Chereads / saudara no 1 bagi suamiku / Chapter 5 - bab 4

Chapter 5 - bab 4

setelah hampir 2jam berada diperjalanan kamipun tiba di kontrakan kami yang disitu juga adalah usaha kami berdua. dimana sudah tidak ada mas Ivan dirumah itu entah kemana akupun enggan untuk bertanya pada mas Ardy dimana kakaknya berada.

Alhamdulillah rumah tanggaku bisa sedikit tenang sedikit lah.

setelah sampai kamipun membuka usaha kita seperti biasa membuka gerbang dan membuka rolling door cafe.

Bismillahirrahmanirrahim ucapku..

hari demi hari pun berlalu dengan tenang tanpa kehadiran kakak iparku disini rumah tangga kembali harmonis canda tawa dengan si kecil juga kembali seperti biasanya.

"memang mas Ivan sudah baikan dengan Mbak Dina kah paa?" tanyaku suatu ketika

" ya begitulah mas Ivan katanya dapat kerja di kota dan memulai hubungan kembali dengan mbk Dina" jawab suamiku.

"Alhamdulillah" ucapku

"sudah ga perlu dibahas lagi yang penting kita sudah sama- berjuang disini" jawab suamiku dengan penuh semangat agar aku tenang.

hari berganti hari dan bulan berganti bulan hingga akhirnya Alloh sekali lagi menitipkan sebuah amanah Yanga harus kami jaga ya setelah 5 tahun berlalu aku tidak mengikuti KB akhirnya q positih hamil anak ketiga ku suami sangat senang sekali mendengar berita ini dia sangat perhatian sekalu ketika mengetahui bahwa ada calon bayi di dalam rahimku.

" adek sebentar lagi jadi kakak seperti mbk Risa" kata suami memberi tahu anakku rere.

" didalam perut mama ada adek bayi jadi adek ga boleh nakal- nakal lagi ya sama mama" ucap suamiku lagi memberi pengertian pada Rere.

" iya paa, jadi disini ada adek ya paa , iya maa? tanya Rere pada suamiku dan aku sambil mengelus ngelus perutku

"iya sayang nanti adek jadi kakak yaa" ucapku sembari mengelus rambutnya.

"asiiikkkk, aku jadi kakak sama seperti mbak Risa ya maa" tanyanya memastikan

"iya sayang" jawabku sambil tersenyum

kulihat suamiku bahagia sekali dia mengelus ngelus perutku seraya mengecup keningku

"dijaga ya maa, Janga sampai kecapekan" katanya lagi mengingatkanku

"iya paa" bahagia sekali aku semoga denga hadirnya buah hatiku yang ketiga ini keluarga kami bisa lebih harmonis lebih lagi menguatkan hubungan kami yang pernah hampir putus ditengah jalan.

sudah sebulan setelah aku tahu bahwa aku hamil aku rajin memeriksakan kandunganku waalupun hanya di Puskesmas terdekat tapi aku bisa memastikan bahwa janinku sehat dan baik-baik saja.

memasuki bulan keempat usia kandunganku, Alhamdulillah suami sering ada event musik dan hampir tiap 2 Minggu sekali ada yang mengundang sekedar mengisi suatu acara.

dan tak lupa mas Ardy selalu mengikutkan aku dan sikwcil untuk mendampinginya hingga suatu ketika ada tawaran acara lebih besar ingin menggunakan jasanya mengisi acara tersebut, ya acara kirab budaya di desa mas Ardy tampak bersemangat mempersiapkan semuanya bersama teman-temannya.

sampai pada hari H mas Ardy berangkat duluan ke acara tersebut dan lantas q menyusul dengan adik iparku karna saat itu iparku masih sendiri dan belum menikah, dengan menggunakan motor aku membonceng adik iparku menuju lokasi acara dengan anakku juga tentunya.

sesampainya di acara ternyata acara sangat ramai sampai kamipun Tek bisa membawa motor kami dan mengharuskan kami jalan untuk sampai ke tenda tempat dimana suami mengisi acara tersebut, dengan sangat terpaksa kamipun memarkir motor kami dan berjalan perlahan lahan menuju tenda tempat suamiku berada.

lumayan juga jalannya, batinku

" mbak ga capek ya berhenti dulu Alloh capek mbak" kata Santi khawatir tentang kehamilanku

"gapapa sekalian olah raga" jawabku sembari tersenyum

ya kala itu Santi masih sangat baik dan perduli padaku dan anak-anakku

" capek maa" rengek anakku menunjukkan minta digendong

" Tante gendong yaa" timpal Santi pada Rere

"iya" jawab anakku

setelah berjalan hampir 15 menit sampailah kita di tenda tempat suami. yah aku lihat nampak semangat sekali suamiku memainkan alat musiknya dia ada di bagian drum mengiringi beberapa lagu di acara tersebut.

setelah dia tahu kami tiba dia memberi isyarat padaku bahwa sebentar lagi selesai memainkan musiknya.

aku mengangguk tanda mengerti

tak lama setelah itu sekitar 10 menit akhirnya suami turun dari panggungnya menghampiriku kami seray mengambilkan ku es buat kesukaanku. tak lama panitian menyiapkan makanan pengisi acara yaitu grub band suami dan teman-temannya seraya mempersilahkan untuk menyantap hidangannya. seraya mempersilahkan aku dan Santi juga tentunya.

setelah selesai makan kami menunggu hingga hampir malam dan panitia menyuruh kami naik di mobil dan motor kami pun dinaikkan di mobil bagian belakang seraya menalinya supaya tidak jatuh karna selesai acara hari itu malam juga kamipun setelah selesai beberes akhirnya pulang menaiki mobil panitia.

1 jam perjalanan kamipun tiba dirumah dan menurunkan motor kami serta alat- alat musik milik suami juga setelah selesai suami mengantarkan Santi untuk pulang kerumah mertua karna memang jaraknya tidak terlalu jauh dengan kontrakan kami.

setelah tiba suamipun mandi tak lupa aku juga sudah menyiapkan air hangat untuknya mandi agar lebih segar.

setelah mandi kamipun bersama- berbaring di atas kasur dan seperti biasa dia mengelus ngelus perutku dan menciumnya seraya membisikkan sesuatu seakan berbicara pada calon anaknya

" sehat-sehat ya dek jangan nakal kasihan mama" ucapnya sambil tetap mengelus perutku

Masya Alloh bahagia sekali rasanya mendengar mas Ardy tampak begitu perhatian padaku dan calon anaknya. sampai akhirnya kamipun tertidur pulas karna sama-sama kecapekan karna acara hari ini.

keesokan harinya suami mulai menata lagi laat musiknya kembali kedalam studio seperti biasa rutinitas setiap hari suami membersihkan alat-alatnya dan q sibuk dengan rutinitas harian ku mulai memasak menyiapkan bahan dan keperluan cafe serta tugas harian seorang istri. sampai sore hari setelah selesai aku menyetrika baju, tiba-tiba kurasakan mulas diperutku seperti ingin buang air besar lalu q beranjak ke kamar mandi sambil memegang perutku. mas Ardy terlihat sedikit panik melihatku

" maa, kenapa perutmu , ada apa?" tanya mas Ardy cemas

"gapapa mas hanya sedikit mulas saja paling karna kenyang" jawabku sedikit santai sembari menuju kamar mandi

sampai kamar mandi aku seperti orang yang ingin buang hajat tapi tidak bisa mulas tetap kurasakan akhirnya q keluar kamar mandi sembari tetap memegang perutku sambil berjalan menuju kamar mengambil minyak kayu putih dan mengoleskan sedikit ke perutku berharap bisa sedikit meringankan rasa mulasku.

akhirnya sedikit berkurang rasa mulasku, tapi beberapa menit kemudian muncul lagi rasa mulas ku sampai akhirnya aku balik ke kamar mandi ingin menuntaskan membuang hajatku mungkin sudah bisa karna sudah kuoles minyak kayu putih. beberapa menit berlalu keluarlah aku dari kamar mandi tapi tetap sama seperti sebelumnya hingga akhirnya aku memanggil mas Ardy yang ada di depan agar bisa sedikit menolongku untuk memijat sedikit punggungku mungkin bisa hilang rasa mulasku jika sedikit dipijat mas Ardy.

" paa ,paa.." panggilku sedikit berteriak

"iya maa, ada apa? masih sakit kah, aduuhh bagaimana" tanya mas Ardy sedikit panik kali ini muncul dengan penuh kekhawatiran

"iya masih paa, tadi tak oles minyak kayu putih sedikit hilang tapi beberapa menit Dateng lagi mulasnya" jawabku menjelaskan lagi

" tolong pijatkan punggungku sedikit paa, mungkin bisa mengurangi rasa sakitnya" pintaku seraya memberikan minyak kayu putih juga padanya

"gapapakah dipijat maa?" tanyanya memastikan

"insa Alloh gapapa paa" kataku

setelah beberapa jam sedikit berkurang rasa sakitnya . kini muncul lagi dan kali ini lebih hebat rasa mulasnya sampai terasa tak kuat aku menahan sakitnya, sembari sedikit berjongkok aku menuju kamar mandi

" aku panggil Bu aster ya maa biar dilihat perutmu" tanya suami padaku

Bu aster adalah bidan yang juga adalah istri salah satu senior mas Ardy di desa

" iya paa gapapa" jawabku dari dalam kamar mandi

setelah beberapa menit aku keluar kamar mandi tapi kali ini aku benar- benar susah untuk dibuat jalan rasanya mulas sekali sambil sesekali aku jongkok menuju kamar tak lama Bu aster datang dan melihat kondisiku seperti itu kelihatan beliau sangat khawatir

" loh kog bisa sampai begitu sudah lama ta mulasnya? tanya Bu aster padaku

" iya Buu" jawabku sembari tetap memegang perut sambil jongkok

" dari tadi keluar masuk kamar Buu" lanjut mas Ardy menjelaskan

" bawa ke puskesmas saja yaa?" kata Bu aster

" iya Buu ayoo" kata suami penuh kekhawatiran

aku mengangguk mengiyakan pada suami, akhirnya dengan dibonceng naik motor aku diantar suami ke puskesmas dengan disusul Bu aster beserta suaminya pak Rudi.