Chereads / Siren Soul. / Chapter 15 - Peter Necklace.

Chapter 15 - Peter Necklace.

"Hahaha. Iya, aku ingat itu. Aku tenggelam saat SMA karena tidak bisa berenang," ucap Hanna kepada Elbar. 

"Benar. Bahkan, aku menolongmu saat itu, ya," jawabnya. 

Malam itu, dua keluarga yang sudah dekat sejak lama, saling melempar pembicaraan lucu. Termasuk, Hanna dan Elbar. Hal itu membuat Peter kesal. Belum lama ibunya meninggal, Ayahnya malah tertawa selebar itu. Bagaimana dengan dirinya? Luka saat ditinggalkan ibunya belum sembuh. Dan mungkin—tidak akan sembuh. 

Hingga terbesit sesuatu yang direncanakan sejak tadi. Kini, Peter berhadapan dengan Kelly. Peter menatapnya dingin dan kejam. Dan Kelly menyadari hal itu. Kelly tetap melanjutkan makan ikan di depannya walaupun hatinya mendobrak keras. 

Peter membusungkan dadanya. Lalu, menekuknya kembali di depan Kelly. Wajahnya mendekati Kelly yang sedang makan. "Hey!" Peter berseru. Hal itu tidak membuat Kelly goyah. Dia tetap melanjutkan  makannya. Walaupun, tangan Kelly mulai bergetar.

"Ayo bicara, Kelly," pinta laki-laki bertubuh tinggi itu. Peter menarik lengan gadis itu tanpa satu orang pun yang menyadarinya. 

Peter membawa Kelly ke ruang tengah.

"Aw, sakit sekali. Ada apa kamu ini?" kata Kelly yang sebal dengan Peter dihadapannya kini. 

Dia begitu kasar. Jelek. Dan tidak sopan. Demikianlah batin Kelly berkicau.

"Jangan mengumpatku di hatimu," kata Peter yang membuat Kelly terkejut. 

"B-bagaimana kamu tahu?" tanya Kelly dengan mulutnya yang menganga. 

"Aku ini bukan manusia, Kelly. Aku tahu segalanya," jawabnya dengan bibir yang terangkat sebelah. Meremehkan. 

"B-benarkah?" tanya Kelly kepada Peter. Dia sangat polos. 

"Hahaha. Kamu percaya? Kamu bodoh juga, ya. Jadi tidak tega memukulmu," ucapnya yang kembali datar setelah tertawa.

"Ka-kamu, jangan memukulku," kata Kelly sambil menutup kepalanya.

Hal itu membuat Peter terkejut. 

"Kelly, kamu masih percaya? Aish, aku tidak akan memukulmu. Aku di sini hanya ingin meminta kalung itu," pintanya dengan serius.

"Ka-kalung? Maksudmu, kalung berbentuk Putri Duyung itu?" tanya Kelly. Dia meneguk ludahnya pelan. 

"Benar. Sini, kembalikan kalungku," pinta Peter. Telapak tangannya membuka di depan Kelly.

"E-eh, kalungmu, ya," kata Kelly yang membuat Peter mengangkat satu alisnya..

"Jangan bilang kalungku hilang!" Peter menekan kalimat itu.

"T-tidak hilang. Ka-kalungmu ada di rumah. Tidak mungkin, 'kan? Aku harus membawanya sekarang," jawab Kelly takut. 

"Kenapa tidak? Rumah kita berdampingan. Ayo, aku antar ke rumahmu," perintahnya. 

Kelly berjalan ke arah dua orang dewasa yang semakin mesra. "Ah, Bibi, aku minta kuncimu," pinta Kelly dengan ragu-ragu.

"Kamu mau pulang?" tanya Hanna. 

"Tidak, aku hanya ingin mengambil sesuatu," balasnya.

Mata Hanna melihat Peter yang sedang menyandarkan badannya. "Bersama kamu?" tanya Hanna kepada Peter. 

Petet menganggukan kepalanya. 

"Baiklah, ini. Kembali lagi, ya. Kamu belum makan yang benar," perintahnya .

"Baik, Bi," jawabnya. 

Kini, mereka pun berjalan berdampingan. Peter tidak memandang Kelly sedikitpun. Sifatnya berbeda saat ada Hanna.

"Tunggu di sini," kata Kelly. Kelly pun memasuki rumahnya. Dan Peter menunggu di luar.

Kelly mencari kalung itu. Dia ingat kalung itu dia simpan di botol hijau yang tidak sengaja dia bawa dari laut. "Ini dia kalungnya. Cih, padahal aku suka kalung ini," kata Kelly. Dia pun dengan segera memberikan kalung itu kepada Peter.

"Ini, kalungmu," kata Kelly. Memberikan jimat Peter.

Peter pun melotot. Matanya. "Wah, kalungku." 

Peter pun pergi meninggalkan Kelly begitu saja. Dia asyik dengan kalung yang dia dapatkan.

"Peter!" Kelly berseru. Peter pun menoleh ke belakang dengan senyumnya yang tersisa.

Kelly menatapnya datar. "Tidak ada yang mau kamu katakan?" ucapnya. 

"Ah, iya. Terima kasih," balas Peter sembari membalikan badannya lagi. Meninggalkan Kelly seorang diri. 

"Maklum, manusia!" sentak gadis itu yang disusuli dengan pintu yang ditutup keras. 

Peter yang mendengar suara pintu itu, menatapnya sekilas. Peter tidak peduli. 

Sedangkan di dalam rumah sana, Kelly terduduk di depan pintu dalam. Dia memeluk lututnya. ,"Nenek, aku rindu. Aku juga rindu kamu, Olix," ucapnya. "Tapi aku harus mencari Anna," kata Kelly sendu.

Kelly pun berjalan ke kamarnya. Berusaha untuk merebahkan badannya di kasur empuk. Namun, buku yang Hanna beli mengalihkan niatnya.

"Ah, iya. Buku ini, ya. Aku membaca saja. Setelah itu, mandi," kata Kelly.

Kelly pun membaca buku itu. "Cih, dongeng dari mana ini. Cukup membuatku tertawa. Manusia tahu apa?!" kata Kelly yang meremehkan. 

Hingga tidak terasa waktu sudah memukul jam dinding yang mengarah jam tiga pagi. "Sudah jam segini. Kenapa bibi belum pulang?" kata Kelly heran. 

Suara ketukan pintu mengganggu Kelly saat itu. 

"Apakah mereka sudah pulang? Aku harus memeriksanya," kata Kelly yang berjalan untuk membuka pintunya.

"Bibi sudah pulang? Aku tidak menguncinya," kata Kelly. 

Namun, yang datang saat ini bukan Bibi ataupun Robert. Dia adalah Peter. Laki-laki menyebalkan yang tadi membawa kalung. 

"Pe-peter, ada apa?" tanya Kelly yang takut dan bingung. 

"Bolehkah aku masuk?" tanya Peter dengan wajah yang lesu dan tidak begitu bergairah. 

"Ah, b-boleh," jawabnya ragu. 

Peter pun menepis bahu gadis itu karena menghalanginya. Peter menabrakan dirinya dengan sofa. 

"Pe-peter, ada apa? Di mana bibi?" kata Peter. 

"Mereka sedang mabuk, Kelly," kata Peter.

"Mabuk? Kalau begitu, aku harus membawa bibi," ucapnya.

"Robert, di mana dia?" tanya lagi Kelly. 

"Dia sudah aku kunci di kamarku. Aish, biarkan aku tidur di sini. Aku kesal saat ini," kata Peter. 

"Argh! Pantas saja bibi belum pulang. Aku akan menjemputnya," kata Kelly yang bergegas ke rumah Peter yang dekat itu.

Kini, Kelly menemukan dua orang yang sedang terkapar di lantai. Dengan coretan lipstik merah di wajah mereka. 

"Pfft! Ada-ada saja," kata Kelly yang menahan tawanya. "Bibi, ayo kita pulang. Om, kita pulang, ya. Aku akan menyuruh Peter membantu, Om," kata Kelly ramah. Dia pun mulai mengangkat tubuh Hanna yang sangat  sangat berat..

"Bibi, sadarlah. Aku keberatan membawamu. Ah, aku tarik ucapanku, Bibi tidak berat. Aku memberatkanmu.  membuatku tinggal di rumahmu dan membelikanku banyak barang. Apalagi, aku makannya banyak, ya, Bi," kata Kelly kepada Hanna yang bahkan Hanna pun tidak bisa mendengarnya.

Kelly pun menendang Peter. Agar pergi saat itu juga. "Hey, Peter! Pulanglah. Aku mau menidurkan Bibi. Dia sangat berat," katanya. 

"Hah? Oh, sudah, ya? Baiklah," jawabnya sambil berjalan keluar sempoyongan. Bukan karena mabuk. Peter hanya bangun tidur saja. 

"Bibi, maaf, ya. Aku menidurkanmu di sini. Aku harus menjemput Robert sekarang," kata Kelly.

Kelly pun meninggalkan Hanna sendirian tanpa selimut. 

Kelly berjalan keluar dengan punggung yang pegal. "Aw, pegal juga. Semoga membangunkan Robert tidak membuatku lebih sakit," katanya. 

Kelly pun memasuki rumah Peter, dia terlihat aneh. 

"Hey, kenapa hanya menatapnya saja? Bantu ayahmu tidur di kasur," kata Kelly. 

"Mau membantuku?" Peter menawarkannya. 

"Kenapa tidak sendiri saja? Kamu punya otot di perutmu. Kamu bisa sendiri, 'kan?!" kata Kelly sembari berjalan untuk membawa pulang Robert. 

"Hey! Kamu mesum, ya," umpatnya.