Chereads / SEMUA TENTANG CINTA / Chapter 8 - ATTHALA

Chapter 8 - ATTHALA

8. ATTHALA RAKA DININGRAT

"Ehemm!" Kanaya berdehem, sengaja membangunkan orang itu.

Namun sepertinya, orang itu sedang tertidur lelap sehingga tidak mendengar suara langkah kaki Kanaya berlari, serta suara deheman Kanaya.

"Atthala Raka diningrat!!" Kanaya mencoba menyebut nama lengkap laki-laki yang masih berbaring menengadah ke langit itu.

"Heemm, kenapa Nay.?" Jawab lemas Raka, tanpa membuka tutupan mata nya.

'Benar dugaan gue, berati lu itu raka orang yang pernah rese kemarin, ngapain lu disini? Ini kan tempat gue, terus kenapa lu tau ini gue sih?' pikir Kanaya sambil berdiri menatap kosong ke arah Raka.

"Ngapain sih lu disitu? Sini laah." Ujar Raka tanpa membuka mata, ia sudah tau betul itu suara Kanaya.

Meskipun baru sekali bertemu, Raka dengan yakin mengira suara itu adalah Kanaya.

"Ngapain lu disitu?" Tanya Kanaya tanpa keramahan, dan diam di tempat.

"Lagi berjemur mandjaah aja, lu sendiri ngapain disitu? Sengaja ya nungguin gue? Pasti udah kangen sama gue, kan?"

"Ishh, amit-amit kangen sama lu. Kenal aja baru, apa yang harus di kangenin dari lu? Dasar aneh!" Ketus jawab Kanaya sambil bergidik, semakin kesal, karna Raka terlalu percaya diri.

Mendengar ucapan ketus Kanaya, ide Raka langsung muncul di permukaan otak nya, "Oke! Kasih gue waktu 1 hari full sama lu. Dan gue jamin lu pasti bisa ngerasain alasan kangen sama gue, gimana?" Ia beranjak dari tidur nya dengan cepat, hingga membuat Kanaya kaget.

Bukan Kanaya nama nya, kalau menolak seseorang yang sedang menantang diri nya.

"Oke, tapi harus ada sangsi nya dong!"

"Maksud lu gimana, Nay?" Tanya Raka, menatap Kanaya dengan 1 mata tertutup karna silau sinar matahari yang menusuk pandangan Raka.

"Maksud gue, kalau lu berhasil dan kalau lu gagal, apa sangsi nya? Kalau cuma sebagai bahan percobaan aja, gue nggak mau. Sama aja kaya buang waktu gue dong. Dan lu menang banyak, bisa jalan sama gue...!" Ujar Kanaya menaikan satu alis mata, serta menggerak tubuh.

"Hemm..." sejenak Raka berpikir.

"Okee, gini aja deh. Kalau sampai lu berhasil kangen sama gue, gua minta waktu seminggu lagi sama lu, begitu pula minggu depan nya, kalau gue berhasil bikin lu kangen sama gue. Gue minta waktu lagi 1 bulan bareng sama lu dan seterus nya." Ucap Raka dengan senyum mempesona, hingga membuat dirinya seolah manusia sempurna.

"Lalu???" Tanya Kanaya semakin penasaran dengan sangsi kegagalan nya.

"Tapi kalau gue ternyata gagal bikin lu kangen sama gue. Gue janji nggak akan datang ke tempat ini lagi atau pun ganggu lu untuk selama nya.

Dan sebagai ganti waktu satu hari yang terbuang sia-sia, gue kasih lu makan gratis di restoran langganan gue selama yang lu mau." Lanjut penjelasan Raka yang sangat menarik.

"Hahahaha, lu duit darimana buat bayarin gue makan selama waktu yang gue tentukan pula? Duit dari ortu lu? Secara, lu kan anak orang kaya." Tawa Kanaya, terang-terangan mengejek penawaran dari Raka.

"Tau darimana sih gue anak orang kaya? SOTOY BANGET." Ucap Raka dengan santai.

"Dari nama lu." Jawab Kanaya sambil melirik dan mencibir.

"Eiitss, jangan sembarangan nuduh dulu dong! Lu belum kenal siapa Raka kan, Jadi jangan nge judge by cover dong.

Biar keliatan nya penampilan berantakan dan nama gue keliatan seperti orang kaya, kenyataan nya gue bisa menghasilkan uang hasil dari keringat sendiri tau." Ucap Raka, menepuk pelan dada nya. Mengungkapkan ia bangga dengan diri sendiri.

"Emmm...." sejenak Kanaya berpikir atas semua ucapan Raka, mengetuk ngetuk telunjuk ke dagu nya, sambil menatap Raka.

"Ya?" Hati Raka berdebar kencang, menunggu jawaban Kanaya.

"Oke, kalau gitu. Gue setuju sama semua ucapa lu. Pegang omongan lu ya dan jangan sampai ingkar." Sahut Kanaya , sambil merentangkan tangan untuk berjabat.

"YESSSS!!" Sahut Raka, tak bisa membohongi perasaan yang lega.

Dengan senang hati, Raka pun menjabat tangan Kanaya.

Tanpa di sadari, ada rasa bahagia melebur di dalam lubuk jiwa dan perasaan ini, tak pernah sekalipun ia rasakan sebelum nya dengan siapa pun.

Raka dan Kanaya saling mengadu tatapan hingga 10 detik.

Hingga membuat Kanaya menjadi gugup, karna pandangan mata Raka yang sangat dalam membuat hati Kanaya menjadi berdebar.

Lalu Kanaya menarik tangan nya dengan cepat.

"Emm, maaf kelamaan ya salaman nya?" Tanya Raka, berpura-pura tak enak hati. Padahal Raka senang bisa salaman dengan Kanaya, apa lagi memandang keindahan bola mata coklat milik Kanaya.

Membuat Raka seolah sulit bernapas.

"Emm, nggak apa-apa. Jadi kita mau mulai dari apa dan dari mana dulu?" Tanya Kanaya dengan salah tingkah.

"Kita mulai dari mata turun ke hati ya, Nay." Ungkap Raka dengan jago merayu Kanaya.

"Yaudah, terserah lu aja deh. Ayo kita mulai." Kata Kanaya bersikap dingin, seolah tak peduli.

"Oke, kalau gitu sekarang kita turun tangga, sambil pegangan tangan ya? Boleh nggak?" Pinta Raka, dengan wajah memelas.

"NGGAK BOLEH!!" Tolak Kanaya dengan cepat, dan mata nya melotot.

"Hahaha, siap bos. Kalau gitu gue jalan duluan ya. Lu di belakang gue aja. Gimana?" Ide Raka yang baru.

"Setuju." Sahut Kanaya tak menolak.

Kemudian, Kanaya pun melangkah mengikuti Raka yang jalan lebih dulu.

Kanaya taruhan dengan dirinya sendiri, bahwa dirinya tidak akan mungkjn bisa jatuh cinta apa lagi sampe kangen sama Raka.

Kanaya sudah memberi batas pada hati nya.

Meskipun Raka memiliki wajah tampan nan rupawan, tapi Kanaya belum tau bagaimana sifat Raka.

Dan ia menganggap bahwa semua laki-laki pada akhirnya akan sama dengan papa nya.

***

Raka membawa Kanaya ke suatu tempat dimana banyak anak jalanan berkumpul, yaitu di bawah kolong tol dengan seorang remaja laki-laki dengan tato memenuhi tangan nya, menjadi pengajar disitu.

Kira-kira ada 30 anak berkumpul dengan kisaran anak dari usia 8-15tahun menjadi satu.

Kanaya mengikuti Raka mendekati sekumpulan anak-anak itu.

"Heii bro!" Teriak laki-laki bertato, saat melihat Raka mendekat.

"Sorry telat yaa.." sahut Raka, memberikan salam tonjok pada teman nya.

"Siapa tuh?" Tanya laki-laki itu, menggerakan mulut tanpa bersuara saat memandang Kanaya.

Tak merespon pertanyaan dari teman nya, Raka malah mengalihkan pandangan dan langsung menyapa pada kerumunan adik-adik yang sedang duduk menggunakan alas koran dan meja dari tumpukan kayu-kayu.

"Selamat siang menjelang sore adik-adik ku semua nya.."

"Selamat siang Ka Raka..." sahut kompak dari anak-anak itu dengan semangat dan senyum yang polos.

"Kenalin temen ka Raka ya, ini nama nya Ka Kanaya, atau bisa di panggil dengan singkatan Ka Naya juga." Raka menunjuk Kanaya, tatapan nya tetap pada anak-anak itu.

***