11. Tidak ada tujuan
"Lu mau pesen apa, Nay?"
"Gue nasi goreng aja deh."
"Wahh, sama dong kaya gue. Favorit gue juga nasi goreng."
"Yaudah kalau gitu pesenan gue samain aja sama lu ya."
"Oke, lu duduk sini dulu, biar gue yang pesenin."
"Bang..!" Panggil Raka pada penjual nasi goreng yang tertutup oleh para pembeli.
"Iyaa.." teriak penjual tanpa terlihat batang hidung nya.
"Pesen kaya biasa yaa.." Raka pun berteriak, karna sulit menjangkau abang penjual nya.
Penjual pun berusaha agar bisa menampakan dirinya, ia juga menengok ke arah suara yang tak asing bagi telinga nya, "Ehh, mas Raka. Bentar yaa.. duduk dulu aja mas." Teriak nya.
Raka mengambil duduk, di bangku plastik kosong tepat di samping Kanaya.
Lalu meletakan ransel nya di bawah kaki.
"Wah, keren juga lu udah sampe kenal sama penjual nya." Ucap Kanaya.
"Disini murah dan enak, terus paling deket sama tempat gue ngajar juga kan." Kata Raka, terus memandang wajah Kanaya.
Sedangkan Kanaya, matanya terus berputar memperhatikan keadaan di sekitar nya.
Meskipun baru jam 17.00 rasanya seperti sudah malam, karna mereka makan tepat di bawah kolong tol, dengan penarangan lampu kuning 10watt milik tukang nasi goreng.
"Nay, lu kenapa?" Tanya Raka heran.
"Nggak apa-apa, Ka.." Jawab Naya dengan senyum kecil.
"Lu nggak mau makan di tempat beginian ya??" Tebak Raka asal saja, seraya menaikan alis mata.
"Kalau nggak bisa makan di tempat begini, kita bisa pindah kok." Lagi ucap Raka.
"Ehh, ehh, nggak juga kok. Gue cuma nggak nyangka lu begini orang nya." Kanaya malah jadi gelagapan dengan pertanyaan Raka.
"Begini bagaimana mana maksud nya, Nay?" Raka masih tidak mengerti dengan ucapan Kanaya.
"Ya, secara gue liat nama lu ada nama konglomerat nya, terus gue liat status lu mahasiswa hukum, terus yang terakhir sih gaya lu yang keliatan urakan. Tapi ternyata lu seorang guru yang mengajar tanpa mengharap bayaran apa-apa." Dengan terpaksa Kanaya jujur, daripada Raka mengira Kanaya yang tidak baik.
"Hahaha! Makanya gue udah bilang dari awal, lu belum kenal siapa gue. Jadi jangan ngejudge dulu. Dan gue jamin, lu nggak akan nyesel kenal sama gue." Raka menatap Kanaya dengan tatapan mendalam, seolah tak menghiraukan lalu lalang orang yang lewat di dekat nya.
"Ahh, mulai deeh..!" Lagi-lagi kanaya menjadi gugup, dan tak berani menatap mata Raka terlalu lama.
"Oh ya, lu jadi mau cerita nggak, gimana awal mula nya bisa jadi guru?" Kanaya mengalihkan pembicaraan.
"Nanti dong, waktu kita masih panjang kan? Dan gue liat juga, lu nggak ada tujuan buat pulang kerumah?" Ujar Raka, seolah bisa membaca kondisi Kanaya, dengan tatapan hangat.
"Sok tau!" Kanaya tak menjawab jujur.
"Ya tau dong, mana ada cewe yang cuma pergi sebentar, bawa ransel begini besar, isi nya full lagi, kalau bukan kabur dari rumah, apa dong nama nya?" Dengan yakin dan mengecilkan volume suara agar orang di sekitar tak mendengar ucapan Raka.
Di tengah-tengah situasi yang menyulitkan Kanaya untuk menjawab.
Datang seseorang dengan suara penuh semangat, "Mas Raka!" Sambil memegang dua piring yang sudah terisi nasi goreng.
"Eh bang, makasih ya.." jawab Raka langsung mengambil piring tersebut dengan senyum.
"Tumben amat sama cewe mas, biasa cuma berdua sama Dimas, kaya Homoan." Ucap tukang nasi goreng volume nya pelan, sambil menahan tawa.
"Ih amit amit, kalau pun saya homo, nggak mau sama Dimas ahh..!" Raka meladeni ledekan tukang nasi goreng.
"Kenapa?" Celetuk Kanaya yang ikut penasaran.
"Soalnya Dimas nggak ganteng!" Sahut Raka, wajah nya serius.
Mendengar lelucon itu, mereka bersama-sama tertawa lepas hingga membuat pembeli lain nya memanggil tukang nasi goreng, dan terpaksa tukang nasi goreng tidak mengobrol lagi.
"Mas Raka dan mba-?" Ucap nya terpotong.
"Kanaya bang." Jawab Raka secepat kilat.
"Salam kenal ya Mbak, kalau gitu selamat menikmati ya Mas Raka dan Mbak kanaya, saya udah di panggil sama Mpo rohimah tuh." Sambil menunjuk ke pembeli lain nya.
"Oke bang, kita juga mau makan dulu." Jawab Raka masih dengan sisa tawa nya.
Karna sudah tidak sabar lagi, ditambah aroma nasi goreng yang menyeruak di indra penyiuman Kanaya, membuat ia tak sabar dan langsung menyantap.
Di suapan pertama, Kanaya sangat menikmati rasa gurih, manis, asin melebur jadi satu di lidah nya.
Sambil memejam kan mata dan mengunyah, ia menyempatkan untuk
berkata, "Ini nasi goreng ternikmat yang pernah gue makan. Serius.. emmm..."
"Selamat makan Kanaya." Kata Raka, memperhatikan setiap gerakan Kanaya. Dan menganggap Kanaya lucu.
***
Setelah selesai makan dan membayar, kira-kira menghabiskan waktu 60 menit untuk menunggu makanan hingga makanan selesai di makan.
Raka mengajak Kanaya berjalan lagi, tapi kali ini bukan jalan kaki.
Setelah beberapa meter berjalan, mereka berdua berhenti di pinggir jalan, "Nay, tas lu titip di rumah gue aja dulu yaa.."
"Nggak ah, gue nggak tau tar tas gue ada yang hilang atau gimana." Kanaya menolak, dan mengernyitkan dahi. Ia tidak suka dengan ide Raka.
"Gue jamin, tas lu nggak akan ada yang buka, apa lagi sampai hilang gue yang tanggung jawab." Jelas Raka.
"Bukan masalah lu tanggung jawab atau nggak nya, tapi di dalam banyak barang berharga gue." Ungkap Kanaya, jadi ketakutan.
"Nay, sejauh ini! Apa lu liat gue sebagai orang jahat atau ada sekelibat lu merasakan keganjilan dari sikap gue?" Tanya Raka, untuk memastikan Kanaya.
"Gue cuma mau kita lebih santai aja jalan-jalan nya. Dan lu juga nggak capek bawa tas sebesar ini kemana-mana." Lagi ungkap Raka, berusaha menjelaskan niat baiknya.
Setelah diam beberapa detik, Kanaya menjawab, "Yaudah, tapi janji yaa jangan sampe ada yang buka-buka tas gue, karna gue pasti akan tau kalo posisi dalam tas gue berubah." Tegas Kanaya sambil mengacungkan jaru telunjuk tepat di wajah Raka.
Raka pun menggenggam tangan Kanaya dan menurunkan telunjuk nya dengan penuh perasaan, seraya berkata, "Siap ndoro putri. Tas lu aman terjaga, nggak akan ada yabg berani sentuh, apa lagi sampe berubah posisi barang di dalam nya itu nggak akan mungkin." Raka memajukan wajah nya agar bisa lebih dekat dengan Kanaya.
Kedua nya saling bertatapan, dan akhirnya Kanaya lah yang kalah dalam memandang mata Raka yang penuh kehangatan.
Ia menurunkan tas nya, "lu tunggu disini ya. Gue mau telepon orang dulu."
Raka pun membawa tas ransel Kanaya, ia pun menjauh dari Kanaya untuk menelepon seseorang.
***