MALAM semakin pekat. Hari itu, mereka tetap berjalan menyusuri kota dengan tas yang mereka gendong di lengannya. Dinginnya malam semakin menusuk. Hingga suara petir menyambar kota itu.
JDARRR!!!
Hal tersebut membuat Hanna dan Robert terkejut. Mereka saling menutupi telinga masing-masing dan mengangkat bahu singkat. Namun, tidak dengan gadis di sana yang sedari tadi memegang payung hijau tua. Dia malah seperti orang yang menikmati hujan. Suara hujan itu bagaikan lagu yang membantunya untuk menari. Walaupun, tubuhnya tetap diam dan berjalan dengan mata tegas.
Mereka pun dengan segera meneduhkan diri yang kebetulan, mereka berada di perpustakaan besar di kota ini.
Hanna membelakangi gedung tersebut. Dengan tangan yang mengelus kasar bahu nya. Lalu ... melihat ke belakang. Sudut bibirnya terangkat indah.
"Ayo, anak-anak. Kita masuk," perintahnya
Mereka pun menuruti perintah Hanna.
Kelly yang tampak tidak asing juga menaikan sudut bibirnya dan menampakan mata yang berbinar.
"Kamu suka ke tempat seperti ini?" tanya Hanna. Mengibas pelan bajunya yang terkena cipratan air.
Kelly menganggukan kepalanya. "Iya. Aku merasa pernah datang ke tempat yang persis," jawabnya.
"Mau membaca? Aku pikir, waktu kita masih banyak," ajaknya.
Hal itu di tentang Robert. "Hah? Ini sudah sangat malam. Ayo, kita pulang," pintanya. Robert mengangkat jaket Hanna. Memintanya untuk pulang saat itu juga.
"Kalau pulang sekarang kamu mau langsung tidur? Kamu juga terbiasa belum tidur jam segini," kata Hanna. Merapikan kembali jaketnya dan membuat anaknya itu duduk kembali.
"Aish, aku mau main game," balasnya. Wajahnya berkerut dan bibirnya mengerucut.
"Aku juga tidak apa-apa kalau malam ini kita pulang," kata Kelly.
"Apa maksudmu? Kamu harus mencobanya berjalan-jalan di malam hari sambil membeli banyak barang dan makanan. Lagian tidak akan sering. Aku jarang mengajak anak-anak jalan-jalan seperti ini," paparnya. Hidung Hanna memerah. Bahunya bergidik dingin.
Kelly yang melihat itu. "Ibu kedinginan. Kita pulang saja," ajaknya.
"Tidak perlu. Aku akan memesan kopi. Kamu, bisa lihat-lihat buku, ya. Barangkali ada yang ingin kamu baca," ujarnya.
Hanna pun berjalan ke arah mesin kopi, untuk memberikannya pada Kelly dan satu untuknya. Dan anak kecil itu, hanya dia beri colla.
Kelly pun semakin penasaran. Melihat perpustakaan, mengingatnya pada perpustakaan di lautan.
'Tidak sebesar ini,' batinnya.
Kelly menyentuh satu persatu. Membacanya pula. Banyak buku yang menarik untuk Kelly baca. Namun, buku berwarna hijau tua dengan balutan emas, membuat Kelly cepat mengambilnya.
Kelly terlihat heran dengan buku yang dia pegang sekarang. "Sama seperti perpustakaan lautan. Manusia juga punya buku kisah tentang kami. Ini menarik. Aku baca saja. Tapi, ini terlalu ramai. Cover hijau, emas dan gambar putri duyung ini? Sangat cantik. Cih, manusia tahu dari mana putri duyung," ucapnya.
Kelly membuka buku dan matanya tertuju pada halaman pertama. 'Ini adalah kisah putri duyung. Putri yang tinggal di lautan' begitulah baris pertama yang dia baca.
Merasa aneh, Kelly pun melihat papan besar di hadapannya. "Dongeng anak," ucapnya. "Oh, pantas saja ini untuk anak-anak," sambungnya.
"Kelly!" Hanna berseru.
Kelly pun menghampiri Hanna dengan buku yang tidak sengaja terlempar hingga membuatnya rusak. Petugas perpustakaan melihat itu. "Hey, kembali! Kamu harus membeli ini," ucapnya sambil berjalan cepat menghampiri Hanna dan Kelly.
"Ada apa?" tanya Hanna ramah.
Petugas tersebut merasa tidak enak. "Ah, nona ini menjatuhkan buku kami. Jadi Anda harus membelinya," jawab petugas tersebut sambil menunjuk Kelly.
"Oh, begitukah? Saya akan membelinya," kata Hanna yang berjan untuk membayar buku tersebut. "Kamu tunggu di sini dengan Robert, ya," sambungnya dengan bibir terangkat.
Kelly menganggukan kepalanya. Dia merasa terkejut atas apa yang terjadi.
"Ck, aku bilang juga apa. Seharusnya kita pulang saja dari tadi," kata Robert yang masih sibuk dengan game di tangannya dan kaki yang menumpang kaki sebelahnya.
Kelly menundukan kepalanya malu.
"Sudah tidak apa-apa. Kelly, kamu menyukainya, ya? Aku sudah membelinya. Jadi kamu harus membacanya, ya," kata Kelly. "Ayo, kita pulang," ajaknya kepada mereka.
"Ah, nanti saja, Bu. Aku sedang bermain game," ucap Robert.
"Ayo, Kelly. Biarkan saja dia sendiri," sindirnya.
Kelly membalasnya dengan senyum yang ditahan.
"Aish," umpat Robert.
Kini, mereka pun memutuskan untuk mengakhiri perjalanannya. Kelly yang duduk di kursi belakang, dengan buku baru yang tidak sabar dia baca di rumah. Karena dia sudah mencobanya untuk membaca di mobil, kepala Kelly tiba-tiba pusing.
Hanna melihat Kelly yang tersenyum senang. "Aku tidak tahu kamu sesenang itu," kata Kelly yang melempar senyumnya kepada Kelly.
Kelly yang sibuk membuat sesuatu di jendela yang berembun, menghentikan aksinya dan menatap Hanna ramah.
Sedangkan Robert, dia sudah tertidur sejak satu kilometer perjalan pulang pertama.
"Terima kasih, Bibi," ucapnya dengan mata yang melengkung ke bawah.
"Terima kasih kembali," jawabnya yang membuat Kelly senang. "Telah hadir," sambungnya yang membuat mata Kelly membelalak.
Kelly menatap Hanna bingung.
"Ah, kamu tidak mengerti,ya. Setelah ayah Robert tidak ada, kami sangat kesepian. Hidup berdua terasa sulit. Maka dari itu, saat kamu mampir di hidupku, luka itu terobati," jawabnya yang tidak sengaja membuat satu bulatan mutiara hitam menggeletuk tanpa perintah di sudut mata Kelly.
Kelly yang panik, dia pun membelakangi Hanna sembari membuang mutiara hitam itu. Untung saja, Hanna tidak melihatnya.
'Aish, bodoh sekali. Aku tidak boleh menangis," batinnya yang mengumpat.
"Ada apa, Kelly?" tanya Hanna yang masih menyetir. Melihat Kelly kebingungan.
"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya terharu saja," jawabnya.
"Jika kamu belum ingat keluargamu, kamu tinggallah lebih lama dengan kami," kata Hanna ramah.
"Ah, b-baik," jawab Kelly kaku.
Perkataan itu mengingatkan Kelly kepada neneknya. Dia tidak mungkin menetap di sini. Dia harus kembali secepatnya.
"Kita sudah sampai. Tolong bangunkan Robert," pintanya. Hanna berjalan untuk mengambil kunci yang disimpan di depan pot bunga rumahnya. Dia lupa membawa kunci di tasnya.
Alih-alih membangunkan Robert, Kelly malah melamunkan hal tadi. Sudah lama dia di sini. Pasti neneknya mengkhawatirkannya.
"Robert sudah bangun?" kata Hanna. Mengacaukan lamunannya.
"Ah, belum aku bangunkan," jawabnya. "Robert! Bangun! Kita sudah sampai," kata Kelly yang menggerak-gerak badan tebal Robert tersebut.
"Mmm. Sudah sampai, ya," gumam anak tersebut.
Hingga suara ketukan sepatu membuat tiga orang di sana melihat sumber suara itu. Dia adalah Peter. Matanya melengkung. Senyumnya melempar khusus pada Kelly. Hanna yang melihat itu pun, menahan senyumnya.
"Mau menyapa siapa?" sindir Hanna dengan tangan yang dimasukkan.
Peter yang menyadari hal itu, langsung menghampiri Hanna. "Ah, aku mau menemuimu. Aku ingin menyampaikan pesan ayah. Katanya, dia ingin mengajak kalian makan malam bersama kami," ucap Petet dengan penuh harap kepada Hanna.
"Ah, padahal kami sudah makan tadi," jawab Hanna.
Peter mengerutkan wajahnya sedih. "Tapi, ayah dan aku sudah menyiapkan banyak makanan. Ini, sebagai tanda terima kasih. Karena, sudah memberikan uang taxi tadi," jawabnya.
"Ayolah, Bu. Aku juga masih lapar," kata Robert yang menyela pembicaraan mereka.
"B-baiklah. Lagian, kasihan kalian sudah masak," jawabnya yang membuat Peter girang lalu menggandeng Kelly sembarangan.
Kelly yang terkejut, melepaskan tangan Peter.
"Hahaha. Ibu, sepertinya Peter ingin mendekatinya," kata Robert yang membuat tawa renyah dengan ibunya itu.
'Mendekati apaan. Jelas sekali dia ingin mengintrogasiku,' batin Kelly.