Janda Anak Satu
Sore hari pun tiba, kini El tengah berada di kediaman Bianca. Rumah sederhana namun sangat bersih juga rapi.
"Nak El, ibu sangat berterimakasih karena sudah bertanggung jawab atas semua pengobatan Arga. Jika tidak, ibu sama Bianca tidak tahu harus membayar semua pengobatan dari mana." Perempuan paruh baya itu mengutarakan isi hatinya.
"Sama sama. Sudah seharusnya bu," El menganggukkan kepala tersenyum sangat manis pada perempuan di hadapannya tersebut.
El menatap perempuan paruh baya itu kembali, namun dengan perasaan yang serba salah. "Maaf bu, jika saya lancang. Ayah Arga kemana?"
Deg, mendengar pertanyaan seperti itu Nona sangat ingin marah, terlihat dari kepalan jari jari tangan.
"Bukan hak ibu untuk menceritakan semuanya." jawab Nona, perempuan itu tidak tega jika harus menceritakan apa yang telah terjadi dalam rumah tangga anaknya.
El menjadi tidak enak hati, pasalnya dia sudah lancang menanyakan hal pribadi Bianca melalui ibundanya.
Kini El melihat jam di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Tidak terasa dia bertamu hingga malam tiba El berpamitan pada Nona.
Di waktu yang sama, mobil El keluar dari pelataran parkir di depan rumah Bianca, perempuan itu baru turun dari ojek online membuka helm dan melihat mobil mewah itu lewat.
"Elfata." gumam Bianca, yang hampir tidak terdengar oleh orang lain.
Dengan cepat Bianca berlari setelah membayar ojek online tersebut,
Menghampiri sang mama, menanyakan ada hal apa sehingga membuat Elfata menghampiri rumahnya tanpa memberi tahu dirinya terlebih dahulu.
"Ma, apa ada sesuatu sama Arga?" tanya Bianca, merasa khawatir terlihat dari lipatan keningnya.
Nona menggelengkan kepalanya. "Tidak, Bianca. Kamu kenapa lari lari?" Nona bertanya kembali pada sang anak.
"Aku melihat mobil, El keluar dari sini ma, aku kira terjadi sesuatu terhadap Arga." Perempuan itu menghela napasnya, bersyukur tidak terjadi apa-apa terhadap sang anak.
Nona membawa Bianca untuk duduk mengikuti dirinya, perempuan yang telah melahirkannya itu menceritakan apa tujuan Elfata menemui dia juga cucunya.
Flashback On
Pukul empat sore, El telah menyelesaikan pekerjaannya sebagai presiden direktur, dia meminta Susan untuk memberikan laporan by email saja. Pasalnya dia akan menemui seseorang.
"Beli mainan apa ya, untuk Arga." gumam El dalam perjalanan menuju kediaman Bianca.
Beberapa menit kemudian El sampai di kediaman Bianca, pria itu keluar dari dalam mobil mengambil banyak paper bag di dalam sana.
"Assalamualaikum," ujar El, mengetuk pintu.
Terdengar jawaban salam dari dalam rumah, Nona sang ibunda Bianca membukakan pintu kemudian El menyalaminya.
Dari dalam sana terlihat Arga sangat bahagia, ketika dia melihat sosok El apalagi jika di bawakan mainan banyak seperti itu membuat senyuman di wajah pria kecil tersebut tak henti hentinya dia layangkan.
Hingga Arga memeluk El, padahal Arga sendiri tahu jika pria tampan yang kini dia peluk itu pelaku yang menyebabkan ia hampir kehilangan masa depannya.
"Om, kok om baik banget sih sama aku?" cetus Arga, pertanyaan itu ia layangkan hingga membuat El kebingungan untuk menjawab.
Dia hanya mampu menatap lekat pria kecil yang kini dalam pangkuannya. Tak kuasa menahan rasa haru El pun kembali memeluk Arga dengan penuh kasih sayang.
Perasaan nyaman juga sayang terhadap dirinya El tidak bisa pungkiri walau hanya beberapa hari mereka bertemu setiap hari.
Tidak hanya sebagai bentuk tanggung jawab El mengenai kecelakaan yang dia sebabkan namun dari dasar hati sepertinya pria tampan itu menyayangi Arga. Terlihat dari cara El memperlakukan Arga layaknya seperti anaknya sendiri membuat Nona sangat tersentuh hatinya.
Nona sangat berharap jika anaknya bisa jatuh hati pada sosok Elfata.
FLASHBACK OFF
Bianca merenung di dalam kamarnya mendengar pria itu sangat baik terhadap anaknya membuat perempuan itu tersenyum sendiri pasalnya baru kali ini arga bisa terbuka dengan laki laki lain, selama ini Arga melihat ayahnya yang banyak melukai dirinya membuat Arga menutup diri dari pria dewasa. apa lagi jika ingin menggantikan sosok ayahnya tersebut.
Arga menghampiri Bianca di dalam kamarnya.
"Mi, arga boleh masuk?' Pria kecil itu berdiri di ambang pintu.
"Boleh sayang, sini masuk." Jawab bianca.
Arga menceritakan pada sang mami jika dirinya mendapatkan banyak hadiah dari el, pria baik hati dengan sejuta pesona tersebut.
Bianca menganggukkan kepala nya menunggu sang anak untuk mengutarakan kalimatnya ke,bali.
"Arga mau deh mi, punya papi kaya om El." Dengan polos pria kecil itu mengutarakan isi hatinya.
Deg deg, suara detak jantung bianca menggema juga berlari maraton.
Janda anak satu itu terlihat salah tingkah ketika sang anak menginginkan sosok ayah seperti el.
"Kenapa, Arga menyukai om, El?"
"Mami, om El itu baik banget sama aku!" Nada ketus Arga layangkan, membuat Bianca begitu gemas mendengarnya.
"Benar, kah?" Arga menganggukkan kepalanya, pria kecil itu nampak bahagia bila menceritakan sosok pria seperti, Elfata.
Dia tidak berjanji jiak keinginan sang putra tidak terkabul. Namun, Bianca berusaha akan memberikan sosok ayah yang baik untuk pria kecil tersebut.
Arga keluar dari dalam kamar Bianca, pria itu begitu bahagia terlihat dari senyuman yang selalu ia pancarkan.
Arga mengadu pada sang oma jika dirinya sangat bahagia telah dekat bersama Elfat, Nona pun merasa demikian hingga perempuan paruh baya tersebut menginginkan sosok menantu seperti El.
"Bianca, mama senang lihat Arga bisa bahagia seperti itu." ujar sang mama kini yang menemui Bianca di kamarnya. Janda anak satu tersebut tersenyum pada sang mama, sejujurnya dia pun merasakan hal yang sama bahagia bila melihat anak semata wayangnya bahagia seperti itu.
"Apa kamu tidak mau mencoba untuk dekat dengan, El?" pertanyaan itu sontak membuat Bianca menoleh, mengalihkan pandangan dari layar ponsel.
Bianca menggelengkan kepala. "Ma, kita itu harus tahu diri, tidak mungkin juga orang seperti Elfata bisa menyukai aku," sahut Bianca dengan cepat.
"Dari mana kamu tahu, kalau dia tidak suka sama kamu? Jika sebaliknya bagiamana?" Nona merasa jika pria yang beberapa hari ini dekat dengan cucu juga anaknya memiliki niat lain-selain rasa tanggung jawab dari pelaku terhadap korbannya.
"Ma, aku itu hanya office girls. Sedangkan kita gak tahu 'kan pekerjaan dia apa. Mungkin bisa jadi dia seorang bos." lagi-lagi Bianca berfikir secara logika jika tahta dan jabatan ukuran terpenting bagi setiap keluarga.
"Sudahlah, Bianca kamu jangan munafik, kamu dan anak kamu itu butuh laki-laki seperti Elfata. Dan mama minta kamu harus mendekati pria itu bagaimana pun caranya!" Nona meminta dengan sangat tegas pada putrinya, perempuan setengah paruh baya tersebut sudah tidak mau hidup serba kekurangan.
"Tapi, ma-." belum sempat Bianca menolak keinginan sang mama, Nona telah lebih dulu meninggalkan kamar Bianca. Menutupnya secara gamblang bahwa permintaan dirinya harus di pikirkan.
Bianca hanya bisa menghela napas berat, tidak segampang itu untuk membuka hati untuk laki-laki lain. Ia harus berfikir secara matang untuk urusan laki-laki.
Drrrtt Drrrttt
[Apakah anda, yang bernama Bianca? ~ 99990]