Tok! Tok!
"Bu, Pak Kepala Sekolah sudah menunggu," ucap salah seorang guru yang seusia dengan Bu Maya.
"Sebentar," jawabnya pada rekan guru tersebut.
"Anak-anak, kerjakan halaman 56-60, ya. Setelah itu kumpulan kepada ketua kelas," perintahnya.
"Baik, Bu," jawab seluruh siswa.
"Peter, aku mengandalkanmu," kata Bu Maya sebelum keluar dari pintu itu. Peter menjawabnya dengan anggukan penuh keyakinan.
Yeeee!
Sorak siswa yang sangat senang karena guru tidak masuk.
"Jangan bersorak dan kerjakanlah tugasmu," tegas Peter kepada seluruh siswa yang bersorak tadi.
"Aish, Peter menyeramkan," ucap gadis bertubuh gemuk di belakangnya.
Maisha yang mendengarnya hanya bisa mengangkat sudut bibirnya sambil menggelengkan kepalanya.
30 menit seluruh siswa diam karena mengerjakan tugas dari Bu Maya, hanya Peter yang diam karena sudah lebih dulu selesai. Sambil memantau semua siswa lain, tidak munafik bahwa Peter sedari tadi menatap wajah Kelly yang menurutnya, sangat cantik.
"Seperti dewi," celetuk Peter saat menatap Kelly.
Mendengar hal itu, Kelly menatap Peter. "Hm? Siapa yang seperti dewi?" tanya Kelly dengan tatapan bingung.
"T-tidak ada," jawab Peter penuh malu.
Wajah Peter kini, lebih mirip stroberi yang dipanaskan. Sungguh merah dan meleleh.
Namun, seseorang di samping Kelly, sudah menatapnya sejak lama walau dengan sembunyi-sembunyi. Maisha, mendatangi Peter sambil membawa sebuah buku.
Peter menatap kedatangan Maisha dengan bingung. "Ada apa kau kemari? Bukankah aku sudah bilang jangan keluar dari mejamu jika belum izin kepadaku?" kata Peter dengan nada bicara yang tidak Maisha suka.
Mendengar hal itu, Maisha terdiam sejenak karena saking terkejutnya dengan reaksi sahabatnya itu. 'Ada apa dengannya? Baru kali ini dia berbicara seperti itu karena hal sepele,' batin Maisha yang menyimpan api di dalamnya.
"Apakah aku juga tidak boleh? Aku hanya ingin bertanya karena ada yang tidak aku paham, Peter. Wah, bahkan sebelum aku bertanya kamu sudah memarahiku seperti tadi. Ada apa denganmu? Apakah kamu sangat marah karena aku lupa izin? Harusnya tidak apa-apa karena meja kita dekat dan aku hanya ingin menghampirimu, bukan ingin ke luar kelas!" teriak Maisha.
Seluruh siswa menatapnya kecuali Kelly. Maisha baru sadar kalau ini diluar kontrolnya. Dia khawatir akan terlihat sangat pemarah di depan teman-temannya.
'Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Jika aku meledak di sini, semua orang akan melihatku seperti monster dan berakhir malu. Baik, tenangkanlah dirimu, Maisha. Kamu harus terlihat disegani dan juga ramah,' batinnya sambil berusaha menenangkan diri.
"Maaf karena sudah membentakmu. Aku akan kembali ke mejaku," ucap Maisha. Kembali duduk.
"Tidak apa-apa. Aku yang salah," kata Peter.
Sebenarnya Peter ingin menawarkan hal yang sama , tapi Kelly tiba-tiba memotongnya.
"Maisha, bagian mana yang membuat kamu tidak mengerti? Siapa tahu aku bisa membantumu," kata Kelly tiba-tiba menawarkan diri dengan senyum yang tulus.
"Wah, selain cantik, Kelly baik hati juga, ya," ucap siswa di belakangnya.
"Benar! Dia sungguh seorang dewi!" kata siswa berambut tipis berkepang dua
"Mulai sekarang, aku akan selalu mencintaimu, Kelly!" teriak pria berkacamata tadi.
"Aku juga!"
"Aku pun! Mari cinta dewi di kelas kita!" teriak seluruh siswa.
Mendengar banyak teman yang memuji Kelly, Peter menatap gadis itu dengan senyum yang teduh dan terlihat lega.
Maisha jelas melihat semuanya. Rasanya Maisha ingin mencabik mulut mereka. Maisha hanya bisa menahan tangannya yang di tekan dengan jarinya.
'Apa-apan dengan tatapan Peter seperti itu. Apakah dia menyukai gadis ini? Lalu, tatapan seluruh siswa yang menatap kagum dirinya, apa tidak begitu berlebihan? Tatapan itu seharusnya milikku! Kenapa gadis ini bisa merebutnya dalam hari pertama?! Menyebalkan!' batin Maisha.
"Maisha, bagian mana yang susah?" tawar Kelly kedua kalinya.
'Sial! Apakah gadis ini sengaja ingin membantuku agar dirinya terlihat pintar?! Tau begini, aku tidak perlu meminta bantuan Peter tadi. Tapi, aku jelas tidak salah. Andai saja Peter tidak banyak bicara dan menerima langsung pertolongan untukku. Aku ingin menolaknya tapi, orang-orang akan mengira aku marah atau iri padanya,' batinnya kembali.
"Tapi kamu belum selesai," jawab Maisha yang tak ingin kalah terlihat ramah.
"Aku sudah menyelesaikannya saat kamu kembali duduk," jawabnya dengan mata menyipit.
'Selesai? Ada apa dengan dirinya? apakah dia berniat mengalahkanku juga dari segi akademik?' batin Maisha yang selalu curiga padanya.
"Baiklah kalau begitu," jawab Maisha terpaksa.
Maisha terlihat larut dalam penjelasan Kelly yang dapat dia mengerti melebihi guru.
"Terima kasih, Kelly. Jika ada yang membuatmu kesulitan, aku akan membantumu juga. Oh, ya. Setelah ini, mari makan siang bersama," kata Maisha ramah.
Maisha tersenyum terpaksa walaupun semua orang melihatnya tulus. Tapi, entah perasaan dari mana, Kelly tidak melihat ketulusan Maisha saat ini.
"Baik," jawab Kelly membalas senyuman Maisha.
"Aku senang kalian akur. Jadi, kita bisa bermain bertiga. Benar kan, Maisha?" kata Peter dengan wajah yang senang.
"Ah, i-iya, haha," jawab Maisha. Melanjutkan tugas yang diberikan Bu Maya tadi.
'Apakah dia sesenang itu? Senyumnya manis sekali,' batin Kelly yang tanpa sadar tertular senyum Peter.
"Kembalikan! Aku belum selesai membacanya!" ucap Adel-siswa bertubuh gemuk dan menyukai membaca itu.
"Wah, Adel. Kamu membaca buku ini dari kemarin. Biarkan aku membacanya juga," jawab Nugi-siswa paling nakal di kelas ini.
"Bukankah kamu tidak suka membaca?" tanya Adel dengan tatapan meremehkan.
"Wah, cerita Putri Duyung, ya. Kamu seperti anak TK saja membaca buku seperti ini. Apakah kamu masih diberikan dongeng sebelum tidur oleh ibumu?" celetuk Nugi yang membuat Adel marah.
Fakta bahwa Adel masih diberikan dongeng sebelum tidur itu juga tidak salah. Jadi, dia merasa sedikit tersindir.
"Kembalikan!" sentak Adel.
"Baiklah. Aku akan mengembalikannya tapi, kamu harus menceritakan sebagian besar tentang buku ini," tawar Nugi.
Adel sudah sangat pasrah sehingga menurutinya.
"Buku itu, mengisahkan Putri Duyung yang merupakan anak Raja yang penasaran dengan dunia daratan, sehingga dia mendatangi penyihir untuk memberikannya kaki dan menukarkannya dengan satu kotak emas. Putri Duyung memiliki hati yang baik dan paras yang cantik, sehingga–" papar Adel yang terpotong Nugi.
"Aku tahu kalau versi Putri Duyung ini sangat banyak. Tapi, apakah kamu tahu bahwa dia itu tidak secantik dan sebaik yang kamu pikirkan? Putri Duyung yang sebenarnya, memiliki wajah yang menjijikan dan berbau kekejaman!" tegas Nugi membuat Adel menatapnya terkejut.
"Kejam? Memangnya apa yang dia lakukan?" tanya Adel lebih serius.
"Karena datangnya Putri Duyung ke daratan, yang sudah terpilih dan terlatih dengan keras oleh Raja. Para Putri Duyung tidak hidup hanya dengan makan ikan saja. Mereka lebih mengerikan dari itu. Mereka berniat menghancurkan peradaban manusia karena dari dulu, mereka memiliki iri yang sangat besar akan spesialnya manusia tercipta," papar Nugi.
"Jika ingin membasmi manusia, kenapa tidak datang berbondong-bondong saja?" tanya Adel meremehkan isi cerita Nugi.
"Karena perlu satu atau dua Putri Duyung untuk melihat kelemahan para manusia. Jika langsung menyerang, mereka akan kalah karena manusia terlalu banyak," jawabnya yang membuat Adel mulai yakin.
"Lalu? Aku pernah mendengar cerita Putri Duyung yang mati karena tertangkap manusia," kata Adel.
"Itu hanya pancingan saja. Raja memang sengaja membuat pancingan Putri Duyung tidak berguna, supaya misinya berhasil bertahap," jawab Nugi enteng.
Deg!
Kelly mendengarnya sedari tadi.