"Woy!!"
Pria berjaket hitam itu berlari setelah melepas helmnya pada sembarang tempat. Matanya menatap tajam pada sasaran yang ia dekati saat ini.
Bugh!!
Pukulan keras itu mendarat sangat keras membuat sang empu meringis kesakitan, bibirnya berdarah. Sementara 2 bocah itu ketakutan setelah melihat perkelahian dihadapannya dimulai.
"Bangsat!" umpatnya kesal.
"Apa?!"
"Ngapain lo ikut campur!"
Pria yang barusan memukul itu tersenyum kecut, ia melihat sang lawan kembali berdiri sembari memegang pipi yang terkena pukulan tadi, matanya menatap tajam pada sang pelaku.
"Kenapa? keluarga lo bangkrut sampe lo harus malak anak jalanan? hah!" kekehnya tersenyum sinis.
"ANJING LO!" sembari berlari membalas pria itu, ia terhenti setelah lawannya berhasil menendang dadanya, lalu menarik kerah baju hingga sedikit terasa sesak.
"Kalo kalian lawan, bos kalian bakal mati!" ucap pemuda itu sembari menoleh kearah teman temannya yang hendak melangkah memukulinya.
"Ckk.. Haikal Haikal! Lo kira gue bakal minta ampun sama lo gitu aja? hah!"
HAIKAL ZYAN
Pemuda bernama Haikal itu semakin menarik kerah sang lawan, menatap tajam.
"Balikin duitnya atau besok nama ANDHIKA tertulis dibatu nisan!" tekan Haikal.
"Dan kalo gue mati, HAIKAL yang dikenal baik akan jadi seorang narapidana.." balas pria yang bernama Andhika itu tak kalah tajam.
Haikal terkekeh pelan, tersenyum remeh.
"Lapor aja.. Silahkan! gue gak takut.." ujar Haikal santai.
"Gue udah punya bukti kok kalo lu suka malak anak anak itu disini.. mau gue kasih liat?"
"Kita liat gimana reaksi bokap lo, setelah tau anaknya suka malak! hmm... kurang jajan?"
Andhika semakin dibuat marah dengan lontaran yang Haikal ucapkan barusan.
"Gimana? kalo gue sebarin ini video citra boss kalian bakal naik apa turun?" ujar Haikal dengan suara agak keras, menatap teman teman Andhika yang sedari tadi terlihat gelisah, sementara tangannya masih menarik kerah.
"Lepasin anjing!" sarkas Andhika.
"Balikin duitnya.." balas Haikal masih santai.
Tak ada suara, hanya keheningan sesaat, teman temannya saling menatap bingung, sementara Andhika sudah semakin kesal.
"Oke! gue sebarin seka-"
"BALIKIN CEPET ANJING!" sarkas Andhika dengan lantang.
Haikal mengangkat alisnya, lalu tangannya meminta uang yang mereka palak untuk dibalikan.
Andhika mendorong tubuh Haikal hingga sedikit tersungkur, ia bangkit sembari merapihkan jaketnya dan memegang bibir yang masih berdarah.
"Awas lo!" ucapnya menatap Haikal dengan tajam.
"Cabut!" Andhika bergegas memakai helm, lalu menaiki motornya diikuti juga oleh teman temannya yang mengejarnya dari belakang.
Sementara Haikal, ia bangun mengibas celana dan jaketnya yang terlihat kotor, dan 2 anak yang sedaritadi melihat kini menghampirinya.
"Kak gak apa apa?" tanya sang anak berusia 8 tahun.
Haikal tersenyum lalu mengangguk,
"Ini.. lain kali hati-hati, jangan lewat sini.. bahaya, lewat jalan yang ramai aja," ujar Haikal.
"Tadi Zio nangis minta beli makan, terus liat amang tukang roti jadi kita kejar buat beli roti, nggak taunya ada yang malak.." lontar bocah berusia 8 tahun itu.
"Laper?" tanya Haikal.
2 bocah itu mengangguk.
Haikal, berlari kearah motornya.. kebetulan ia membawa martabak bangka yang ia beli tadi, syukurlah masih sedikit hangat, kemudian ia memberikan 1 kotak martabak bangka pada 2 bocah itu, terlihat sumringah setelah mendapati martabak bangka dari Haikal.
"Waahh.. apa ini kak?"
"Martabak manis, ini buat kalian.. setelah ini langsung pulang, jangan kemana mana yaa.. udah malem, bahaya disini.."
"Asyiikk.. makasih kak-"
"Haikal.. nama kakak Haikal."
"Hehee.. makasih kak Haikal, lain kali kita balas kebaikan kakak."
"Gak perlu! ini kebetulan aja kakak laper, tapi gak mood lagi gegara liat temen kakak malak kalian.. maafin mereka yaa."
"Iya kak, makasih banyak."
"Sekarang kalian pulang, udah malem.."
"Iyah kak.. sekali lagi makasih kak, kita pamit ya."
"Iyah, hati-hati."
Sepeninggalan 2 bocah itu, Haikal mengambil helm yang tergeletak dipinggir jalan, agak sedikit tergores karna ia tadi terburu buru jadi mungkin helmnya jatuh dari tempat.
Matanya menyipit setelah beberapa motor mendekat kearahnya.
"Kenapa baru dateng si," tukas Haikal.
"Haikal.. lu gak apa apa? mana si Andhika bajingan gila itu?" tanya salah satu temannya.
"Telat ah!"
"Jadi?"
"Yaudah.. clear masalahnya, udah pergi anaknya.." ujar Haikal sembari membuka helm yang lalu ia pasang untuk menutupi kepalanya.
"Sorry.. kita telat."
"Yo! gak apa apa, lagian tu anak gemeter gue takut takutin," kekeh Haikal.
"Hahaa.. masa sih."
"Gue bilang gue punya video pas dia malak, padahal aslinya gue gak punya.. hahaa.."
"Ini nih yang gue suka dari ketua kita.. pinter pasang muka, pinter akting, pinter otaknya deh! hahaa.." timpal pemuda yang berambut brown itu.
"Udah yok kita ke markas!" Ajak Haikal yang lalu diangguki oleh teman se-geng nya.
Setelahnya Haikal bergegas melaju ke arah tempat yang biasa ia tongkrongi bersama teman temannya. tak memakan waktu lama, Haikal cs sudah sampai ditempat yang mereka tuju.
Haikal merebahkan dirinya pada sofa, begitu juga teman temannya ikut serta duduk bersama Haikal.
"Pokoknya besok gue mesti waspada, bisa aja Andhika bakal balas dendam ke gue," ujar Haikal.
"Emang tu anak gak ada kapok kapoknya ya... bikin masalah terus, pantes aja geng motor itu dipandang buruk.." timbal Jaka.
"Emang hobi dia cari ribut.. kan musuh kita juga, si pengkhianat tu anak.."
Haikal memijat keningnya sejenak lalu ia mengubah posisinya menjadi duduk, melirik jam ditangannya yang sudah menunjukan 22.32. Sudah sangat malam, ia mesti pulang.