguminya. Tangan gadis itu memegang erat kalung yang terpasang di lehernya.
"Entah bagaimana kisahku berakhir. Aku tidak tahu kapan bisa aku temukan Anna dan kapan aku bisa pulang ke rumahku. Rasanya, aku ingin membohongi hatiku yang sangat nyaman dengan kehidupan daratan," gumamnya.
Kelly tak pegal sejak tadi duduk di kursi dekat jendela itu. Sampai Hanna memanggilnya.
"Kelly, kamu sudah bangun?" panggilnya dengan mengetuk pintu.
"Aku akan kesana," jawab Kelly. Menghampiri Hanna dengan baju tidur baru milik gadis tersebut.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Hanna yang khawatir pada gadis itu dikarenakan hal kemarin.
"Tidak apa-apa. Oh, ya, hari ini aku ingin membantumu untuk menggoreng ikan. Tidak apa, 'kan?" tanya Kelly dengan tatapan penuh harap.
"Baiklah. Kamu boleh melakukannya," jawab Hanna. Mengajak Kelly ke tempat penggorengan.
Hanna membantu Kelly belajar cara menggoreng ikan dengan berbagai resep miliknya. Ternyata Kelly cepat belajar. Kini, gadis itu bisa membuat sajian ikan goreng dari awal sampai akhir, sendiri.
"Wah, kamu pandai sekali, Kelly," puji Hanna yang terkesima karena Kelly sangat gesit dan rapi.
"Aku akan membantumu mulai sekarang. Memalukan jika aku tidak melakukan apa-apa di rumah ini," kata Kelly sambil menggoreng ikan terakhirnya kala itu.
Ikan yang disajikan Hanna ini, memiliki varian menu ikan. Bahkan, Hanna mulai membuat makanan laut lainnya, setelah mendapat saran dari Elbar. Karena itu, para pengunjung pantai lebih banyak membeli di tempatnya karena banyak pilihan dan juga enak. Tidak sedikit yang membelinya untuk oleh-oleh keluarganya.
"Kalau begitu panggil aku ibu, selalu," ucap Hanna merayunya.
"Baiklah," jawabnya sambil bercanda saling menggelitik.
"Bukannya ibu akan menyajikan makanan laut lainnya, ya?" tanya Kelly memastikan.
"Benar. Aku akan perlahan-lahan menjual seafood mulai sekarang. Orang-orang bisa saja bosan karena hanya memakan ikan di tempat seperti ini. Dan jika untungnya besar, Ibu ingin membuat tempat ini lebih bagus dengan berbagai minuman. Ya, walaupun jarang sepi pelanggan, ada baiknya jika menambah beberapa minuman di cuaca panas seperti ini," ujarnya sambil melihat atap-atap.
"Iya, Bu. Mari kita lakukan itu. Aku akan membantu Ibu setiap hari, pagi sampai malam," ujarnya dengan senang sambil memeluk Hanna hangat, dan pandangannya lurus ke laut biru.
"Indah, ya," kata Kelly.
"Kelly, jika kamu ingat sesuatu di masa lalu, apakah kamu akan pulang?" ucap Hanna tiba-tiba, yang membuat Kelly melepas pelukannya.
Dilihat dari mata Hanna, dia seperti mengharapkan sesuatu yang baik. Yang jelas berbeda dengan niat awal Kelly.
"Ibu ingin aku bagaimana?" tanya Kelly yang malah membuat Hanna terkejut.
"A-aku ingin kamu selamat di manapun berada. Aku ingin kamu selalu sehat dan bahagia, Kelly. Tapi jika kamu benar-benar tidak ada tempat pulang, kembalilah padaku. Jadikan aku rumahmu," ungkapnya dengan perasaan tulus.
Hal ini membuat hati Kelly bergeming. Dia lama-lama memiliki sifat seperti manusia. Dia mulai kehilangan akalnya yang mulai iba pada seseorang yang jelas berbeda dengan dirinya. Dia lupa bahwa manusia adalah musuh bagi para Siren. Namun entah kenapa, hati Kelly menjadi selembut ini padanya. Jika Poseidon tau, dia hanya akan dianggap lemah dan hidup neneknya bisa berakhir mengenaskan.
'Aku tahu jika di sini nyaman. Tapi aku harus ingat. Hidup di daratan yang indah ini adalah tipu daya sebelum membunuhku. Aku harus hati-hati dan pulang bagaimanapun caranya nanti. Karena rumahku bukan di sini,' batinnya.
Bella menatap Hanna singkat. "Aku akan selalu bersamamu," jawabnya dengan bohong.
Namun, Hanna yang mendengar hal itu amat sangat senang. Seakan-akan Kelly adalah obat dari penderitaan yang dia rasakan setelah kematian suaminya.
"Kamu sudah banyak membantuku. Beristirahatlah," perintahnya.
Kelly berjalan menuju kamar tidurnya. Jendela yang masih terbuka, seakan terlihat ada karpet merah yang menarik gadis itu ke rumahnya.
'Tidak. Jangan sekarang. Aku belum menemukan Anna. Aku harus bertahan lebih lama di sini. Aku tidak boleh pulang dengan sia-sia, atau orang tuanya akan merasa kecewa,' batinnya karena Kelly hampir melompat untuk berenang ke lautan.
Tiba-tiba, lengan kiri Kelly mendorong jatuh benda kecil berwarna merah. Saat Kelly memegangnya, dia teringat kepada orang yang memberikan benda itu.
"Ayah sekarang sedang apa?" gumamnya yang membuat satu mutiara menggelutuk tanpa sengaja.
'Hah? Kenapa aku mengeluarkan mutiara saat sedang menjadi manusia?' batinnya heran.
Mutiara hitam tersebut, tidak berhasil Kelly cari di berbagai kolong dan sudut manapun.
"Ah, sudahlah. Biarkan saja," katanya.
Di siang bolong ini, angin menyapu mata dan beberapa titik tubuhnya. Hingga gadis itu tak sengaja tidur tanpa selimut.
Sedangkan di luar sana, Peter berkunjung ke rumah Hanna untuk mencari Kelly dan memastikan keadaannya.
"Bibi, bagaimana dengan Kelly? Apa dia tidak apa-apa?" tanya Peter. Menghampiri Hanna yang sedang meracik bumbu.
"Dia sudah sehat. Tadi sudah kembali ke kamar. Temuilah dia," cakap Hanna menyuruhnya.
Peter pun datang ke kamar Kelly sambil mengetuk pintunya, karena takut dia sedang berpakaian atau tidak mau diganggu. Namun, suara tak kunjung Peter dengar. Dan Peter malah khawatir gadis itu kenapa-kenapa.
Peter membuka pintu perlahan. Dan yang dilihatnya saat ini membuat Peter menggelengkan kepalanya.
"Kelly, kamu tidur lagi, ya?" kata Peter pada gadis yang tak akan mendengarnya.
Peter melihat jendela yang terbuka membuat tubuh Kelly dingin. Lantas, Peter pun menutupkan jendelanya.
Dia juga tak sengaja melihat kalung pemberiannya yang dipakai olehnya, sangat cantik.
Peter duduk di samping Kelly sambil menyingkap rambut yang terlihat menggelitik wajah gadis itu. Namun, dia menyingkap terlalu banyak sampai memperlihatkan leher jenjang yang putih dan mulusnya.
Sontak Peter kaget. Dia mengalihkan pandangannya dengan wajah yang memerah. Peter pun dengan polosnya mengembalikan kembali posisi rambutnya yang membuat Kelly tidak nyaman.
Kelly yang merasakan rambutnya tiba-tiba seperti itu, dia melenguh dan membuka mata. Namun, saat Peter sadar dia akan bangun, Peter lebih dulu pura-pura tidur di sampingnya, karena berlari adalah ide paling konyol.
Kelly membuka matanya pelan. Lalu, saat melihat Peter tiba-tiba tidur di sampingnya, gadis itu pun tersenyum dan kembali di dekatnya.
Sedangkan Peter, dia membuka matanya kembali dan menarik simpul bibirnya.
'Sepertinya kamu sudah tahu,' batin Peter.
Mereka pun sama-sama berakhir terlelap. Sepertinya, semesta mendukungnya dengan memberikan waktu mereka seperti ini.
Seorang wanita mengintip dalam pintu. Di adalah Hanna.
'Aku harap, Peter bisa membuatnya lebih betah dan Kelly bisa seperti anak-anak lainnya,' batinnya berharap.