Chereads / HAIKAL / Chapter 3 - PART : HAIKAL & WILLY

Chapter 3 - PART : HAIKAL & WILLY

HAIKAL ZYAN

Pria berusia 23 Tahun, kelahiran Jakarta. Merupakan anak tunggal kaya raya. Saat ini Haikal tinggal di Bandung, setelah perusahaan yang orangtua nya dirikan dipindah, Haikal juga tengah berkuliah di Universitas Bandung. Sebenarnya Haikal tak ingin kuliah, tapi karna keinginan Ibunya, Haikal juga saat ini tengah menginjak S2, keren bukan!

Haikal tinggal bersama ibunya, ayahnya sudah meninggal semenjak 5 tahun lalu, ketika ia masih menginjak SMA. Haikal merupakan anak tunggal dan satu satunya yang orangtua nya punya.

Pria itu suka balapan motor, karna itu ia bergabung dengan geng motor, jangan salah.. Haikal bahkan ketua dari geng motor. Sudah lama ia bergabung, ada alasan mengapa ia bergabung, bukan seperti geng motor lain, yang ugal ugalan dijalan, memalak anak jalanan, tidak. Geng motor Haikal tidak seperti itu, geng motor Haikal hanya sekedar geng yang bahkan lebih banyak diam di markas untuk push rank.

Haikal punya musuh, mungkin bukan juga, karna Haikal tidak pernah menganggap temannya itu sebagai musuh. Andhika, ia adalah teman sejak Haikal sejak kecil, mereka sering bersama, bahkan mereka sering disebut kembar, namun hubungan keduanya renggang saat Andhika merasa iri pada Haikal yang menjadi ketua geng motor. Saat itulah hubungan keduanya menjadi tidak akrab hingga sekarang.

Pria berambut hitam gondrong itu merebahkan dirinya setelah melepas jaket dan tas, ia barusaja sampai.

Pukul 23.00

Haikal menghela pelan lalu bergegas segera membersihkan dirinya, pria itu mengambil handuk lalu memasuki kamar mandi, mukanya lebam, akibat tadi berkelahi dengan Andhika. Haikal kembali mengingat tadi, dimana Ibunya selalu menjemput dia di markas, dan mengomelinya.

"Nda kenapa sih jemput mulu!" Gumam Haikal pelan.

Bukan apa-apa, Haikal hanya merasa jika teman temannya akan melihat Haikal adalah anak manja, padahal sebenarnya tidak. Haikal ngerti Ibunya khawatir, tidak perlu menjemputnya ke markas, Haikal sudah 23 tahun, bukan anak kecil lagi.

--

"Gimana perjalan pulangnya nak?"

Pria paruh baya itu menatap putra angkatnya yang kini sudah dewasa dan punya istri, Willy yang merupakan Kakak kandung Kevin.

"Aman kok Yah," jawab Willy.

AJI PRAMANA, pria paruh baya yang sudah menginjak 49 tahun.

"Besok kita jenguk Kevin yaa.." ujar sang Ayah pelan, lalu hanya dibalas anggukan oleh Willy.

Perlahan Selly berjalan, sembari membawa 2 cangkir teh hangat dan kopi untuk dua lelaki yang sudah menjadi keluarganya itu.

"Mas.. kopi nya, ini buat Ayah teh anget.." ujar Selly sembari menaruh gelas pada masing masing pemilik.

"Semakin hari Ayah liat kamu semakin cantik... beruntung Willy bisa menikah sama kamu nak," kekeh Aji pelan.

"Alhamdulillah... Ayah juga Selly liat udah semakin membaik, jangan sering sering merokok sama kopi ya Yah, Oh iya.. Selly tadi beli martabak sama mas Willy, sebentar Selly ambil ya.."

Aji hanya mengangguk lalu Selly bergegas masuk mengambil martabak, ia lupa membawanya.

"Besok peringatan Kevin... Ayah mau jenguk dia, ayah juga udah pesen beberapa makanan untuk bagi bagi anak panti."

"Ayah mau ke panti juga?"

"Iyaa.. emangnya bunda kamu gak bilang?"

"Nggak Yah.. Besok juga Willy sama Selly mau ke panti Yah."

"Hmm... gimana kerjaan? ada masalah?"

"Nggak ada, Aman kok.. Ayah jangan khawatir."

"Syukurlah kalo gitu, Ayah cemas kamu kerepotan, nanganin ini itu sendiri, sementara Ayah cuma bisa bantu disini aja."

"Ayah dirumah dulu, sembuh dulu Yah, jangan banyak pikiran.. Aku juga bertanggung jawab sama Kevin buat jagain Ayah.."

"Kevin.." Aji tersenyum getir setiap nama itu diucapkan, padahal sudah 5 tahun berlalu tapi ia merasa jahat, merasa dirinya lebih bodoh daripada Kevin. Seakan bayangan masa lalu saat dimana ia menekan dan memukuli Kevin karna mendapat nilai rendah disekolah terus menghantui. Rasa penyesalannya begitu besar, benar benar sudah tidak bisa lagi dimaafkan.

"Ayah... Kevin pasti lagi liat, dia udah maafin Ayah, Kevin anak baik, pemaaf gak pernah marah... jadi Ayah gak perlu lagi merasa bersalah, Willy janji bakal jagain Ayah terus, Ayah jangan khawatir ya," ujar Willy pelan menenangkan Ayahnya yang terlihat mulai berkaca kaca.

"Iya pasti nak.. Makasih banyak kamu udah mau gantiin Kevin buat Ayah."

Tak lama Selly datang bersamaan dengan Bunda, sembari menaruh sebuah piring berisi martabak untuk mereka santap bersama ditaman samping rumah.

"Nyemil dulu Yah," ujar Selly.

"Iya sayang makasih ya.."

"Ayah... Bunda udah siapin buat besok syukuran di panti, jadi kita bisa langsung ke panti besok, trus ke makam," itu suara Bunda, wanita paruh baya yang berusia 45 tahun, Nindia namanya.

"Iya.. besok kita bareng bareng ya ke panti," timbal Ayahnya.

Lalu mereka berempat mengobrol ringan sembari menyantap cemilan, menikmati sore hari yang lumayan cerah, ditaman samping rumahnya.

Andaikan ada Kevin, pasti rumah itu takan terasa sepi, begitu pikir Willy saat sejenak bengong, lalu kembali mengobrol bersama Ayah, Bunda & Selly, istrinya.