Chereads / CINTA PENGANTIN MASA LALU / Chapter 3 - 03. Ketakutan Yang Tidak Beralasan

Chapter 3 - 03. Ketakutan Yang Tidak Beralasan

"Baiklah. Jika tidak ada orang kami pulang saja, ya!"

Karena ini tidak ada siapa-siapa dan sudah larut malam juga, Natasha dan Nerisha memutuskan untuk pulang saja. Biarpun mereka tidak menemukan petunjuk untuk misi kali ini, setidaknya kakak beradik ini bisa kembali besok serta memulai kembali pencarian ketika matahari telah terbit esok hari.

Berjalan meninggalkan ruangan kamar, dengan keadaan gelap gulita dan minimnya cahaya, baik Nerisha dan Natasha saling bergandengan tangan agar tidak kehilangan satu sama lain. Hampir sampai ke pintu keluar. Namun sebelum langkah mereka sampai, Nerisha dikejutkan dengan jatuhnya benda besar di depan matanya.

Tiba-tiba tanpa ada yang mendorong sebuah kardus besar terjatuh dari tempatnya secara mendadak. Nerisha dan Natasha dibuat terkejut.

"Kakak!"

Nerisha menjerit, respect dia meloncat kepada Natasha sebelum akhirnya Natasha pula memeluk adiknya dan mendekapnya begitu erat. Nerisha sangat ketakutan, sebab kardus yang besar itu jatuhnya tepat di depan dengan kondisi rumah yang tidak ditemoati oleh orang lain. Kecuali mereka yang baru saja datang.

Tanpa disengaja Nerisha menjatuhkan ponselnya, sebab dia yang meloncat tadi, serta kamera miliknya ikut terjatuh pula ke lantai. Nerisha tidak bisa menggambarkan situasi perasaannya sekarang. Natasha juga merasakan hal serupa dengan yang dialami Nerisha.

"Kakak, aku takut sekali! Aku tidak mau tertangkap oleh roh jahat! Kakak lindungi aku dari makhluk gaib! Sebaiknya kita pulang saja, Kak!"

Dia merengek, semuanya diungkapkan Nerisha ketika menenggelamkan wajahnya dala pelukan Natasha. Hal itu pula yang membuat Netasha tak memiliki kesempatan untuk berbicara. Gadis yang memakai kacamata minus itu harus berkata apa jika adiknya terus saja berisik.

Di waktu bersamaan. "Meong." Terdengar suara kucing mengeong yang sumbernya tidak terlalu jauh dari mereka. Telinga Nerisha dan Natasha dalat mendengar suara tersebut dengan jelas.

"Kakak, dengar suaranya bukan? Itu pasti roh jahat yang ingin menangkap kita! Aaaa, Ibu!"

Nerisha semakin ketakutan. Dia berteriak histeris seakan-akan rumah ini memang berhantu. Dia meracau mengatakan semua hal tanpa dia sadari itu hanyalah ilusi ketakutan yang dia ciptakan sendiri.

"Aaaa, Ibu!"

Bahkan gadis ini menangis memanggil nama Ibu yang tentu tidak akan bisa mendengar suaranya, meski dia berteriak memakai pengeras suara sekalipun. Natasha sendiri berusaha untuk tidak panik dna tetap tenang. Semuanya dia lakukan demi Nerisha agar kecemasan berlebihannya itu dapat hilang. 

Hub … Suara seperti ada yang meloncat ikut terdengar setelah suara yang mengeong sebelumnya.

"Kakak!" Nerisha semakin menjerit ketakutan, membuat telinga yang mendengar ikut merasa sakit. Bukan merasa iba, Natasha berbalik merasa kesal. Nerisha hanya mengarang cerita dan tentu saja membuat kondisi ini semakin memburuk.

"Meong."

Ternyata itu bukanlah hantu atau roh jahat yang ditakuti Nerisha selama ini. Itu memanglah seekor kucing betina dewasa. Ketika ada sedikit kilat menyambar dari luar, saat itulah cahaya terang masuk ke dalam rumah dan memperlihatkan bahwa itu hanyalah seekor kucing betina yang masuk ke dalam rumah. Suara kucing itu kemungkinan tanda dia mengucap salam bagi Nerisha dan Natasha.

"Sudahlah. Kau tidak usah takut tak beralasan seperti ini. Tidak ada yang perlu ditakutkan, itu hanya kucing betina biasa saja."

Natasha mencoba menenangkan adiknya yang manja itu. Dia melepaskan pelukan Nerisha, serta memutar tubuh adiknya untuk melihat ke depan. Rasa takut Nerisha memang berlebihan ditambah pikiran jeleknya yang mengakibatkan situasi yang semula diam menjadi kacau.

"Coba buka matamu. Coba lihat yang ada di depan matamu sekarang," jelas Natasha yang terus meyakinkan Nerisha bahwa tidak ada roh jahat yang ingin menangkap mereka, melainkan hanya seekor kucing yang mungkin sedang mencari makan di sekitar area komplek ini.

"Tidak mau. Aku tidak mau membuka mataku. Kakak jangan bercanda," tolak Nerisha, sambil menutup mata dan enggan terbuka.

Dia sendiri takut untuk membuka mata, takut-takut ada roh jahat atau hantu yang siap menakutinya. Meski memang itu suara seekor kucing bisa saja roh itu berwujud kucing. Nerisha tidak ingin mengambil resiko untuk melihat hal yang menakutkan di depan matanya.

"Lihat saja. Itu bukan hantu, seperti yang kamu bayangkan …"

Natasha terus saja berusaha meyakinkan adiknya yang keras kepala itu. Sedangkan Nerisha juga tidak mau menuruti kakaknya meski sudah berulang kali dijelaskan sekali pun. Kucing betina itu mendekat pada kaki Nerisha, dengan sengaja dia bermanja-manja di kaki Nerisha seolah meminta belayan dari gadis itu.

"Ibu!"

Sontak itu memantik rasa takut Nerisha menjadi semakin besar. Dia berbalik badan dan ingin memeluk Natasha kembali. Namun, kakaknya itu menahan dia untuk tidak memeluk dan sebaliknya meminta Nerisha untuk membuang rasa takutnya yang berlebihan tersebut.

"Coba kau lihat dahulu! Tidak menakutkan, itu hanya seekor kucing betina yang malang saja."

Desakan Natasha membuat Nerisha memberanikan diri untuk membuka matanya perlahan-lahan. Meski masih diselimuti rasa cemas, tetapi Nerisha menuruti perkataan Natasha dan berusaha membuang rasa takutnya jauh-jauh.

"Bagaimana kalau kucingnya adalah monster yang sedang menyamar seperti yang ada di film-film. Aku tidak mau!"

Kembali dia melontarkan perkataan oming kosong yang tidak masuk diakal. Natasha ikut bingung, bagaimana adiknya bisa membuat karangan cerita yang bagus seperti itu? Bulu kuduk Nerisha berdiri semua, dia tak mau melangkah dan malah semakin mundur seolah sesuatu telah menariknya.

"Itu hanya imajinasimu saja. Lihat dulu! Setelah kau melihatnya kau pasti langsung suka."

Natasha percaya diri, jika Nerisha akan langsung suka dengan kucing itu. Namun, Nerisha sungguh keras kepala. Di sekolah dia boleh saja dijuluki gadis pemberani, tetapi sekarang untuk membuka mata saja dia tidak bisa. Sebaliknya hanya membuat karangan cerita yang tidak pernah ada sama sekali di dunia nyata.

"Baiklah. Kalau ada apa-apa denganku, maka aku akan menyalahkan kakak," kata Raeni memastikan terlebih dahulu. Bahwa keselamatannya akan terjamin oleh Natasha. Jika pada akhirnya terjadi sesuatu pada dia, maka Nerisha akan sangat mudah menyalahkan Natasha.

"Iya," balas tegas Natasha yang sudah geram sejak 10 menit yang lalu.

"Sudah cepat!"

Hanya tinggal membuka mata saja, Nerisha masih saja ragu. Akan tetapi demi kakaknya, maka dia akan membuk mata. Lagi pula jika terjadi sesuatu yang tidak mengenakan kakaknya siap bertanggung jawab.

Perlahan kedua mata mulai terbuka. "Cepat!" paksa Natasha kembali, sembari mendorong Nerisha untuk segera membuka mata yang sejak tadi hanya bisa dikatakan saja.

"Iya kakak, sabar sedikit."

Hanya tinggal membuka mata saja Nerisha masih saja mengelak. Di belakang dirinya, Natasha begitu memaksa dan sangat cerewet seperti kereta api. Sedangkan di depan "Meong" kucingnya yang mengeong membuat Raeni sedikit mengurungkan niatnya untuk yang kesekian kalinya.

"Ibu!"

"Cepat! Lihatlah!"

Karena sudah sangat geram akhirnya Natasha terbawa emosi juga sebab Nerisha terus mengulur waktu dan membuat situasi yang mudah menjadi sulit. Namun, setelah bersusah payah Natasha akhirnya berhasil memaksa adiknya untuk membuka mata, dan reaksi apa yang ditunjukkan Nerisha?

"Uuu, kucingnya manis sekali. Siapa namamu sayang?"

Nerisha langsung saja bercanda dan bermain dengan kucing yang sebelumnya dirinya menganggap sebagai roh jayat yang ingin menculik dirinya. Sekarang rasa takut itu sudah menghilang saat melihat kucing dengan 3 warna tersebut.

"Astaga, aku sudah bisa menebaknya. Hal memalulan ini akan terjadi."

Rihamna yang ada di belakang hanya bisa menepuk dahinya. Adiknya memang cantik, kulitnya mulus berwarna putih layaknya susu dan memiliki para yang cantik. Namun, jika sedang takut maka sifatnya berubah manja seolah yang dikatakan tadi itu tidak pernah terjadi.

"Sudah kakak katakan, jangan terlalu banyak menonton film hantu. Jadinya seperti ini, seekor kucing saja kau anggap roh jahat," kesal Natasha menasihati.

"Iya… Iya, kak. Maaf," kata Nerisha demikian sambil tangan kanannya mengelus helai demi helai bulu kucing tersebut.

Nerisha yang memiliki mata berwarna coklat tersebut segera menggendong kucingnya seperti bayi. Semula dia sunggub mengira kucing itu adalah ruh jahat, tetapi setelah dia membuka mata ternyata tidak terlalu buruk bagi Nerisha sekarang.

"Kakak, bisa tidak kita mengadopsi dia. Kasihan dia, pasti tidak ada yang mau merawatnya. Benar 'kan Sayang?"

Nerisha mengajak bercanda kucing tersebut layaknya seorang adik yang berbicara dan memahami dirinya. Nerisha tidak sedang gila, tetapi itu lah Nerisha yang cerita dan penuh kasih sayang. Sedangkan Natasha yang sedari tadi memandang Nerisha, sekanga mulai merasakan jika adiknya sudah tidak waras.

"Tidak untuk sekarang. Sebaiknya kita segera pulang! Ini sudah larut malam. Apa kau mau Ibu memarahi kita karena tidak pulang? Ayo cepat!"

Natasha menarik saja tangan adiknya itu dan sontak membuat Nerisha melepaskan kucing yang baru saja dia sayang. Meski sempat ada kesalahpahaman, tetapi Nerisha sudah merasa sayang pada kucing netina itu. 

Benar yang Natasha katakan. Ini sudah larut malam orang tua pasti sudah menunggu kepulangan anak-anaknya ke rumah. Mau tidak mau Nerisha mengiuti keinginan Natasha guna menghindari kemarahan orang tua nantinya.

"Kakak!" Nerisha merasa kesal sebab Natasha terlalu memaksanya. Sebelum pergi tidak lupa ponsel dan kamera yang sempat terjatuh itu segera mereka ambil dan merapikannya.

Natasha sudah lelah mendengarkan keluhan Nerisha yang membuat gendang telinganya ingin pecah. Natasha menarik Nerisha untuk meninggalkan rumah yang selama 15 menit mereka singgahi.

"Sudah biarkan saja. Besok kita akan bertemu lagi dengan dia. Kamu tidak usah cemas seperti itu."

Sembari ditarik keluar oleh Natasha, Nerisha terlihat menatap sendu kucingnya itu. Dia tidak tega untuk melepaskan kucing malang yang tidak terurus di area komplek yang memang sepi dari aktivitas masyarakatnya.

"Aku akan datang ke sini lagi. Kamu hati-hati di sini, Sayangku!" teriak Nerisha yang sudah keluar dari rumah guna memberitahu kucingnya itu bahwa dia akan kembali. Meski Nerisha sadar betul kucing tidaklah mengerti bahasa manusia dan sebaliknya pula. Manusia tidak akan memahami bahasa hewan. Namun, apa salahnya jika dicoba?

"Meong."

Kucing itu memang tidak mengerti apa maksud dari Nerisha, tetapi kucing yang memancarkan sorot mata berwarna merah itu terlihat sangat menakutkan. Dia sepertinya bukan kucing biasa, ada kalung dengan tanda nama di lehernya. Tertulis namanya dengan angka yang tidak bisa dimengerti. 

1,04,10,12,21,61,88,94,99. Tertulis dikalungnya. Ada arti apa di angka-angkanya?