Chereads / Siren Soul. / Chapter 25 - Senior High School

Chapter 25 - Senior High School

RABU berganti menjadi kamis. Kamis pun berganti menjadi jum'at, dan seterusnya. Kelly, gadis Siren yang hidup di lautan gelap, berhijrah menuju daratan untuk menyelamatkan sahabatnya. 

Bukan hal yang mudah untuk menemukan sahabatnya itu. Kelly tidak tahu, apakah Anna ada di kota ini atau di kota lain. Atau bahkan, di penghujung negara lain. Dan yang lebih mengerikannya lagi, Kelly tidak bisa menemukan Anna, sepanjang hidupnya. 

Gadis itu terkadang membenturkan kepala, tiap dia terlena oleh tipu daya dunia manusia. Dia selalu merasa terperangkap dengan kejahatan orang terdekatnya. 

"Kelly, apakah kamu sudah siap? Tenangkan dirimu jika gugup," kata Hanna. Mengambil tas milik Kelly. 

Kelly memutuskan untuk sekolah bersama Peter. Manipulasi yang dilakukan Hanna cukup berhasil. Karena Kelly benar-benar sangat cerdas melebihi dugaan Hanna, Peter dan Elbar. 

"Aku sudah siap. Jadi, kita akan berangkat sekarang?" tanya Kelly. Wajahnya memancar hangat. 

"Untuk besok, kita akan berangkat bersama," sela Peter, sambil menalikan sepatu milik Kelly. 

"Bukankah hari ini pun kita berangkat bersama?" tanya Kelly dengan polos. 

Peter menengadahkan kepalanya cukup sebal melihat Kelly yang polos. "Aish, memangnya kamu anak SD yang diantar ibu sekolah tiap hari?" kata Peter sambil menggelengkan kepalanya. 

Kelly menatap Hanna di samping. Seakan-akan, tatapannya adalah kode untuk pernyataan Peter yang dirasa kurang jelas. 

"Peter benar. Karena kamu merupakan anak SMA, kamu tidak perlu Ibu antar lagi, ya. Kamu akan berangkat bersamanya mulai besok," papar Hanna yang membuat Kelly mengangguk mengerti. 

"Aish, bagaimana Bibi mengatakannya kalau dia itu cerdas? Apakah kamu bukan manusia?!" Peter mengacak rambutnya frustasi.

Perkataan Peter, membuat Hanna dan Elbar saling melemparkan tawa. Sedangkan Kelly, dia terus terdiam dari rumah sampai gerbang sekolah. Karena Kelly memikirkan perkataan Peter bahwa Kelly bukan manusia. 

'Tidak salah juga,' batin Kelly. 

Setelah Hanna dan Elbar pergi, Peter mengajaknya masuk karena gerbang sebentar lagi ditutup. Namun, Kelly tiba-tiba menahan tangan Peter. 

Peter menoleh. "Ada apa?" tanya Peter. 

"Cepat masuk. Satu menit lagi, gerbang akan saya tutup," perintah penjaga gerbang sekolah. 

"Kelly, ayo, kita lari!" ajak Peter. 

Dari yang Kelly menahan tangan Peter, sekarang Peter membalikkan tangannya untuk menarik gadis itu ke ruang kantor. 

Kelly pun di temani Peter untuk berbicara sedikit mengenai perpindahan sekolahnya ke sekolah ini, kepada wali kelasnya. 

Wali kelas tersebut, tampak ramah dan senang saat menyambut Kelly. 

"Mari, ikuti saya," ajak Bu Maya. 

Kelly pun mengikuti Bu Maya menuju ke kelasnya. Kelly berjalan sejajar dengan Peter. Sedangkan Bu Maya, berada di depan mereka. Namun, Bu Maya tiba-tiba mundur dan berakhir di ampit mereka. 

Sontak Peter dan Kelly kaget. 

"Kelly, apakah aku pernah melihatmu sebelumnha?" tanya Bu Maya tiba-tiba. 

Namun, saat Kelly ingin menjawab pertanyaan Bu Maya teepotong oleh suara riakan para teman-teman sekelas Peter. 

"Waaah! Apakah dia gadis yang kamu maksud?" tanya salah seoranh murid kepada temannya. 

Suara laki-laki dari beberapa kelas yang berjejer menunggu guru masuk, mendominasi sekolah ini hanya untuk menyapa Kelly. 

Mereka terlihat seperti orang yang sedang dipenjara dan meminta makanan kepada Kelly. 

Kelly cukup takut dengan reaksi mereka yang tidak Kelly pikirkan. 

Peter yang melihat Kelly takut, dia pun buru-buru menggendong gadis itu dengan gengsi. 

Seseorang berteriak lebih lantang. "Hey, lihatlah! Apakah gadis cantik itu kekasih Peter?" ucap salah seorang murid. 

"Apa?! Maksudmu, gadis itu bersama pangeran sekolah ini?" ucao seorang wanita yang mengagumi Peter sejak dulu. 

"Ah, aku sangat iri," rengek seorang siswi berambut pendek. 

"Apakah kalian tidak memikirkan perasaan Maisha?" celetuk salah seorang wanita yang mendukung cinta Peter dan Maisha. 

Tidak sedikit, yang mendukung Peter dengan Kelly. Tidak sedikit juga yang merasa Peter lebih cocok dengan Maisha. Pilihan mereka tersebut, tidak dapat siapapun sangkal. Peter hanya akan mencintai satu wanita yang entah siapa orangnya. 

"Kamu cukup populer juga, ya," kata Bu Maya sambil mengusap punggung Kelly. 

Kelly melangkah satu langkah, sorakan anak kelas terdengar mendominasi dari pada suara Bu Maya yang terkenal dengan teriakan tingginya. 

Bu Maya mengetuk meja beberapa kali agar diam. Mereka pun menurut. 

"Hah, Ibu baru masuk saja tapi sudah sangat lelah. Tidak lain semua ini karena ... Kelly!" kata Bu Maya sambil mempersilahkan memperkenalkan diri.

"Ibu sudah sangat lelah berbicara. Langsung saja," perintahnya kepada Kelly. 

"Halo, teman-teman," sapa Kelly. 

Sapaan tersebut membuat sorakan para laki-laki lebih bergetar keras. 

"Perkenalkan, nama saya, Kelly. Saya senang bisa belajar di sekolah ini dan ditempatkan di kelas yang sama dengan Peter. Jadi, mohon bantuannya, teman-teman," papar Kelly dengan tenang. 

"Apakah Peter kekasihmu?" tanya salah seorang laki-laki berkacamata yang terkenal jarang bicara. 

Semua orang menatap laki-laki berkacamata itu. Mereka tidak menyangka anak itu berani bertanya pada orang baru. Dengan teman sekelasnya saja jarang bicara. 

"Wah, ada benarnya juga bocah itu. Kelly cantik, apakah benar Peter kekasihmu?" tanya anak laki-laki dengan peringkat terakhir itu. 

"Rumah kami hanya berdekatan. Jadi, kami adalah teman," jawab Kelly dengan ramah. 

"Padahal kalian sangat cocok," celetuk gadis bertubuh gemuk namun baik hati itu. 

Temannya menendang pelan kaki gadis itu. "Sst!" ucapnya sambil memberi kode mengarah kepada Maisha. 

Reaksi Maisha sejak mereka masuk, tidak begitu antusias. Bahkan, tatapannya hanya lurus ke bawah yang terdapat buku bahasa yang sedang Maisha pelajari. Gadis dingin, yang tidak suka membuang waktunya akan hal yang tidak penting. 

"Pelajaran akan dimulai. Jadi, kalian silakan duduk. Untuk Kelly, kamu bisa duduk dengan siapa, ya," kata Bu Maya sambil melihat kursi kosong untuk Kelly. 

"Dia duduk bersamaku saja, Bu," pintanya. "Kamu, pindah ke depan," perintahnya kepada teman sebangkunya. 

"Ba-baik," turutnya. 

"Kelly, kita duduk bersama," ajak Peter sambil membantunya menyimpan tas Kelly. 

Saat Kelly akan mendaratkan tangannya pada meja, Peter sengaja menghalanginya terlebih dahulu. 

"Tunggu, ini sepertinya kotor. Akan aku bersihkan untukmu," kata Peter. 

Peter menyapu debu di meja milik Kelly dengan tisu yang dia miliki. 

"Aku akan sangat patah hati jika kamu kekasihnya Kelly," kata murid peringkat akhir itu. 

"Ka-kamu terlihat seperti pasangan. Kelly, a-apakah kamu berbohong soal tadi?" tanya murid berkacamata. 

"Aku tidak bohong," jawab Kelly sambil tersenyum. 

"Syukurlah," ucapnya sambil merasa lega. 

Sedangkan Peter yang sedang menyapu debu di meja Kelly, pikirannya sungguh berbeda. Dia masih memikirkan perkataan soal Kelly yang bukan kekasih dirinya, walaupun tidak salah juga. Entah kenapa, Peter merasa tidak terima dengan pernyataan tersebut. 

Dan gadis dingin, Maisha. Dia tampak meneliti yang dilakukan Peter sekarang kepada Kelly, dengan sudut matanya. 

'Pertama, kamu melakukan hal-hal itu yang kamu lakukan padaku dulu padanya. Kedua, kamu memberikan perhatian lain padanya, yang tidak pernah kamu lakukan padaku sampai saat ini. Peter, ada apa dengan gadis itu? Apakah gadis itu tampak spesial bagimu?' batin Maisha. 

Maisha memaksa sudut bibirnya naik, lalu menyapa Kelly. "Kita pernah bertemu sebelumnya. Perkenalkan, aku Maisa," ucap Maisha. Menjulurkan tangannya.