Chereads / saudara no 1 bagi suamiku / Chapter 4 - bab 3

Chapter 4 - bab 3

akhirnya aku bertekad meninggalkan rumah agar suamiku lebih sadar siapa yang dibutuhkan istrinya sebagi pendamping hidup ato kakaknya yang notabene adalah saudara kandungnya.

yaa tidak sekalipun suami menahanku dan anaknya ato bahkan sekedar memanggilku untuk kembali pulang dia lebih mempertahankan kakakny dibanding keluarganya.

akhirnya aku pergi dengan hati yang hancur dan menahan tangis karna kita berdua naik angkot menuju rumah ibuku, dalam perjalanan anakku bertanya

" kita mau kemana ma?" tanya anakku yang saat itu masih berusia 4tahun

"kerumah Oma sayang" jawabku seraya memeluknya

"papa tidak ikut?" tanyanya lagi

"tidak papa kan cari uang di cafe kalo ikut nanti yg jaga cafe siapa" jawabku mencoba memberitahunya

" kan ada pakde" jawabnya lagi

" pakde kan mau pulang" jawabku lagi

"OOO.." gumamnya

setelah hampir 2 jam diperjalanan akhirnya sampailah aku dirumah ibuku segera aku memeluknya dan menangis menumpahkan segala sesak didadaku

mama tidak berkata apapun dia tetap memelukku seraya mengusap rambutku, tentu sebagai orang tua dia pasti paham yang terjadi tanpa aku memberi tahunya.

" mandi dulu ita dan segera siapin Rere makan pasti dia lapar karna capai di perjalanan" kata mamaku mencoba mengalihkan perhatianku

" iya maa" Jawaku seraya menggandeng anakku masuk lalu memandikannya dulu dan menyuapinya makan.

setelah selesai aku beranjak hendak mandi lalu menenangkan sejenak pikiranku yang tadinya sedang kalut.

" istirahat dulu ya biarkan penatmu sedikit hilang karna perjalanan jauh" kata mamaku lagi

ya memang sedikit penat setelah 2 jam berada di angkot sangat lelah dan akhirnya aku membawa anakku untuk istirahat dikamar.

sore harinya akhirnya aku terbangun sedikit terasa lebih nyaman ketika berada dirumah orang tuaku setidaknya tidak ada seorang ipar yang setiap hari membuatku kesal.

akhirnya aku berada diruang tengah sekedar menonton televisi sambil sesekali bergurau dengan anakku yang duduk di pangkuanku.

"memang ada masalah apa sampai kamu berani keluar dari rumah suamimu" tanya mama secara hati-hati

sebenarnya ingin aku tutupi masalahku dari mama tapi aku juga butuh tempat untuk sekedar berbagi cerita dan juga sedikit butuh masukan dan saran dari mama supaya aku tidak salah jalan untuk kedepannya

" aku sama mas Ardy sering bertengkar akhir-akhir ini maa" sedikit aku buka cerita sambil menghela nafas panjang

" memang masalah apa kenapa sering bertengkar bukannya Ardy sangat menyayangimu" tanya mama

" iya maa itu dulu sebelum ada mas Ivan" jawabku sedikit singkat

"Ivan kakak Ardy? memang kenapa dengannya?" tanya mama mencoba mencari tau

ya memang mamaku belum tau kalo mas Ivan sekarang sedang ada masalah dengan istrinya dan sekarang sedang menumpang dirumah kontrakanku dan suami

" iya ma, jadi mas Ivan itu sekarang sedang dalam masalah rumah tangganya dan sedang pisah-pisahan dengan istrinya dan sekarang dia menumpang dengan mas Ardy dan aku dirumah kontrakan" mulai kuceritakan awal mas Ivan berada dirumahku

" dan hampir setiap hari ada saja ulahnya yang membuatku kesal hingga hampir setiap hari juga pertengkaran - pertengkaran kecilku dimulai denga mas Ardy, dan setiap hari itupun juga mas Ardy selalu membela mas Ivan dengan menyuruhku untuk terus bersabar dan bersabar, tapi maa dia numpang tapi seperti raja bangun- hanya untuk makan, merokok mengopi dan bermain game salahkan bila aku ingin mas Ardy menegur agar bisa membantu kamu jika ada pembeli entah itu hanya mengantarkan pesanan ato sekedar membuatkan minuman pesanan" aku mulai panjang lebar menceritakan keluh kesahnya kepada mama karna memang hanya mama tempatku menumpahkan isi hatiku selama ini.

" ya harusnya dia juga tau posisi bahwa dia sedang menumpang ga ada salahnya jika dia bisa membantu meringankan beban kalian sedikit" tutur mama memahami kesalku

" nah itulah maa, mas Ardy selalu membelanya dan selalu menyalahkan ku karenanya hampir setiap kali aku Ingin menegurnya selalu disalahkan mas Ardy hingga akhirnya aku memutuskan pergi dari rumah" lanjutku ya aku menutupi bahwa mas Ardy mengusirku aku tetap menjaga nama baik AMS Ardy, jika mama tau yang sebenarnya tentu beliau pasti akan merasakan sakit juga.

" ya sudah kamu tinggal disini saja tunggu apa yang akan dilakukan Ardy toh disini juga rumahmu juga" ucapan mama sedikit membuatku lega dan nyaman mendapat perlindungan dari orang tuaku.

hari demi hari tidak ada kabar dari mas Ardy bahwa untuk menanyakan kabar anaknya pun dia sepertinya lupa.

Masya Alloh mas sebegitu lupakah kamu terhadap aku dana anak anakmu apa yang sedang anakmu lakukan apakah sudah makan ato belum tinggal dimana kami apa yang terjadi dengan kami, bathinku menjerit menyadari tidak ada sedikit kekhawatiran dipikiran mas Ardy terhadapku atopun anak-anaknya.

malam berlalu kembali aku teringat ucapan mas Ardy ketika mengusirku dari rumah tak terasa air mataku pun menetes dan terus mengalir dengan derasnya sampai terisak aku tak bisa membendungnya.

kusembunyikan tangisku dari mama karna aku berada didalam kamarku. sembari mengelus rambut anak-anakku saat itu, ya hanya demi anak-anak aku mampu bertahan selama ini aku juga memikirkan tak ingin kejadian seperti ini tapi aku harus bagaimana hatiku sakit dan hancur ketika mas Ardy lebih membela mas Ivan daripada aku istrinya.

kucoba menahan tangisku dan merebahkan tubuhku di atas kasur sembari memeluk anak-anakku mencoba memejamkan mata berusaha menghentikan tangisku hingga aku tertidur pulas malam itu.

keesokan paginya aku bangun agak siang karna terasa pening kepalaku karna menangis semalaman.

dan tak kusadari mama mengetuk pintuku membangunkan ku

" Ita bangun mandi ada Ardy di depan" kata mama dari balik pintu

"a apa maa?" tanyaku agak terkejut karna serasa tak menyangka mas Ardy datang ke rumahku

" ada Ardy di depan nak" Kata mama lagi

kubuka pintu dan memastikan aku tidak salah dengar ucapan mama barusan

"beneran maa?" tanyaku

"yaa, segera mandi dan kedepan yaa" jawab mama sambil meninggalkanku untuk menemui mas Ardy.

setelah mandi dan berganti pakaian q lalu beranjak menuju ruang tamu didepan dan tampak mas Ardy duduk di kursi sebelah mama lalu akupun duduk di kursi satunya. mas Ardy tampak menunduk tak berani memandang wajah mamaku karna mungkin dia merasa bersalah atas apa yang terjadi kali ini.

"sebenarnya ada apa nak Ardy ini kenapa Ita bisa sampai rumah ini, apa kalian bertengkar?" tanya mamaku mencoba mencari keterangan dai mas Ardy versi dia.

" iya maa, hanya sebuah kesalah pahaman kecil mungkin Ita terlalu kurang sabar untuk menerima ujian kali ini." jawab mas Ardy mencoba menjelaskan

"memang aku kurang sabar gimana lagi paa? aku hanya ingin mas Ivan setidaknya bisa membantu kita saat kita sedang agak repot menyiapkan pesanan pembeli tapi kamu selalu membelanya " jawabku tetap dengan versiku

"iya tapi sabarlah sedikit mas Ivan itu sekarang benar-benar sedang butuh support kita dan dukungan kita, saat ini dia sedang jatuh sedang berada dibawah kita sebagai saudara hendaknya membantunya q hanya minta kamu bersabar sedikit" elaknya menjelaskan padaku dan pada mama

"bukankah sebagai saudara kita harus saling membantu sesama kan maa? " tanya nya lagi mencoba menjelaskan kepada mama lagi

" iya benar, memang harusnya seperti itu tapi tidak dengan mengorbankan istri karna tanggung jawab utama mu adalah istri dan anak-anakmu Ardy , dan begitupun denganmu Ita kamu harus lebih bisa sabar lagi dimana setiap rumah tangga pasti ada saja ujiannya " jawab mama mencoba mengambil jalan tengahnya

"dan Ardy aku tidak ingin kejadian ini terulang lagi sampai akhirnya Ita harus meninggalkan rumah lagi jika terjadi sesuatu harusnya kamu bisa menahannya jangan sampai dia keluar dari rumah apalagi dengan seorang anak kalian, begitupun itu jangan sampai kamu keluar dari rumah apapun masalah yang kalian alami usahakan bicarakan dulu dengan sabar dan dengan kepala dingin" kata mama mencoba memberi saran dan membuat suasana damai

" iya maa, aku janji ga akan pernah mengulangi lagi membiarkan Ita dan anak-anak keluar dari rumah dan aku janji akan lebih mengutamakan keluarga ku" ucap mas Ardy meyakinkan mama

" Ita bagaimana denganmu?" tanya mama sembari menatapku

" masukan kamu belajar lebih sabar lagi menghadapi ujian rumah tangga kalian?" tanya mama lagi.

"insa Alloh maa" jawabku pelan

"kalau begitu saya mau minta ijin untuk menjemput Ita dan Rere pulang kerumah maa" ijin mas Ardy lagi pada mamaku

"iya harus itu bagaimana Ita?" tanya mama

"iya maa, Ita mau pulang dengan mas Ardy sesuai dengan janji mas Ardy jika tidak akan terulang lagi kejadian ini" jawabku memastikan keputusan mas Ardy selanjutnya.

"iya insa Alloh aku akan lebih mengutamakan kamu dan anak-anak" jawab AMS Ardy

" ya sudah bangunkan Rere dan mandikan lalu sarapan dulu mama sudah masakan di meja Ardy makanlah dahulu" kata mama lagi

"iya maa" jawabku hampir bersamaan denga mas Ardy

aku beranjak memandikan Rere dan berlalu mengajak mas Ardy untuk sarapan bareng di belakang.

setelah selesai makan kamipun berpamitan kepada mama sembari mengucapkan terima kasih pada mama lalu Rere pun dengan senangnya bisa bertemu dengan papanya seraya meminta gendong mas Ardy dengan manjanya.

"aku pamit ya maa, makasih maa" kataku sembari mencium tangan mama

" lebih sabar lagi ya Ita , ingat keluarga itu nomor satu " kata mama mengingatkan ku

" iya maa, Assalamualaikum ma" pamitku

"wa'alaikum salam, ati dijalan yaa" jawab mama sembari mengecup kening cucunya yg sedang digendong mas ardy

lalu kamipun segera meninggalkan rumah mama dengan menaiki motor akupun dibonceng mas Ardy lalu kupangku rere duduk ditengah seraya memeluknya.