Chereads / Siren Soul. / Chapter 30 - Mysterious Boy

Chapter 30 - Mysterious Boy

DEG! 

JANTUNG Kelly berdetak tak beraturan. Kakinya melangkah mundur karena ingin menjauhi orang di hadapannya kini. Kelly, tak percaya dia mengetahui tentang dirinya. Siapa dia? Tahu dari mana dia? Seperti itulah Kelly bertanya di dalam hatinya. 

Sedangkan Arka, menatap Kelly dengan tatapan berbeda dari tadi. Jika tadi dia selalu tersenyum, kini Arka tak menarik sedikit pun sudut bibirnya ke atas maupun ke bawah. Datar sekali. Tapi mata yang tak kosong dan hanya menatap satu objek, tampak menakutkan untuk Kelly. 

Bahaya. Jika sudah seperti ini, maka tidak tempat untuknya di udara. Apalagi, Arka merupakan orang yang dikenal banyak orang di Sekolahnya. Bisa-bisa dia membocorkan identitas aslinya kepada orang lain. Lalu, Media sosial juga sangat cepat cara kerjanya. Jejak digital, tak bisa terhapus dengan benar. 

Kelly tak memiliki cara lain lagi. Selain melawan atau membuat dirinya ... Mati sekalipun, tidak apa-apa. 

Tangan Kelly bergetar. Menatap sang musuh di hadapannya kesal. Tapi bukan berarti Kelly hanya takut, Kelly ingin membuat orang di depannya ini tak bisa mengatakan apapun kepada orang lain tentang dirinya. Tangan Kelly sedikit demi sedikit mengeluarkan cahaya biru seperti kelereng. 

"Hay, Peter," sapa Arka kepada Peter bersama Maisha di belakangnya. 

Sontak, Kelly menghisap kembali kekuatan aneh itu. Tapi tatapannya tetap sama. Seakan-akan Arka sudah memiliki jadwal mati di kepala Kelly. 

"Kamu di sini?" tanya Peter kepada Kelly. 

Arka menyadari tatapan Kelly yang terkejut saat ada Peter dan Maisha di hadapannya. Kelly juga tak berhenti mendempet tubuh Arka. Memberikan isyarat bahwa Arka tak boleh mengatakan apapun yang membahayakan dirinya. 

"'Ah, iya. Kamu sudah lama di sini? Sejak kapan?" tanya Kelly dengan suara yang bergetar. Siapapun, pasti menyadari bahwa Kelly seperti orang yang tak biasanya. 

"Kami barusan datang ke sini. Karena Peter merindukan masa kecil kami saat disini. Bagaimana dengan kalian? Kalian sedang apa?" ujar Maisha yang membuat hati Kelly memanas. 

Arka menggandeng bahu Kelly dan mendekatkan pada dada bidangnya. Kelly tak bisa berusik. Seolah hidupnya lah ada pada mulut manusia satu ini. 

"Kami sekarang berpacaran. Ya,' kan? Sayang?" ucap Arka yang membuat ketiganya terkejut. 

Sungguh omong kosong yang tak bisa Kelly terima. Pernyataan bohong itu hanya akan membuat semua orang di sini salah paham. 

"Kelly! Kamu anak yang mengejutkan. Peter, aku bilang juga apa. Arka menyukainya," ujar Maisha terlihat paling senang di sini. 

"Kelly, bagaimana denganmu? Kamu menyukainya juga, 'kan?" tanya Peter karena tidak yakin. 

Kelly membalasnya dengan mengangguk. Membuat Arka menarik sudut bibirnya bebas. Dan Peter, merasa paling sakit hati di sini. Peter memberikan tatapan sedih dan kecewa secara bersamaan. Kelly menatapnya sekejap. Karena entah kenapa dia tak tega berbohong seperti ini. 

"Peter, ini demi aku. Demi hidupku yang harus berjaya. Tolong jangan mengetahui identitasku," batinnya. 

Kelly pernah membaca buku sebuah dongeng cinta yang kandas, karena mereka bukanlah makhluk hidup yang sama. Yaitu Siren dan Manusia. Mereka tak bisa bersama karena Poseidon mengatakan, Tuhan sudah mengatur sebaik mungkin bersama siapakah mereka mencintai. Jika kita keluar jalur dari perintah Tuhan, maka celakalah! Celakalah kehidupanmu. Celakalah kehidupan kekasihmu. 

Dalam buku itu juga dikatakan. Siren dan Manusia adalah musuh. Mungkin ini maksudnya. Kenapa Siren dan Manusia tak bisa bersatu. Kita tidak tahu. Celaka seperti apa yang akan memusnahkan mereka. 

"Ah, se-selamat," kata Peter lalu mengulurkan tangannya kepada Kelly. 

Kelly yang ingin membalasnya ditentang oleh Arka. "Ah, tidak perlu seperti itu. Aku sangat mencintainya. Tolong supaya jangan lebih dekat. Lelakimu hanya aku," kata Arka sembari menatap Kelly dekat dan terlihat mengintimidasi. 

"Cih, ada-ada saja Kak Arka," canda Maisha. 

Merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti ini, Kelly pun mengambil nafas dalam-dalam untuk ikut bermain drama bersama Arka. "Katamu kita akan ke suatu tempat. Sekarang saja, yuk," ajaknya dengan sudut bibir yang ditarik ke atas sempurna. 

"Hey! Aku terlalu larut berbicara dengan kalian sampai lupa aku belum mengajak kekasih ke tempat selanjutnya. Kalau begitu, ayo, sayang. Kita ke tempat yang kamu mau," kata Arka memanasi Peter. 

Arka dan Kelly pun pamit. Walau hanya Maisha yang membalasnya dengan ramah. Sampai Arka mengajaknya dan kini mereka pun berbincang lebih bebas. 

Kletok! 

Kelly memukul kepala Arka dengan kepalan tangannya. Tapi Arka tak menggubrisnya. Perjalanan pun diisi dengan keheningan. Lalu, saat Arka menurunkan kendaraannya, Kelly diajak ke sebuah rumah yang mewah dan megah. 

Rumah tersebut terletak di pusat kota dan cukup jauh dengan Sekolahnya. Tapi Bella pikir, mungkin dia nyaman dan bersama keluarganya juga di sini. 

"Dimana orang tuamu?" tanya Kelly kepada Arka lalu berjalan menaiki sebuah tangga panjang. 

"Aku tinggal sendiri," jawabnya yang membuat Kelly terkejut. 

Sungguh bukan main. Arka tinggal di rumah megah dan luas ini seorang diri. Bahkan, tanpa seorang pembantu sekalipun. Tapi ruangan ini sangat bersih dan rapi, mengingat bahwa Arka adalah siswa yang cukup sibuk. 

Kelly terus berjalan. Mengikuti punggung lebar di depannya. Dirinya juga menghabiskan waktu dengan melihat-lihat miniatur putri duyung dan lukisan laut. Rumah yang bernuansa biru tua dan terkadang banyak berwarna hijau tua, tidak membuat dirinya takut. Tapi dia merasa ada di rumah. 

"Siapa dia? Kenapa dia menyukai hal seperti ini? Apakah karena dia menyukai laut dan yang di dalamnya sampai mengira aku Siren?" tanya nya dalam hati. 

"Arka, kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Kelly menghadap Arka. 

Sebelum menjawab pertanyaan Kelly, Arka menatap intens setiap inci bagian tubuhnya. Sungguh, ini menakutkan. Kelly tak tahu apa yang akan dia lakukan padanya. Kemudian, matanya beralih ke mata Kelly. Menatap lebih lama. 

"Kenapa Siren ada di sini?" kata Arka dengan mata turun dan menyipit. 

"A-apa yang katakan?!" kata Kelly berusaha membela diri dengan pura-pura. 

Arka menatap Kelly tajam. Dirinya berputar, memutari Kelly. "Beraninya kamu datang ke sini!" gertaknya yang membuat Kelly yakin, dia tahu identitasnya lebih dari yang dirinya kira. 

"Kenapa kamu ikut campur urusanku, hah?! Kamu pikir kamu siapa? Kamu tidak berhak menanyakan itu padaku!" balas Kelly sambil mengikuti putaran pelan karena dirinya harus berhati-hati. 

Selain itu, Kelly sedari tadi sudah siap membuat bola air dan keruh berwarna hitam, karena bercampur amarah. 

Prang! 

Kelly  berniat menyerang Arka tapi bola air itu malah meleset menuju hiasan sebesar pinggangnya. Hiasan tersebut terdapat gambar Siren. 

Arka menyeringai. "Hah! Hahaha! Kamu bahkan berani memecahkan klanmu. Kelly, kamu Siren atau manusia?!" ucapnya dengan sarkas. 

Kelly merasa tadi itu hanya meleset. Tapi kali ini, Kelly akan memastikan bahwa Arka akan dibuat remuk dan basah dengan kekuatannya. 

"Hah!" Kelly menyemburkan kekuatan bola tersebut. 

Namun tak disangka. Arka menahannya dengan kekuatan yang sama. Tapi Arka terlihat enteng karena dirinya dapat mengontrol emosi. Fakta bahwa para Siren memiliki kekuatan yang jika dia semakin tenang, makan kekuatan itu akan semakin besar. Begitupun sebaliknya. 

"Ka-kamu?!" 

"Benar. Aku Siren, Kelly," ucap Arka yang melempar Kelly ke bawah tangga.