Chereads / Siren Soul. / Chapter 19 - Ellen's Worries

Chapter 19 - Ellen's Worries

Kraash!

Grep!

Makhluk itu yang tidak lain adalah Anna. Benar. Dia adalah Anna yang tertangkap saat Kelly dan teman-temannya mendatangi daratan, untuk menantang Kelly saat itu. Anna ada bersamanya, dan dia pun yang tertangkap cepat oleh para nelayan. 

Siapapun yang ada disana, tidak ada yang bisa melihat Anna cantik dan menggemaskan sekalipun. Anna tampak seperti monster laut. Mirip yang dikatakan manusia. 

Dia datang dengan cepat kepada Elbar, Elbar salah karena tidak mau mendengar rekan-rekannya di sana. 

Krashhh!

Kuku Anna tiba-tiba lebih panjang dan tajam. Matanya penuh dengan dendam kepada Elbar yang ada di hadapannya. 

Anna memundurkan diri terlebih dahulu, terlihat dia seperti ingin memangsa kasar kepada Elbar. Elbar yang melihat itu, berusaha menenangkan Anna di dalam kolam. 

Tangan Elbar diangkat sejajar dengan dadanya, isyarat agar Anna tidak maju untuk menyerangnya. "Tenang. Tolong, mundur. A-aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji," kata Elbar. Dia berusaha sangat keras sembari Elbar memundurkan diri sampai punggungnya pun mulai menyentuh dinding kolam. 

Di sana terdapat empat temannya, yang siap untuk menolongnya. 

"Baik. Tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu," kata Elbar. 

Kini dia sudah berusaha naik. Namun, Anna melihatnya saat itu. 

Kraash!!

"Aaaaaa!" teriak Elbar. 

Jetssh!

Tongkat panjang yang dipegang Jessly memaksa mendorong dan menyetrum tubuh Anna. 

Hingga dia pun tidak sadarkan diri dan mengambang seperti ikan mati. 

"Elbar, ayo naik," ajak Ron. Dia dan kedua temannya membantu Elbar naik ke permukaan. 

"Hah! Hah! Aku benar-benar terkejut. Hey, kamu sudah gila, ya? Kamu hampir mati, Elbar!" sentak Jessly kepada Elbar yang sekarang sedang meringis kesakitan dengan punggungnya yang di cakar. 

"Coba aku lihat," kata Ron. Membuka baju Elbar pelan-pelan untuk melihat lukanya. 

"Kamu selalu saja keras kepala dan berakhir seperti ini. Kenapa kamu tidak pernah mendengarkanku? Hah?!" kata Jessly kembali. Dia berjalan untuk mengambil obat. Jessly juga tidak melewatkan ocehannya kepada Elbar. 

"Hey, kenapa kamu terus memarahiku? Cepat bantu  obati ini. Aku merasa di cakar oleh seekor binatang buas," kata Elbar. 

"Sekarang kamu tahu alasan kami melarangmu? Jadi, siapa yang bodoh?" tanya Jessly. Dia mengoles beberapa obat pada luka cakaran Anna tadi.

"Kamu," jawabnya tidak tahu malu. Wajahnya masih menahan perih. Ditambah Jessly melakukan penekanan saat memberi obat, karena Elbar menjawab dengan tidak serius. "Aw, bisakah kamu pelan-pelan?" kata Elbar sakit. 

"Kalau begitu, bisakah kau mendengarkanku kedepannya?" tanya Jessly. Dia menatap Elbar tajam dan berhenti mengolesi obat. 

"Baiklah. Berhenti mengoceh dan fokuslah mengobatiku," kata Elbar kembali.

***

Yang namanya kehidupan, rasa khawatir, takut, sedih ada pada setiap makhluk. Bukan hanya manusia yang merasakan itu semua. Para penghuni lautan pun sama. Terutama, wanita tua dengan rambut putih yang di kepang acak. Dia tidak berhenti memikirkan cucunya, Kelly. 

Setiap malam lalu berganti siang, Elen tak henti berdoa agar cucunya mau kembali. Beberapa minggu sebelumnya, tepat saat Kelly dinyatakan hilang, Elen mengunjungi rumah orang tua Anna. Dia menyalahkan banyak hal tentang cucunya yang hilang karena Anna. 

Elen tahu jika Kelly pergi ke daratan untuk menyelamatkan sahabatnya. Dia tahu dari salah satu teman Kelly, Mona. Dia memberitahu semuanya bahkan, melebih-lebihkan bahwa Kelly dan Anna sangat ingin ke daratan. Temannya yang licik itu sudah memberitahu mereka untuk tidak berenang ke tempat berbahaya. Tak ingin mereka terjadi apa-apa, Mona dan beberapa temannya menyusul Anna dan Kelly. Namun, sayang sekali Anna sudah menyusul lebih dulu. 

Begitulah cerita karangan menjijikan dari Mona yang bahkan dialah yang menantang Kelly lebih dulu. 

"Hah, bagaimana ini? Sudah lama cucuku tidak pulang, Olix," kata Elen kepada anak seusia cucunya itu. Olix sering berkunjung ke rumah Elen. Guna memastikan Elen baik-baik saja. 

Olix tahu bahwa di dunia ini, yang dimiliki Kelly hanyalah Elen seorang. Maka dari itu, Olix ingin menjaga Kelly dengan baik. 

"Tunggu saja, ya. Kelly pasti pulang, nek. Dia tidak mungkin senang berada di sana. Kita doakan saja, ya, semoga Kelly dan Anna cepat pulang," jawabnya untuk Elen yang mengeluh. 

Wajah keriput Elen tampak jelas sekarang. Tubuhnya sangat kurus dan garis halus di wajahnya menetap tanpa diundang. 

Elen menjawab Olix dengan menggelengkan kepala bagaikan orang gila. "Tidak, Olix. Sepertinya aku harus ke daratan sekarang," kata Elen yang berusaha mengangkat tubuhnya lemas. 

Olix menghadangnya. "Tidak, Nek. Tolong berhenti memiliki keinginan ke daratan. Biar aku saja," usulnya. Olix mengusap lembut punggung dengan tulang belakang yang tercetak. 

"Tidak. Ayahmu akan marah, jika kamu menyusul mereka ke daratan. Kamu tidak tahu apa-apa, Olix. Daratan itu berbahaya. Mereka sangat kejam. Aku bahkan tidak tahu apakah Kelly dan Anna masih hidup atau tidak," larangnya. Elen mengangkat tubuhnya dan berakhir terjatuh. Dia benar-benar lemas saat ini. 

"Nek, kamu harus mau makan, ya. Aku yakin, Kelly baik-baik saja. Kelly bukan anak yang akan meninggalkan nenek. Percayalah. Jika nenek sakit, Kelly akan sedih," kata Olix yang membantu Elen duduk kembali.

"Aku tidak ingin makan. Aku hanya ingin bertemu cucuku," ucapnya yang di iringi tangisan sendu. 

Olix mengusap air mata Elen pelan dengan tangannya. "Percayalah padanya, nek," kata Olix kembali. 

"Kamu tahu? Aku sangat menyayangi anak itu. Aku hidup sendiri jika dia tidak ada. Tidak. Dia tidak boleh mati lebih dulu. Dia harus bahagia bersama laki-lakinya nanti. Aku akan pergi saat di bahagia. Olix, bahkan setiap malam, aku selalu memikirkan bagaimana caranya aku mengakhiri hidup. Hidupku tidak ada artinya lagi tanpa Kelly. Namun, niatku selalu tidak jadi. Karena, aku masih berharap gadisku masih hidup di sana," kata Elen yang tak henti-hentinya menangis. 

Bagaikan petir yang menyambar. Olix yang mendengarnya sangat sakit hati. 'Aku juga sama. Aku merindukan Kelly, nek,' batinnya. 

Olix tidak berkata apa-apa. Dia hanya menahan air matanya yang membeku menjadi mutiara tanpa arti. Kini, mereka saling menguatkan. 

Olix melepaskan pelukannya. "Nek, sekarang makan dulu, ya. Aku akan mencari cara supaya Kelly bisa kembali," kata Olix. Dia mulai menyuapi satu sendok tak penuh kepada Elen yang tidak membuka mulutnya itu.

Olix menghela nafas sabar. "Aku berjanji. Aku akan menemukan Kelly. Nenek tahu, 'kan? Aku juga sangat menyayangi Kelly," sambungnya. 

Olix berusaha merayu Elen untuk makan. Senyum Olix terangkat sendu, saat Elen mau membuka mulutnya. "Terima kasih, Olix. Kamu memang anak yang baik," kata Elen dengan mulut penuhnya. 

Olix hanya menatap Elen haru. Dia tersenyum senang dan juga sedih. 

"Nek, Kelly biasanya suka membaca, ya? Aku kagum padanya. Dia memang terlihat membangkang. Namun, dia sangat baik kepada kami, nek. Saat Kelly tiba, aku mohon untuk tidak memarahinya kembali, ya. Dia pernah bilang padaku. Dia sangat menyayangi nenek lebih dari apapun," kata Olix yang menunduk.