Berlanjut.
"Jika kakak sudah ada di sini, lalu dimana suratnya kakak?"
Perbincangan ini belumlah usai. Dan kini topik pembahasannya adalah surat. Tentu Raeni mempertanyakan perihal surat tersebut.
"Ada padaku. Apa kamu ingin melihatnya?"
"Iya, kakak. Apakah kakak sudah mengetahui isi suratnya?"
"Belum. Tentu kakak tidak akan membukanya seorang diri."
Rihanna mengeluarkan amplop berwarna coklat yang sudah sangat tidak asing bagi kakak beradik ini. Karena di dalam amplop itulah tersimpan Surat Misi Rahasia.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jika Raeni merasakan sakit yang luar biasa di bagian jantungnya, maka itu pertanda Surat Misi Rahasia tersebut datang.
Ketika itu juga amplop itu datang secara otomatis kepada Rihanna. Seperti tidak bisa diterima oleh akal sehat saja jika dipikir-pikir. Namun, apapun itu, kenyataannya sekarang amplopnya akan datang pada Rihanna. Itu saja penjelasan pastinya.
Keduanya membuka isi amplop tersebut. Jika dalam misi sebelumnya mereka mendapatkan potongan gambar, lalu sekarang apa yang akan mereka dapatkan sebagai kunci dari misi mereka?
"Apa yang terdapat di dalam amplopnya, Kak?" Raeni bertanya demikian. Dia sedikit mengintip isi dari amplop yang belum dikeluarkan oleh Rihanna.
Jeng… Jeng… Jeng….
Rihanna mengeluarkannya. Ternyata sebuah gambar yang mereka dapatkan kembali.
"Siapa gadis ini?" Raeni bertanya, ketika gambar itu dikeluarkan.
Ada potongan gambar yang memperlihatkan seorang gadis kembali, dengan memakai seragam sekolah SMA. Terlihat dari gambarnya.
"Lihat Raeni, seragam yang dipakai gadis ini bukankah seragam yang sama dengan yang kamu miliki?"
"Astaga. Yang kakak katakan benar. Aku baru saja memperhatikannya. Mengapa gadis ini memakai seragam sekolahku, Kak? Apakah dia salah satu murid di sekolahku?"
Arah dugaan mereka tentu ke sana. Kemungkinan gadis yang ada di gambar merupakan murid dari sekolah yang sama dengan Raeni.
"Tapi Kak, siapa dia? Sepertinya aku belum pernah melihatnya di sekolahku?"
"Tentu kamu tidak mengenalnya. Itu sudah pasti, karena sekolahmu itu sangat luas bukan? Pasti sangat sulit untuk mengenal setiap murid-murid di sana 'kan?"
"Iya, benar. Yang kakak katakan benar juga. Pasti aku belum pernah berjumpa dengannya, karena murid di sekolahku sangatlah banyak. Bagaimana aku tidak berpikir kesana? Dasar bodoh!"
Biarpun Raeni memiliki IQ tinggi, namun Raeni juga sering berpikiran pendek. Terutama saat mengingat sesuatu. Sesungguhnya Raeni memiliki tingkat mengingat yang rendah.
Begitu kenyataannya.
"Lalu Kak, apa ada petunjuk yang lain? Jika sebelumnya ada petunjuk nama, apakah sekarang ada juga?"
"Benar katamu. Seharusnya ada petunjuk lain dari gambar ini."
Rihanna membolak-balikan fotonya. Dia mencoba mencari petunjuk lain untuk dijadikan sebagai penguat dari misi kali ini.
Namun, setelah mencari di semua sisi gambar tersebut tidak ditemukan kata-kata lain di sana. Bahkan sampai amplop itu pun dicari kembali, ternyata memang tidak ada petunjuk apa-apa.
"Semuanya kosong Raeni. Tampaknya kali ini kita hanya bisa mendapatkan petunjuk ini saja," ujar Rihanna memelas.
"Kakak benar. Tidak ada petunjuk di gambar maupun amplopnya. Jadi, kita hanya mendapatkan gambar ini saja dari misi kali ini? Namun, apa masud dari gambar gadisnya, Kak? Siapa dia? Membuatku penasaran saja."
"Mungkin misi kali ini tidak akan sulit, jika dilihat dari gambarnya? Tapi, yang masih menjadi pertanyaanku, mengapa gadis ini memakai seragam yang sama dengan sekolahmu? Mungkinkah misi kali ini ada di sekolahmu, Raeni?"
Menerka-nerka dari gadis manis pemilik nama asli Rihanna tersebut.
"Entahlah Kak. Aku juga tidak tahu pasti apa maksud dari gambar ini. Aku juga berpikir mungkin gadis ini, adalah gadis yang sama yang aku temui di mimpiku? Atau gadis inilah yang jasadnya ditemukan di ruangan Sains? Aku tidak bisa memastikannya. Ah, aku bingung Kakak."
"Mungkin saja yang kamu pikirkan itu benar. Jangan-jangan dia gadis yang sama yang jasadnya ditemukan di ruang sains itu? Bukankah kamu tidak tahu wajah asli dari jasad itu 'kan?"
Sembari beranjak dari tempat duduknya, Rihanna berjalan beberapa langkah ke depan. Dia hendak mengganti pakaiannya itu, dan pergi menuju kamar mandi yang ada di sana.
"Hm?"
Sedangakan Raeni masih terduduk di sana, sembari memperhatikan terus dan terus gadis yang ada di gambar itu.
Dia mencoba mengingat-ingat di mana dia pernah melihat gadis ini? Namun, ingatannya tidak bisa menemukan kapan dan di mana dia berjumpa dengan gadis yang ada di dalam gambarnya.
"Di mana aku pernah melihatmu? Kamu sepertinya tidak asing bagi diriku." Demikian Raeni berujar.
Dia tak mau melepaskan pandangannya dari gambar yang ada di tangannya. Sementara kakaknya pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, Raeni memutuskan untuk berbaring di atas tempat tidurnya.
Karena lelah akhirnya Raeni pun tertidur di sana. Dia dengan cepat memejamkan keduanya matanya, hingga….
*****
"Ha… Ha, ha…."
Mimpi buruk itu muncul kembali. Kini gadis lain yang terlihat dalam bayangan hitamnya. Raeni kembali bermimpi yang sama seperti beberapa saat lalu, namun kali ini cukup berbeda, tampaknya?
"Tolong! Siapapun tolong saya! Ada yang ingin mencoba menyerang saya. Tolong!"
Gadis itu berlari dengan berteriak meminta bantuan. Namun, sayang dia yang sedari tadi berteriak itu tidak ada satupun yang mendengarnya.
Keadaan sekitar sudah gelap, sepi dan dapat dipastikan pastinya tidak ada orang di sana. Dan lorong-lorong di sini pun tampak gelap, dengan minimnya penerangan yang ada.
"Tolong jangan lukai saya, tuan!" Dia meminta hal demikian kepada seseorang berpakaian hitam, orang yang sama yang Raeni lihat di mimpi sebelumnya.
"Kamu tidak akan bisa lolos dariku, gadis manis! Hahaha!"
Suara tertawanya begitu menyeramkan. Sampai gadis tersebut menjerit ketakutan.
"Aaa!"
Dia mencoba berlari untuk menjauh sejauh mungkin dari sosok di balik topeng tersebut.
Gadis ini berlari dan terus berlari. Tak ada tujuan pasti darinya akan kemana, yang jelas dia harus menjauh dari sosok hitam itu.
Seperti yang digambarkan Raeni kepada Rihanna, sosok hitamnya membawa pisau daging di tangan kanan, serta tangan kirinya membawa sebuah gunting besar yang biasa digunakan untuk memotong rumput.
"Tolong! Siapapun tolong saya!"
Gadisnya telah berputar-putar di sekolah ini. Semua sudutnya sudah dia datangi. Termasuk kelas-kelas yang memang telah dikunci sejak sore itu.
"Harus kemana lagi aku pergi? Tidak mungkin aku pergi ke pintu gerbang. Sudah pasti pintunya telah dikunci sejak sore."
Benar katanya. Sekolah ini telah tutup setelah jam pelajaran selesai semuanya. Sekitar pukul 18.00 sekolah telah tutup. Sedangkan sekarang waktu menunjukan pukul 23 lebih 30 menit, tandanya sekolah ini pastinya sudah tutup.
He. he, he… Dia mencoba untuk berlari menuju ruangan yang ada di ujung lorong ini.
Ada harapan besar bagi dirinya ketika melihat bahwa lampu dari ruangan itu menyala. Di antara semua gedung yang ada hanya ruangan itu yang terlihat terang.
Mungkin dirinya akan bisa bersembunyi di ruangan itu. Pikir gadisnya demikian.
Sementara itu dia terus menambah laju larinya untuk bisa cepat sampai di ruangan tersebut. Sedangkan sosok hitam tersebut sudah tidak terlihat lagi.
Sempat ada pikiran, "Kemana perginya sosok itu?" Namun, gadis ini tidak mau lengah dengan hal itu. Dia harus cepat-cepat sampai ke ruangan yang ada di sana, sebelum sosok hitamnya menangkap dirinya.
Dia berlari, hingga akhirnya berhasil menggapai gagang pintu itu. Dia mencoba membukanya, dan ternyata tidak terkunci. Pintunya terbuka selepas dia menariknya.
Gadis itu masuk dengan segera, dan saat itu juga dia ingin menutup pintunya. Namun, di waktu yang bersamaan pula tiba-tiba….
Hub….
Apa yang terjadi?
Mungkinkah?
Penasaran?