Pertemuan
Braaaakkk!!!
Suara bemper mobil menabrak sesuatu, dengan cepat El keluar dari dalam mobil, melihat apa yang dia tabrak.
"Astaga! Gue nabrak anak kecil." Gumam El, memijat pelipisnya tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Pak! Cepat bawa ke rumah sakit, jika tidak saya akan laporkan bapak." Seseorang menepuk bahu El, dilihat dari seragam pria paruh baya itu satpam di sekolah TK.
"I-iya, pak. Saya akan bawa segera." Tergesa, membawa anak kecil itu masuk ke dalam mobil, melajukan mobil mewah itu dengan kecepatan tinggi hingga tak sampai 30 menit, El tiba di rumah sakit ternama.
"Suster!" Teriakan El, membuat semua orang berada di sana, menoleh. Menggendong anak kecil, membaringkan di ruang IGD meminta dokter untuk segera meriksa.
Para suster juga wanita di sana, mencoba mencuri curi pandang. Bagaimana tidak Donzello Elfata, pria tampan bak dewa yunani itu terlihat khawatir dari rasa gelisah seperti setrikaan.
Dua puluh lima menit kemudian, seorang dokter jaga keluar dari ruang IGD, El menghampiri dan bertanya mengenai korban yang dia tabrak itu.
"Lukanya cukup serius-." Belum sang dokter menjelaskan, perempuan tinggi juga cantik rambut terurai sebahu, berteriak mencari anaknya yang tertabrak.
"Dimana, sus! Anak saya dimana?" Bianca sangat khawatir setelah mendengar cerita dari satpam sekolah, bahwa anaknya di bawa ke rumah sakit.
"Jadi, Elo pelaku yang menabrak anak, saya!" Hardik Bianca, terhadap Donzello.
"Dok, bagaimana anak saya? Apa dia baik baik saja?" Bianca mengalihkan pertanyaan, sang dokter menceritakan bahwa anak kecil itu perlu perawatan cukup serius, juga menggunakan gips dan tongkat untuk berjalan.
Mendengar hal itu Bianca menangis, berlari menghampiri Arga, pria kecil berusia 5 tahun. El menghampiri Bianca juga Arga di ruang IGD meminta maaf telah menabraknya.
Bianca menoleh, melayangkan tatapan tajam pada pria yang sudah menabrak anaknya tersebut, mengancamnya akan melaporkan pada polisi.
Bugh!! Bugh!!
"Aww!" El, mengeluh kesakitan. Bianca memukul-mukul El dengan tasnya.
"Gue janji, gue akan tanggung jawab! Sampai anak lo sembuh." El berteriak, melindungi wajah tampan menggunakan lengannya, hingga lengannya yang terhantam tas milik Bianca.
Mendengar hal itu membuat Bianca sedikit lega, pasalnya dia tidak tahu harus membayar biaya perawatan Arga dari mana, bekerja sebagai office girls tidak akan cukup gajinya sebulan.
Perempuan itu duduk di sisi ranjang, tempat Arga berbaring di sana, menatap wajah tampan sangat mirip dengan dirinya. Tatapan itu begitu kosong, meneteskan air mata dari pelupuk mata indahnya.
Bianca mengingat bagaimana dirinya pergi dari rumah mewah milik mantan suaminya yang tega lebih memilih wanita lain, dari pada dia bersama anaknya.
FLASHBACK ON
Pada malam hari, Bianca mendengar suara pintu utama terbuka dia begitu senang melihat sang suami pulang ke rumah. Sudah beberapa hari Erick Wiguna tidak menampakkan batang hidung di rumahnya hingga Arga selalu menanyakan keberadaan papanya sendiri.
Bianca akan menghampiri namun dia begitu terkejut ketika melihat sang suami bersama dengan perempuan lain.
"Ermelinda?" Perempuan itu melihat keatas, dimana Bianca berada. Istri dari seorang Erik Wiguna itu tengah berlari dari lantai dua menuju lantai dasar menemui sang suami.
"Ngapain, lo sama suami gue!" hardik Bianca, menunjuk ke arah perempuan di samping suaminya.
Namun Ermelinda seakan tidak mendengar juga mengacuhkan Bianca, dengan bangga perempuan itu bergelayut manja di lengan Erik.
Pakaian kekurangan bahan itu membuat Bianca sangat risih di lihatnya.
"Mas, aku capek. Aku mau istirahat dong. Pijitin ya." suara manja itu membuat gendang telinga Bianca memanas. Ia tak menyangka jika suaminya tega membawa wanita lain ke rumah.
"Eh, mau kemana kalian! Tidak ada yang boleh tidur di rumah ini, apalagi jika kalian satu kamar!" Bianca, memegang lengan sang suami, melarangnya untuk membawa wanita lain masuk ke dalam kamar.
"Ini rumah saya! Jika kamu tidak suka, silahkan pergi dari sini!" Erik menghempas tangan Bianca, dia tidak peduli dengan perasaan istrinya, meninggalkan sendiri lalu masuk ke dalam kamar lain bersama wanita.
Bak di sambar petir hati istri mana yang tak sakit melihat sang suami bersama perempuan lain, masuk ke dalam kamar yang sama
Berlari menaiki undakan tangga menemui sang anak. Memeluk pria kecil itu yang tertidur pulas.
Sang rembulan kini berganti, cahaya dari ufuk timur malu-malu menampakkan sinarnya. Jendela besar itu Bianca buka lebar lebar menghirup udara segar di pagi hari, berharap perasaan juga hatinya bisa dingin kembali seperti tidak terjadi apa apa.
"Selamat pagi, mami." Suara khas anak kecil itu menggema di ruangan besar, penuh dengan gambar pesawat seperti di luar angkasa.
"Hai, selamat pagi sayang." Bianca menoleh, menghampiri Arga pria kecil yang sangat tampan.
Terdengar suara suara manja dari balik jendela membuat Arga mengerutkan keningnya, pria kecil itu akan turun dari tempat tidur dengan cepat Bianca menarik lengan mungil itu.
"Sayang, mandi dulu yuk. Mami mau ajak Arga beli mainan baru, Arga mau?" Bianca mencoba membujuk Arga, agar pria kecil itu tidak melihat apa yang terjadi di bawah jendela kamarnya.
Pria kecil itu mengangguk, bersorak gembira.
Bianca mengetahui apa yang sedang di lakukan suami bersama temannya tersebut, sekuat tenaga Bianca mencoba menahan diri agar tidak tersulut emosi, mengingat ada Arga tengah bersama dirinya.
"Bi," Bianca memanggil sang maid.
"Iya, nyonya." wanita paruh baya itu menghampiri majikannya.
"Bi, tolong mandikan juga kasih Arga sarapan, tapi di kamar saja ya, jangan sampai Arga keluar dari kamar sebelum saya masuk kembali." Perempuan itu memberikan penjelasan.
Bianca keluar dari kamar, menghembuskan nafas kasar menuruni undakan tangga menghampiri kedua insan yang tengah di mabuk asmara tersebut.
"Menjijikan!" Umpat Bianca dalam hatinya.
Bianca dengan sengaja menghampiri, menumpahkan saus sambal tepat di kepala Melinda tengah berenang menggunakan bikini, bermain dengan sang suami.
"Argh!! Perih." jerit Melinda, merasa perih tumpahan saus sambal itu terkena mata indahnya, berbeda dengan Bianca, perempuan itu begitu bahagia tertawa dengan lantang.
"Bianca!" hardik Erik, pria itu naik ke atas melayangkan tatapan tajam pada sang istri membuat Bianca mereda dari tawanya sendiri.
Bukan Bianca takut, hanya saja dia tidak terima jika sang suami lebih membela perempuan itu di bandingkan dengan dia istri sahnya.
Plak!!
Satu tamparan Erik layangkan pada istrinya membuat Melinda tersenyum puas, pria itu lebih memilih dirinya di bandingkan istri sahnya sendiri.
Dengan puas hati, Melinda akan menguasai harta juga pria itu.
Bianca memegang pipi, berdenyut nyeri akibat tamparan keras dari sang suami membuat perempuan itu melayangkan tatapan jijik pada pria di depannya.
"Mas, mataku perih." suara manja itu lagi lagi membuat Bianca mendelik tajam.
"Kamu! Pergi dari rumah saya, dan saya akan urus perceraian kita." Hardik Erik. Membuat Bianca bergetar tak kuasa mendengar pengusiran dari sang suami terhadap dirinya.
Secepat kilat, Bianca melemparkan saus sisa di dalam botol pada wajah bulat milik sang mantan suami.
Byurrr!! Saus sambal itu memenuhi wajah Erik, pria itu menjerit merasa panas juga perih di mata.
Senyuman puas Bianca layangkan, mendorong Erik hingga terjatuh ke kolam renang. Sial nya Melinda justru memeluk mantan suaminya dengan penuh khawatir.
Berlalu pergi dari pandangan tak pantas tersebut, menghampiri sang anak di dalam kamarnya, membawa tas juga barang berharga milik Bianca lalu keluar dari rumah mewah milik mantan suaminya.
FLASHBACK OF
"Mami, are you okay?" Pertanyaan itu membuat Bianca menoleh, menghapus air mata yang sedari tadi mengalir deras begitu saja.
Bersambung..