setelah sehari semalam kami menginap dirumah sakit akhirnya kamipun diperbolehkan untuk pulang tentu saja setelah mas Ardy menyelesaikan administrasinya. ternyata mas Ardy meminta tolong temannya untuk menjemput kami dari rumah sakit, ya karna memang mas Ardy takut kenapa nspa denganku setelah oprasi dia tak berani menjemputku dengan motornya.
"sudah yuk pulang, Rere sudah menunggumu dirumah" kata mas Ardy dengan sedikit memelukku untuk membantuku berjalan disampingnya.
"ayo mas, aku sudah kangen dengannya" jawabku semangat
setelah 1 jam perjalanan kamipun tiba dirumah kontrakan kami, mas Ardy memutuskan untuk membawaku pulang kerumah kontrakan bukan kerumah mertuaku.
setelah q turu mas Ardy segera membawaku langsung menuju kamar agar aku istirahat saja di kamar. lalu dia meninggalkanku untuk menjemput Rere dengan temannya itu.
setelah beberapa menit mas Ardy datang bersama Rere yang kemudian langsung berlari menuju kamar untuk menemui ku.
"aku kangen mama" katanya memelukku
"mama juga kangen" kataku sembari menciumnya.
" biarkan mama istirahat du ya re" kata mas Ardy seraya mengajak Rere untuk keluar dan membiarkanku untuk beristirahat barang sejenak.
esok paginya aku masih memikirkan tentang janinku masih belum bisa aku merelakannya pergi ya Alloh maafkan aku masih belum bisa ikhlas tak terasa genangan air mataku menetes dipipi.
"ma" suara mas Ardy mengagetkanku
aku membalikkan badan dan melihatnya, seraya dia memelukku karna dia menyadari bahwa aku masih berduka karna kepergian anak kita.
"maafkan aku mas, aku masih belum bisa merelakannya" kataku sembari menunduk
"gapapa ma, belum saatnya nanti jika sudah waktunya pasti akan hadir lagi" jawabnya menenangkanku lagi.
setelah beberapa menit aku mulai berangsur tenang dan segera beranjak untuk melakukan rutinitas harian ku kembali, aku harus memasak dan menyiapkan segala sesuatu keperluan usaha cafe kami.
"jangan terlalu semangat ma, istirahat saja biar aku saja yang menyiapkan semuanya" kata mas Ardy
"gapapa pa bir aku sedikit terhibur dengan aktifitasku " jawabku
akhirnya hari hari pun berlalu seperti biasa dan kali ini kudengar lagi dan lagi mas Ivan kakak iparku kembali kerumah orang tuanya, ya lagi lagi dia bermasalah dengan rumah tangganya. aku tak ingin dia Datang kesini dan melakukan kesalahan yang sama, aku berharap dia tidak pernah datang lagi.
"assalamu'alaikum'" ucap mas Ivan seraya masuk ke dalam rumahku
"wa'alaikum salam" tampak mas Ardy menyahut salamnya
aku yang sedang berada didalam kamar tak menyahut bahkan tak ingin beranjak menyambutnya, kubiarkan mas Ardy dan mas Ivan mengobrol berdua di teras depan. aku enggan juga bertemu dengannya hingga malas untuk menyapanya, ya aku masih merasa sakit atas semua yang dilakukan masih terasa kesal akibat ulahnya.
1,2 jam berlalu mas Ardy menghampiriku didalam kamar seraya memelukku.
"aku kerumah ibu dulu ya ma sebentar katanya ada yang ingin dibicarakan" katanya meminta ijin
"iya pa, ga lama kan?" kataku
"ga cuma sebentar saja Rere biar aku ajak" katanya lagi
"iya pa" jawabku singkat
setelah hampir satu jam berlalu akhirnya mas Ardy pulang dengan anakku dan Rere segera berlari menghampiriku.
seperti biasa kami lalu makan dan setelah malam kamipun segera menutup cafe dan beranjak tidur.
keesokan harinya aku masih belum tau dan tidak sekalipun mas Ardy memberitahu apa yang sedang dibicarakan dengan keluarganya kemaren dan tidak sekalipun aku menanyakannya karna memang aku sadar aku adalah orang luar walaupun aku seorang istri mas Ardy. tapi sekilas aku mendengar selentingan mas Ardy dengan mas Ivan sewaktu kesini bahwa kemaren adalah acara Sinta yang kala itu ada seseorang yang akan datang melamarnya, ya ampun lagi lagi aku tidak dianggap untuk acara yang berharga itu aku tidak diikutsertakan walaupun hanya sekedar berkenalan dan bertegur sapa dengan calon suami Sinta, entahlah apa yang mereka pikirkan saat itu mungkinkah mereka memang tidak menganggap kehadiranku ataukah mereka memang tidak suka aku ada, kembali kecewa aku memikirkannya, memikirkan sikap mas Ardy yang sama sekali tidak memberitahu aku tentang hal itu walau bagaimanapun aku adalah istrinya dan saudara ipar Sinta. kali ini aku diam mencoba untuk tidak ambil pusing dan tidak ikut andil apapun itu, jika diminta hadir ato diminta untuk ikut membantu tentu aku akan ikut serta tapi jika tidak ya sudah masa bodoh dengan acara selanjutnya. hal yang bisa aku pikirkan saat itu.
hari berganti hari tetap mas Ardy tidak memberi tahuku hingga sampai mendekati acara pernikahan baru aku diberitahu mas Ardy.
"ma bulan depan Sinta akah menikah dengan calonnya, kita bantu apa yang bisa kita bantu ya ma, walau tidak dengan uang kita bisa bantu dengan tenaga" ucap mas Ardy memulai memberi tahu
"lah memang sudah ada calonnya kog aku tidak tau" jawabku pura-pura tak mengetahuinya
" iya nanti mungkin akan main kesini sekalian biar kamu kenal dengan calonnya" kata mas Ardy lagi
"oo.." jawabku singkat dengan menyembunyikan kelecewaanku pada mereka.
setelah hampir senja Sinta datang dengan calonnya kerumahku untuk sekedar silaturahmi dan mengenalkannya padaku. entah apa aku bisa bersikap biasa saja atau apalah itu.
"assalamualaikum" ucap Sinta secara bersamaan denga calonnya
"wa'alaikum salam" ucapku seraya berjalan kedepan teras
" masuk sin, ini calonmu ya?" tanya ku seraya menyuruh mereka masuk
" iya mbak" jawab Sinta
" duduk duduk sin, aku panggil mas Ardy dulu yaa" kataku seraya meninggalkan mereka didepan
aku panggil mas Ardy dan mengajaknya kedepan untuk menemui mereka.
"halo" kata mas Ardy serasa sudah lama saling mengenal
" iya mas" jawab calon suami Sinta sembari menyalami mas Ardy dan aku juga
lalu kamipun duduk didepan dan mengobrol santai, aku sambil terus memainkan ponsel agar sedikit tidak menjadi kaku saat itu, dan mas Ardy mulai memperkenalkan calon suami Sinta padaku begitu sebaliknya.
" ini maa, namanya mas Rian calon suami Sinta" kata mas Ardy sambil mencoba memperkenalkanku
" ini mbakmu mbk Ita mas Rian" kata mas Ardy lagi mengenalkan ku pada calon suami Sinta itu
" iya mbak" jawab Rian sambil menundukkan wajahnya padaku tanda menghormatiku.
"oohh, sudah lama kan kalian saling kenal" tanyaku mengalihkan
" baru mbak, baru 1 bulanan" jawab Sinta dan Rian hampir bersamaan.
ya cukup perkenalan singkat karna memang mengingat usia Sinta juga sudah bukan muda lagi tapi memang sudah matang, karna memang dia hampir tidak pernah berpacaran dengan seorang pria bahkan mungkin tidak ada kenalan seorang lelaki.
"oohh, sudah cocok trus rencananya kapan hari H nya? aku dengar dari mas Ardy bulan depan tanggal berapa?" tanyaku lagi
" insa Alloh tanggal 20 mbak, tolong minta bantuannya ya mbak" jawab Sinta sambil tersenyum
" hmm, insa Alloh yaa" kataku
setelah kurang lebih 30 menit kami mengobrol dan berbincang merekapun berpamitan padaku dan mas Ardy.
"kami pulang dulu ya Mbak Ita mas Ardy, terima kasih sebelumnya untuk bersedia membantu acara kami" kata Rian sambil menunduk dan bersalaman pada mas Ardy dan padaku
" iya sama-sama kamu juga nanti bakal jadi adikku berarti kamu juga keluargaku" jawab mas Ardy dengan santai
ya ampun enteng sekali mas Ardy bicara seperti itu apa dia lupa bahwa dia dan keluarganya tidak menganggap aku, tapi biarlah aku hanya tersenyum kecil mencoba menyembunyikan rasa kecewaku pada keluarga suami.
akhirnya merekapun pulang dan tak terasa hari mulai gelap kami pun bersiap siap untuk menutup cafe kami bersama.