menangis dan terus menangis,aku sangat kecewa dengan sikap suami kenapa dia lebih perhatian pada keluarganya dibandingkan denganku istri dan seorang ibu dari anak-anaknya.
sampai tiba malam datang seperti biasa aku selalu menyiapkan makan malamnya tanpa sepatah katapun aku terus berusaha menyibukkan diri di dapur dan kamar mandi, setelah selesai aku langsung menuju kamar untuk merebahkan badanku dan mencoba menenangkan pikiranku yang sedang kalut sembari membendung air mata yang selalu ingin jatuh, aku mencoba memejamkan mata hingga aku tertidur.
keesokan harinya seperti biasa aku selalu menyiapkan keperluan sekolah dan keperluan suami seperti baju gantinya dan tetap tanpa sepatah katapun dan tanpa melihatku atopun berpamitan dia juga segera berangkat dan tetap seperti semalam kita tidak saling tegur sapa.
siiangnya aku lagi- lagi dapat orderan online dari teman bekerjaku dahulu,
drrt drrt drrtt,
ponselku berbunyi segera aku buka pesan wa yang tertera di layar
" aku pesan gamisnya 3 yaa ukurannya 2 XL yang 1 XL warna hijau" kata-kata dipesan wa tersebut
Alhamdulillah rezeki pagi ini pikirku
"Iya mbak Vivi, alamat seperti biasa kah kukirimkan atau mau diambil" jawabku menanyakan untuk memastikan pengiriman
" biasa aja kirim kurir aja biar agak cepat Karna mau segera dipakai" balas nya lagi.
" siaapp mbk Vivi" balasku cepat seraya membungkus 3 buah gamis yang dipesan tadi lalu menghubungi kurir langgananku untuk mengambil paket yang akan kukirimkan
tak lama setelah 1 jam berlalu kurirkupun tiba dan segera mengambil paket yang sudah q bungkus rapi serta memberi alamat yang jelas
"seperti biasa ya mas" kataku pada Abang kurir yang sudah langganan
"siap mbak" jawab kurir segera berlalu
Alhamdulillah, Alhamdulillah pikirku rezeki tidak akan pernah tertukar.
setelah itu aku mengeluarkan motorku dan menjadi ojek yang selalu menjemput pulang anakku yang sekolah
setelah tiba di rumah tiba tiba ponselku pun berdering lagi
drrt drrtt
kurogoh saku celana dan mengeluarkan ponsel darinya lalu kubuka pesan wa di layar ternyata santi adik iparku mengirim pesan padaku
" mbak tolong sampekan ke mas Ardy ya kalo aku telp tadi ga diangkat" katanya memberi tahu
aku tau pasti minta jatah seperti biasa pikirku
dia adik bungsu dari suami yang sebenarnya sudah menikah dan tidak ada tanggung jawab suami untuk memberi jatah bulanan atopun jatah sebagai adik karna menang sudah buka tanggung jawabnya tapi tanggung jawab suaminya yang seharusnya menafkahinya lahir maupun batin.
"memang ada masalah apa, uang lagi?" jawabku agak ketus biar dya sedikit tau diri
" bilang aja penting" balasnya mengelak pertanyaanku
" iya kalo aku ingat" balasku secara menutup chat diponsel
Masya Alloh apalagi ini, belum berapa hari sudah di transfer sebanyak itu sekarang mau minta lagi benar-benar diluar kendaliku ingin rasanya q caci maki saat itu juga tapi aku tahan karna masih menghormati suamiku dan menghargainya.
q buka ponsel seperti biasa aku share beberapa baju daganganku berharap ada rezeki dari usahaku berjualan.
setelah berhari hari aku tetap diam seribu bahasa dengan suami begitupun suami dengan egoisnya dia juga diam tanpa bertanya ato menyapa bahkan memanggilku pun tidak, Masya Alloh begitu keras kepalanya dirimu sampai kau tega kepadaku paa batinku
sampai hari ke 6 hari ini hari Minggu memang suami libur dan aku seperti biasa bangun pagi kubangunkan anak-anak dan segera menyuruh mandi Karna memang ada acara dikeluargaku. lalu anakkupun membangunkan papanya dan menyuruhnya agar segera mandi
" paa, bangun ayo buruan mandi " anakku mencoba membangunkan suamiku
memang aku tidak membangunkannya karna sudah dari kemarin- kemarin aku beritahu dia jika ada acara pertemuan keluargaku ditanggal ini, entah dia lupa ato memang malas untuk acara keluargaku tak tahulah.
lalu dia beranjak mandi dan bangun, aku sudah menyiapkan baju ganti nya kuletakkan dimeja sebelah kamar seperti biasa aku meletakkan baju gantinya karna memang dari semalam aku menyiapkan semuanya.
lalu aku keluarkan motor untuk membeli sarapan pagi karna memang sudah terbiasa setiap hari Minggu aku tidak pernah masak karna memang hari Minggu kita selalu makan beli untuk sekedar ingin menu yang berbeda.
setelah selesai makan kita segera berangkat ke acara keluargaku
sesampainya di acara aku tetap tidak bicara sepatah katapun dengan suami begitupun dengan suamiku, sampai akhirnya ibuku mengetahui itu dan mencium ada sesuatu yang terjadi antara aku dan suamiku karna sikap kita sama- sama dingin dan terlihat tidak bertegur sapa.
" ada masalah lagi dengan suamimu ita" tanya mamaku seraya mencoba membaca pikiranku
"iya maa biasa mas Ardy tidak jujur lagi kali ini lebih banyak" jawabku lirih supaya tidak terdengar keluarga yang lain
" masalah saudaranya lagi?" tanya mamaku
"iya" jawabku singkat
" hmm, terjadi lagi dulu katanya janji ga akan mengulangi lagi tapi kenapa sekarang kejadian lagi" desah mamaku
iya memang dulu juga pernah terjadi seperti ini dan aku hampir pisah dengan suami karna ulah saudaranya
masih teringat dan membekas semuanya
3 tahun yang lalu saat aku dan suami masih tinggal di desa kami membangun sebuah cafe kecil karna kami ingin mempunyai usaha sendiri dan sudah lelah kerja ikut orang, yang waktu itu suami memutuskan untuk resign dari tempat kerjanya begitupun denganku karna tujuan kami ingin punya usaha sendiri akhirnya kamipun pulang kedesa dengan hanya bermodal uang kurang lebih 10juta kami nekat membuka sebuah cafe, Alhamdulillah dengan bantuan banyak teman dan saudara kamipun akhirnya bisa buka usaha sendiri dan bisa membeli peralatan musik sendiri karna memang suami adalah pemain musik yang lumayan terkenal didesa. akupun bangga usaha yang kita impikan akhirnya terwujud. Alhamdulillah..
tapi setelah hari demi hari kami mulai merintis usaha kami tiba-tiba hadir kakak dari suamiku yang sedang menganggur dan sedang bermasalah dengan keluarganya yaitu istrinya hingga akhirnya istrinya mengucap akan menceraikannya.
dan tanpa memutuskan iya ato tidak kakak suamikupun ikut menumpang dirumahku, oke awalnya aku masih menghargai dan menghormatinya seperti kakakku sendiri.
setelah berhari hari hingga berminggu Minggu kakak dari suamiku rupanya tidak tau diri dia seperti lupa jika dia sedang menumpang di rumahku dan suamiku, dia seperti seorang raja bangun siang dan bangun hanya makan dan main game di ponselnya, Masya Alloh..
dikarenakan sikapnya yang tidak bisa membuat ku bersimpati padanya lagi dan sering membuatku kesal akhirnya aku menegur suamiku untuk menegurnya dan memberi tahu cobalah membantu kami jika sedang ada pembeli ato apapun yang bisa dia kerjakan hal hal kecil misalnya. pertengkaran demi pertengkaran kecil hampir setiap hari dikarenakan ulah kakak suamiku dan setiap itu juga suami selalu membela dan dengan egoisnya hari itu dia malah memintaku untuk pergi dari rumah, akhirnya masa kesabaranmu habis dan sudah lelah hampir tiap hari cekcok dengan suami akhirnya aku membawa anakku untuk pergi dari rumah itu, aku putuskan pulang kerumah orang tuaku, tak sekalipun dia menahan ato sekedar memanggilku untuk kembali tapi malah membiarkan aku dan anakku pergi dari rumah.