"Tuan muda!"
Haikal menoleh ketika suara itu terdengar, begitu juga teman temannya.
Pak Didi, manajer sekaligus asisten pribadi dari Alm. Ayahnya.
"Panggil saya?" Tanya Haikal.
"Tuan muda diminta untuk menemui Direktur sekarang," ucap Pak Didi sopan.
"Bunda pasti ditelpon Pak Aheng ya," ujar Haikal.
"Udah sono, hahaa.. mampus lu dimarahin om lu," ejek Yanu yang memang terbiasa suka celetuk.
"Bangsat, awas lu gak gue traktir lagi!" Ancam Haikal dengan nada becanda.
Lalu yang lainnya hanya tertawa pelan, sementara Nita, gadis itu tampak sedikit bingung dengan apa yang dilihat barusan.
"Gue cabut dulu!"
Haikal lalu bergegas bersama Pak Didi, sementara Nita masih menatap punggung Haikal yang perlahan sudah menjauh.
"Oy! Liatin mulu, naksir ya lu!" Yanu membuyarkan lamunan Nita, membuat sang empu tersentak.
"Kalem bangsat! Lu gak ada kalem kalem nya sama cewek, pantes aja sering putus sama cewek lu!" Ujar Jian yang melihat itu.
"Ya maaf, abisnya liatin Haikal mulu dari tadi nih cewek.. naksir ya..." Kekeh Yanu.
"Kak Haikal siapanya Direktur?" Tanya Nita dengan rasa penasarannya.
"Ponakannya!" Jawab Yanu singkat.
"Ooh.." Nita mengangguk setelah tau jawabannya.
"Bokapnya Direktur, tapi karna meninggal 5 Tahun lalu jadi yang ngelola Pak Agan, adiknya bokapnya Haikal, Om nya.." lanjut Jian lebih jelas.
"Eumm.."
"Kakeknya pendiri Universitas ini," tambah Yanu sembari mengemil kuaci.
"Oohh.. maaf kalo saya lancang, nanya nanya gitu," ujar Nita.
"Yaelah santai aja sama kita mah, emang si Andhika geng, hahaa.." kelakar Yanu.
"Eh btw tu anak gak apa apain Haikal kan, yang waktu Haikal nolongin bocah jalanan itu," - Jian.
"Untuk sekarang si aman, tapi gak tau besok, dia bakal ada rencana apa.." - Yanu.
"Tapi sadar gak si, tu anak dari kemaren gak keliatan batang hidungnya," tambah Ucok.
"Bener si, tapi biarin dah, aman juga gak ada mereka.. nih kampus tentram, hahaa.." lagi lagi Yanu sembari mengemil kuaci.
Sementara Haikal sudah tiba diruang makan yang Pak Didi tunjukkan, Haikal terdiam sesaat melihat Om nya bersama tamu mungkin tamu bisnisnya.
"Kenapa om?" Tanya Haikal tak basa basi.
"Pak Willy, ini Haikal.. keponakan saya."
Willy masih terdiam menatap Haikal tak percaya, pria itu benar benar Kevin.
"Pak!"
Setelahnya Willy tersadar, lalu matanya menatap kesana kemari, untuk berusaha lebih tenang.
"Ah saya Willy!" Ucap Willy lalu berjabat tangan dengan Kevin.. tidak Haikal maksudnya.
"Haikal!"
Lalu Haikal duduk, sedikit bingung kenapa om nya.
"Bunda telpon om ya," tebak Haikal.
Agan tertawa kecil, "Nggak."
"Om cuma mau kenalin sama Pak Willy, rekan kerja baru, nanti kita akan kerja sama sama perusahan Pak Willy untuk urusan magang dan promosi, marketing, dan kamu juga harus tau, biar nanti kamu gak kaget," jelas Agan.
"Ooh.. Haikal kira Bunda telpon Om," kekeh Haikal.
"Kenapa emangnya? Kamu berantem lagi sama Andhika?"
"Mana ada Om, saya gak liat Andhika seharian ini," tepis Haikal.
"Hahaa..
Pak Willy, Haikal ini anak dari Alm.Zyan Direktur di UB ini," jelas Agan lagi.
Lalu Willy hanya mengangguk,
"Senang bertemu dengan Haikal," ujarnya ramah.
"Om! Gak ada lagi kan yang mau dibahas? Haikal mau pergi nih."
"Kamu kayaknya males banget tiap bahas bisnis, padahal kan kamu juga nanti yang gantiin posisi Om," ujar Agan.
"Hehee.. nanti aja ya Om, kalo Haikal udah lulus aja bahasnya," kekeh Haikal.
"Kamu mau kemana?"
"Makan Om sama temen," Jawab Haikal.
"Ck.. yaudah."
"Haikal pamit ya Om, Pak Willy.."
...
Pukul 18.04
Willy tengah berada disekitaran Masjid, sembari menatap kearah depan dari dalam mobilnya, sudah hampir 1 jam ia mengikuti pemuda yang ternyata Haikal.
Willy masih benar benar penasaran, hingga ia mengikuti Haikal, mulai dari saat Haikal ke Panti, nongkrong, kerumahnya, lalu pergi lagi nongkrong dan sekarang, Haikal tengah bersiap untuk solat magrib.
Kenyataan pahit barusaja menyadarkan Willy, jika Haikal adalah Haikal, bukan Kevin atau siapapun.
Mereka jelas berbeda, dari segi apapun, kelakuan, sikap, cara bicara, dan yang benar benar nyata, Agama. Haikal ke masjid sementara Kevin dan dia ke Gereja.
Itu jelas berbeda, Haikal dan Kevin hanya mirip, hanya sama dari seluruh badannya.
Tok
Tok
Suara ketukan dari luar itu membuat Willy menoleh sedikit terkejut, beberapa pemuda memakai jaker hitam campur merah itu mendekatinya dengan raut wajah yang bisa saja Willy tebak.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Willy sedikit mengarahkan kepalanya ke beberapa pemuda itu.
"Bacot! Mobil lu ngehalangin motor gue!" Ketus pemuda itu.
Willy mengerutkan keningnya lalu melihat sekeliling yang tentu saja menurutnya masih aman, mobilnya tida menghalangi jalan atau apapun.
"Maksudnya gimana ya? Kan masih bisa lewat situ," ucap Willy membenarkan.
"Ini tempat balapan! Lu tau gak? Wilayah kita ini?"
Cara bicara beberapa pemuda itu tampak tak ada sopan santun sama sekali, Willy punya firasat jelek, akhirnya ia turun dari mobil, dan melihat kanan kiri, beberapa pemuda yang mungkin se usia Haikal ini tampak seperti ingin memangsanya.
"Di dekat masjid? Kalian balapan?" Tanya Willy, tentu saja tak masuk akal, pasalnya dekat Masjid, yang mungkin yang solat akan merasa terganggu.
"Lama banget, tinggal pindahin mobil lu aja!" Ujarnya Sarkas.
"Ini jalanan umum, jadi siapa aja boleh parkir disini, emang kalian ada sertifikat wilayah ini?" Willy mulai kesal.
"Kenapa si?"
Itu Suara Andhika, musuh dari Haikal. Pria itu berjalan mendekati Willy yang sedang beradu tatap sengit dengan anak buahnya.
"Ini nih, ganggu kita mau balapan," tukas salah satu temannya.
"Biar gue aja yang urus!" Kata Andhika.
"Mobilnya bagus, harga berapa?" Tanya Andhika lagi, sembari mengelus mobil Willy.
"Pastinya kalian gak mampu beli," ujar Willy.
"Wiihh.. sombong!" Kelakar Andhika.
"Gimana kalo kita tabrak aja nih mobil?" Usul salah satu temannya.
"Bang! Mau ribut sam gue atau gimana nih?" Ujar Andhika.
"Saya pindah nanti kalo udah pada selesai solat, mereka ke ganggu, kalian ngerti etika gak?" Willy mulai bersuara.
"Ckk.. banyak bacot!"
Andhika mendaratkan pukulan dengan kakinya hingga mengenai dada Willy dan membuatnya tersungkur ditengah jalan.
Bugh!
Bukan Willy atau Andhika, tapi Haikal.
Pemuda itu mendaratkan pukulannya pada Andhika yang membuatnya terjungkal.
"Bangsat!" Umpat Andhika.
"Mau hidup sengsara ya lo!" Tukas Haikal.
"Gak usah ikut campur bisa?!" Geram Andhika.
"Gue gak bakal ikut campur kalo lo gak ganggu orang orang!"
"Good! Haikal si pahlawan! Hahaa.."
"Lo tuli atau apa si? Buta ya! Lo gak liat orang orang lagi solat! Lo pas lahir diadzanin apa didengerin suara anjing!"
"BANGSAT LO HAIKAL!"
Bugh!
Andhika mendaratkan tinjuannya namun berhasil Haikal tepis, lalu mendorongnya membuatnya lagi lagi terjatuh.
"Lo yang bangsat dik! Lo kenapa jadi gini si? Lo gak inget dulu pernah solat bareng, kenapa jadi bangsat gini si dik! Inget dosa lo!"
"Sok bijak, lo tuh dari dulu emang sok bijak! Cuma cari perhatian orang banyak! Pengen dipuji, iya kan!" Balas Andhika tak kalah geram.
"Gue gak habis pikir sama lo dik!"
"Haikal! Udah!"
Willy menahan Haikal yang sudah memuncak emosi, lalu tak lama beberapa gerombolan bapak bapak beramai ramai mendekati keributan, hal itu membuat Andhika cs panik.
"Awas lo!"
Andhika bergegas menaiki motor, "Cabut guys!"
Lalu menancap gas full, kebut.
Sementara Willy dan Haikal masih saling terdiam.