Chereads / Siren Soul. / Chapter 27 - Three

Chapter 27 - Three

SEMENTARA itu, Maisha menatap Kelly dengan bingung. Kelly tiba-tiba diam. Namun tangannya mencengkram kuat rok seragam tersebut dan bergetar. Matanya juga cukup merah. Hal ini membuat Maisha merinding dari pada curiga. 

"Bohong!" 

Dengan tiba-tiba, Maisha berdiri menyangkal obrolan temannya soal Putri Duyung. Semua orang jelas terkejut dan melihatnya sekarang. 

Sementara itu, Maisha menatap Bella menyeringai. Maisha merasa ini waktunya Kelly memalukan diri sendiri. 

"Ada apa, Kelly?" tanya Peter, di sebelahnya. 

"Hah? Ah, ma-maksudku, Putri Duyung itu mitos." 

Kelly menjelaskannya cukup kaku karena dia juga tidak sadar akan semarah ini pada mereka. Kelly berusaha menahan amarahnya walau dia sangat mau mencabik seluruh manusia di kelas ini. Termasuk ... Maisha yang secara terang-terangan tidak menyukainya. 

"Kamu membuatku kaget saja." 

"Tidak perlu berteriak juga." 

Begitulah ucapan orang-orang yang tadi membicarakan Putri Duyung. Namun Kelly sudah cukup baik sebenarnya. Mereka beruntung karena tidak dibunuh olehnya saat itu juga. Cukup sulit untuk Kelly sekolah di sini. 

Kelly membalikkan badannya untuk berbicara pada mereka. "Aku minta maaf. Aku hanya trauma saat aku tenggelam di laut dulu," elaknya. 

Semua orang menatapnya dengan penasaran. Lalu, mereka pun berkumpul di dekat Kelly hanya untuk mendengar cerita omong kosongnya. 

Cerita bahwa pada waktu kecil, Kelly pernah tenggelam di laut saat sedang berenang. Hal itu membuat Kelly takut untuk membaca dongeng Putri Duyung lagi karena dia tenggelam setelah membaca dongeng itu. 

"Dan sampai saat ini, aku tidak berani membaca atau mendengar dongeng Putri Duyung itu. Hal tersebut membuatku ingat masa kecil. Namun untuk berjalan di pesisir pantai, aku tidak begitu takut, haha. Kenapa? Aneh, ya?" kata Kelly dengan karangannya sendiri. 

"Ah, tidak! Semua orang memiliki trauma masing-masing," kata Peter. 

"Benar. Bahkan semua orang di sini memiliki trauma masa kecil juga," jawab Adel. 

"Betul. Aku juga traum memakan stroberi karena pernah tertelan begitu saja. Sampai sekarang aku tidak suka stroberi," ujar Oza. 

"Sedangkan Maisha, trauma peringkat ke-3," celetuk siswa bandel itu. 

Oza menendang pelan kaki Nugi, si siswa bandel itu. Mengisyaratkan bahwa dia tidak boleh berbicara sembarangan kepada Maisha. 

Sedangkan Maisha, dia pura-pura tidak mendengar ocehan seluruh temannya. Dia hanya fokus belajar untuk ujian yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. Menurutnya, mendengar gosip atau mengobrol tidak penting baginya. Kecuali, jika obrolan itu berbobot dan akan mempengaruhinya dalam kenaikan nilai. 

Kelly menatap apa yang dilakukan Maisha. Kelly melihat Maisha cukup ambisius, dingin tapi dia juga terlihat kesepian. Entah kenapa, beberapa akhir ini, Kelly dapat melihat sosok Maisha yang kata orang sulit ditebak, namun Kelly sebaliknya. 

Teeeet! 

Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa keluar pintu dengan girang. Sama dengan Maisha. Dia juga berhenti untuk belajar dan menutup bukunya. 

"Maisha, kamu akan makan siang, 'kan?" tanya Kelly. Sambil mengalungkan tangannya ke tangan Maisha. 

"Jika kamu ingin makan denganku, ajaklah Peter," perintahnya. 

Kelly mengangguk dan cukup senang saat mengajak Peter. Peter yang sudah mengerti, langsung menghampiri Maisha dan juga Kelly. 

Mereka berjalan bersama. Melewati lorong, yang di samping mereka banyak gadis dan laki-laki yang melihat ke arahnya. Yang sedang membaca buku tiba-tiba menoleh. Yang sedang berpacaran, tiba-tiba laki-lakinya menoleh Kelly hingga memunculkan pertengkaran kecil. 

Bagaimana mungkin mereka tidak terpukau atas apa yang sedang mereka lihat saat ini. Jelas sekali. Si cantik dan tampan juga pandai, bertambah personil yaitu Kelly, yang bahkan mengalahkan kecantikan Maisha dan Kelly juga pandai dalam akademik. 

Aura mereka bertiga tidak ada yang dapat menandinginya. Jika Peter memiliki paras yang dingin dan membuat orang segan, maka Maisha juga sama dinginnya, namun membuat orang takut dari pada segan. 

Berbeda dengan Kelly. Orang-orang lebih merasa menyukainya melebihi dua orang itu. Karena Kelly terlihat ramah dan sering tersenyum, juga selalu menyapa balik orang yang menyapanya. 

"Bukankah Kelly seperti Dewi?" 

"Dia sangat bersinar walaupun terlihat pemalu."

"Dia benar-benar bersinar."

"Mereka adalah jimat sekolah kita." 

Ujar orang-orang yang tak kuasa melihat mereka. 

Namun hal ini mengingatkan Kelly saat hidup di lautan. Dia juga memiliki satu teman wanita dan satu teman lelaki. Para Siren memujinya saat itu. Sorakan mereka bahkan terlihat sama walau dengan sahabat yang berbeda. Dalam hati paling dalam, Kelly sangat merindukan mereka. 

Bahkan saat Kelly mengantri supaya nampan miliknya diisi, dia tetap melamunkan momen membahagiakan saat dengan Anna dan Olix. 

'Aku sudah sampai sini. Manusia terlihat lebih banyak di sini. Aku berharap ini akan mempermudahkanku,' batinnya berharap. 

"Nampan sudah diisi. Bisakah kamu bergeser?" kata Maisha. 

Karena terlalu larut dalam lamunannya, Kelly bahkan sampai lupa jika banyak orang yang sedang menunggunya untuk bergeser.

"Ah, maaf," ucapnya. 

"Kamu melamunkan apa?" Peter membisik. 

"T-tidak ada," jawabnya. 

Peter dan Kelly terlihat bercanda saat membawa nampan masing-masing. Bahkan tak sedikit yang mengatakan bahwa mereka seperti sepasang kekasih. Mereka sangat serasi, ujar orang-orang. 

Maisha yang melihat hal itu, jelas sangat geram. Dia ingin sekali menggertakan giginya, menunjukan rasa kesalnya. Menunjukan rasa cemburunya. Namun lagi-lagi. Maisha berpikir panjang untuk tidak bodoh. Karena masa depannya sedang dirancang sebaik mungkin. 

Sebelum Peter atau Kelly menempati tempat duduk, Maisha lebih dulu menempati kursinya, dengan dada yang dibusungkan. Membuat Kelly duduk di hadapan Maisha. 

"Kelly," panggil Maisha, tanpa menatap wajah Kelly. 

"Kenapa, Maisha?" jawab Kelly. 

Maisha akhirnya menatap Kelly. "Kamu mengikuti les apa saja?" tanyanya. 

Kelly sudah tahu dari Peter. Bahwa les merupakan tambahan belajar di luar sekolahnya. Entah belajar akademik atau non akademik. 

"Tidak, Maisha," jawab Kelly sambil memakan ikan lebih lahap dari orang lain. 

Maisha merasa risih dengan cara makan Kelly. Dia cukup rakus untuk badannya saat ini. Tapi dia cukup percaya diri. Ke anggunan hanya milik dirinya. 

"Makanlah pelan-pelan, Kelly." 

Peter membantu Kelly memotong ikan dengan benar. Supaya Kelly bisa memakannya langsung. 

"Aku selesai," kata Maisha. 

Maisha membawa nampan nya yang masih penuh untuk diberikan kepada pelayan kantin. Tapi Kelly tak henti melihat ikan yang utuh dan sangat menggiurkan. 

"Maisha!" panggil Kelly. 

Maisha menoleh dan seakan-akan sudah tahu apa yang akan dilakukan Kelly. 

"Kamu mau membuang ini?" tanya Kelly. Menunjuk ikan yang utuh. 

"Benar. Apakah kamu menginginkannya?" tawar Maisha. 

"Oh, bolehkah?" 

"Tentu." 

Maisha melihat sifat rakus Kelly. Dia baru pertama kali ada yang mau memakan sisa makannya. Tapi Peter menghancurkan yang sedang ditonton Maisha saat ini.

"Kelly! Dari pada makan ini, aku akan mengajakmu makan yang lain. Bagaimana?"

Peter dengan segera menghentikan sesuatu yang akan memalukan Kelly saat itu juga. Menurutnya, dengan Kelly memakan sisa makan Maisha, akan membuat citra Kelly buruk. Walaupun, tidak salah juga. 

"Anna!" teriak seseorang.