Berlanjut.
Raeni yang baru saja tiba di sekolah harus dikejutkan dengan kejadian aneh yang ada di sekolahnya, yang membuat dirinya kini harus berlari ke suatu tempat.
Tempat apa itu?
*****
"Raeni, tunggu!" Kwang Soo mengejarnya di belakang. Dia yang juga ikut berlari harus tertinggal jauh karena laju lari dari Raeni sangatlah cepat.
Raeni tak lagi berlari. Dia kini telah berhenti dengan expresi wajah tertegun. Dia diam terpaku di sana. Tepat di depan kerumunan siswa-siswi yang ada.
Sama halnya seperti kemarin, sekarang pun ruang sains didatangi banyak orang. Bahkan sampai ada garis polisinya pula, dan tentunya ada beberapa petugas polisi yang hadir di sana.
"Raeni, ternyata… Kau bisa berlari sangat kencang juga, ya…." Kwang Soo mengatakannya dengan terbatah-batah akibat berlari mengejar Raeni.
"Ini tidak mungkin! Semua ini tidaklah nyata. Aku tidak percaya dengan yang aku lihat ini."
Demikianlah Raeni berkata. Dia tampak begitu panik.
"Ada apa denganmu, Raeni? Mengapa kamu mengatakan hal itu? Iya, di dalam sana memang terjadi pembantaian kembali, dan korbannya tewas mengerikan seperti korban yang ditemukan kemarin," ujar Kwang Soo.
"Apa katamu?"
Raeni tak percaya dengan perkataan Kwang Soo tersebut. Dia yang memandang wajah Kwang Soo tampak tidak terima dengan ucapan sahabatnya itu.
"Mengapa kamu menatapku seperti itu? Seperti ada yang aneh saja dari wajahku. Apa ada sesuatu dengan diriku? Aku merasa baik-baik saja, Raeni."
Percuma saja Raeni mengatakannya, dia hanya akan membuang tenaganya hanya untuk menjelaskannya kepada Kwang Soo.
"Sudahlah. Jika pun aku menjelaskannya, dirimu tidak akan mempercayainya juga."
Jawaban Raeni tak masuk di akal. Apa yang ingin dia bahas sesungguhnya? Kenapa dia tampak kesal seperti ini, dan tidak seperti biasanya juga?
Kwang Soo berpikir hal tersebut, ketika menatap gadis yang berada di sampingnya itu.
Raeni sendiri tak berkata banyak pada Kwang Soo, akan tetapi hari ini Raeni cukup berbeda.
"Aku harus masuk ke dalam sana dan memeriksanya. Aku harus memastikan, jika itu bukanlah dia!"
Raeni bergumam sendiri. Dan saat itu juga dia mengambil tindakan. Dirinya nekat berlari menuju ruang sains yang penjagaannya ketat oleh para petugas polisi.
"Hei, Raeni! Apa yang ingin kamu lakukan?" Kwang Soo berteriak memanggilnya, namun Raeni tidak menggubrisnya.
Gadis itu tetap berlari menuju ruang sains yang sudah dipasangi garis polisi itu.
"Hei, nona. Apa yang ingin kamu lakukan disini? Siapapun dilarang untuk mendekat!"
Memang tidak ada kerumunan besar di depan pintu ruangan sains ini. Namun, Raeni tidak bisa masuk dengan mudah ke dalam sana. Karena penjagaan yang ketat.
"Biarkan saya lewat paman. Saya ingin masuk ke dalam dan memastikan jika itu bukanlah dia."
Raeni terus mengatakan hal yang sama. Dia memaksa para petugas agar memberinya izin untuk masuk ke dalam.
Akan tetapi prosedurnya, "Siapapun dilarang untuk memasuki ruangan. Karena sedang dilakukan penyidikan di dalam sana" jadi Raeni tidak bisa masuk ke dalam dengan mudah.
"Saya mohon Paman. Izinkan saya untuk masuk ke dalam. Saya hanya ingin melihat korbannya saja. Hanya itu yang saya inginkan. Saya mohon paman."
Seperti ucapannya. Raeni terlihat begitu memohon dan memaksa agar petugas memberikannya jalan.
"Tidak! Tidak ada satupun yang bisa memasuki ruangan ini, kecuali petugas kepolisian. Karena di dalam sedang ada penyelidikan. Paham!"
Petugasnya juga kekeh tidak akan memberikan izin untuk gadis bernama Raeni ini masuk ke dalam.
"Saya mohon paman. Saya hanya ingin memastikan jika korbannya bukanlah saudara saya, Paman. Saya mohon."
Tercetuslah kalimat tersebut. Apakah dengan itu Raeni bisa meyakinkan petuasnya?
"Apakah kau mengenal korban yang ada di dalam sana?"
Polisinya berbalik bertanya, hanya untuk memastikan saja. Takut, yang diucapkan gadis ini adalah bohong.
"Iya, Paman. Dia adalah adik sepupu saya. Saya hanya ingin memastikan saja, jika korban itu bukanlah dia… Adik sepupu saya sudah menghilang sejak kemarin malam. Saya tidak bisa mendapatkan kabar darinya. Jadi, saya sangat mencemaskannya."
Sungguh akting yang meyakinkan. Raeni benar-benar membuat kebohongan itu sebagai cara dirinya agar dapat masuk ke dalam.
"Saya mohon paman…." Bahkan dia juga menunjukan wajah memelas penuh sendu. Agar para petugas itu merasa iba dengannya
Para petugas ini saling berbisik untuk membuat keputusan. Satu diantara mereka merasa kasihan dengan Raeni. Namun, ada juga yang tidak setuju jika Raeni diberikan izin agar mendapatkan akses masuk ke dalam.
"Tidak bisa! Di dalam sedang ada penyelidikan. Siapapun dilarang masuk ke dalam dan mengganggu penyelidikan yang sedang berlangsung. Jadi tidak bisa!"
Penolakannya tetap sama.
"Tidak apalah, kasihan gadis itu. Dia berkata korban yang ada di dalam itu adalah adik sepupunya yang menghilang sejak kemarin. Jadi, biarkan saja dia masuk ke dalam…."
Namun, yang satu ini tidak setuju untuk memberikan Raeni izin masuk.
Sementara para petugas ini sedang berdebat satu sama lain. Saat itu juga, Raeni memanfaatkan kesempatan yang besar ini.
Dia melihat ada peluang baginya untuk masuk ke dalam sana.
Raeni menyelinap masuk melewati garis polisi itu ketika para petugasnya tidak menyadari dengan tindakan gadis tersebut.
"Lihat, gadis itu masuk ke dalam!"
Salah seorang petugasnya mempergoki Raeni. Dan itu secara otomatis membuat Raeni harus mengambil tindakan cepat.
"Cepat tangkap dia!"
Para petugasnya berlari untuk mengejar gadis yang menyelinap masuk tersebut. Raeni pun tak mau kalah. Dia juga berlari terlebih dahulu, sebelum petugasnya akan menangkapnya.
"Hei, kamu siapa? Bagaimana bisa kamu memasuki area ini?"
Salah satu tim penyidiknya bertanya kepada Raeni, yang berhasil masuk ke dalam itu.
Raeni pun telah berdiri begitu dekat dengan korbannya. Namun, sayang Raeni tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup kain putih.
"Hei, nona! Sudah dikatakan siapapun dilarang masuk ke dalam sini!" Petugas polisinya langsung saja menangkap Raeni.
Mereka memegangi kedua tangan Raeni agar gadis licik ini tidak kabur dan pergi seenaknya saja.
"Siapa dia? Bagaimana bisa dia masuk ke dalam area terlarang ini? Sudah dikatakan tidak boleh masuk ke tempat ini sebelum penyelidikan ini selesai!"
Tim Forensiknya memarahi petugas polisi yang bertugas menjaga depan itu. Karena tindakan Raeni yang sangat nekat tersebut, membuat para petugas ini akhirnya dimarahi.
"Maafkan saya, Pak. Gadis ini terus memaksa masuk untuk melihat korbanya. Dia mengatakan, jika dirinya mengenal korban ini, Pak."
Petugas polisi itu memberikan penjelasan pada tim penyidik alasan kenapa Raeni dapat masuk dengan mudah ke area terlarang tersebut.
"Jadi, apa benar kau mengenal korbannya, gadis manis?" Dia bertanya pada Raeni, yang tengah tertahan itu.
"Aku tidak tahu pasti. Namun, aku datang kemari hanya untuk memastikan, apakah dia adik sepupuku atau bukan. Hanya itu saja, tetapi para petugas ini melarangku untuk masuk."
Raeni menunjukan rasa kesalnya kepada para petugas yang sekarang sedang memegangi kedua tangannya itu.
"Lepaskan dia!" Tim penyidiknya meminta agar Raeni dilepaskan. Mungkinkah dia mempercayai ucapan Raeni tersebut?
Seperti yang diperintahkan, Raeni pun dilepaskan.
"Kemarilah!"
Raeni diajak untuk mendekat. Keadaan sekitar memang sangat kacau. Banyak dari mereka yang sedang memeriksa keadaan ruangan sains ini.
Ada yang bertugas mencari sidik jari pelaku, dan ada juga yang memeriksa keadaan korban secara tidak langsung itu.
"Lihatlah, apakah korban ini benar adalah adik sepupumu?"
Raeni diminta untuk melihat wajah dari korbannya. Dan Raeni pun memandang wajahnya.
"Ini benar dia. Tidak mungkin jika memang dia!" Batin Raeni.
Dari raut wajah yang ditunjukan, Raeni tampak terkejut ketika melihat langsung wajah korban tersebut.
Namun, dia tidak mengatakan apa-apa walaupun dalam batinnya di berkata, "Ini benar gadis yang ada di gambar itu! Bagaimana bisa dia adalah korbannya?" Raeni mengatakannya dalam hatinya. Hingga para petugas tidak tahu, arti dari diamnya Raeni tersebut.
"Bagaimana, apakah benar dia adalah adik sepupumu?" Tim penyidik itu bertanya kembali pada Raeni.
Sedangkan Raeni belum memberikan jawabannya. Hingga dia membuat penakuan.
"Bukan! Dia bukanlah adik sepupuku. Ah, syukurlah setidaknya dia memang bukan adik sepupuku."
Begitulah pengakuan yang dibuat gadis ini. Karena bukan adik sepupunya membuat tim penyidik itu menutup kembali wajah korbannya dengan kain putih, dan segera berdiri kembali.
"Jadi benar, korban ini bukanlah adik sepupu yangs sedang kamu cari?" Kembali petugasnya bertanya pada Raeni.
Dan jawaban Raeni masih tetap sama.
"Iya Pak. Saya yakin jika dia bukanlah adik sepupu saya. Saya yakin dengan itu."
"Jika memang seperti itu. Sebaiknya kamu pergi. Biarkan para petugas di sini melakukan tugasnya dengan tanpa adanya gangguan. Paham!"
"Saya paham Pak. Baiklah saya akan pergi. Lagipula saya sudah puas, karena sudah melihat korbannya. Dan ternyata memang bukan adik sepupu saya. Sebelumnya terima kasih karena sudah memberi saya izin untuk melihat wajah si korban. Semoga tugas Bapak berjalan dengan mudah. Sampai jumpa."
Salam Raeni di akhir kalimatnya. Karena merasa sudah puas, tentu Raeni memutuskan untuk pergi saja.
Dia tidak akan repot-repot untuk berlama-lama disana, karena itu bukanlah tugas dari seorang pelajar seperti dia ini.
"Iya, hati-hati di jalan." Tim penyidik itu membiarkan Raeni untuk keluar dengan mudah.
Dia tidak berpikir jika gadis itu sedang membohonginya. Petugas ini hanya menduga, jika yang dikatakan Raeni itu adalah benar. Karena dia seorang pelajar, dan tidak mungkin pelajar berkata bohong.
Raeni kembali keluar dengan para petugas yang tadi berjaga di luar.
"Maafkan saya paman karena membuat paman-paman ini menjadi repot. Saya meminta maaf."
Sebagai pelajar yang baik sudah sepatutnya Raeni meminta maaf atas apa yang dia lakukan tadi.
"Tidak apa-apa. Setidaknya kamu bisa melihat bukan, jika korban itu bukanlah adik sepupumu. Kami turut senang," ujar salah seorang petugas.
"Iya, Paman. Saya juga bersyukur jika korbannya bukanlah adik sepupu saya. Saya berterima kasih karena paman sudah mau membantu saya. Terima kasih semuanya."
Raeni terus mengulang kalimatnya. "Terima kasih" karena memang dia harus berterima kasih.
Setelah itu Raeni berputar arah dan hendak pergi dari sana. Walaupun dia tidak banyak mendapatkan informasi, setidaknya Raeni bisa sedikit mengambil kesimpulan.
Jika korban itu adalah, "Gadis yang ada di dalam gambar itu" hanya itu yang bisa Raeni simpulkan.
Setelah ini Raeni belum bisa berbuat banyak, dia harus bertemu dengan kakaknya dan menceritakan semuanya pada kakaknya terlebih dahulu.
Dan setelahnya itu semua terserah pada kakaknya.
Apa yang akan terjadi?
Mungkinkah akan ada korban baru?
Atau misi ini berakhir disini saja?
Penasaran?