Chereads / SEMUA TENTANG CINTA / Chapter 17 - PUSAT PERHATIAN

Chapter 17 - PUSAT PERHATIAN

"Raka, terima kasih banyak ya karna lu baik banget. Gue nggak nyangka, ternyata Bunda lu sangat baik, dan aura kecantikan yang beliau miliki ternyata dari hati." Ucap Kanaya.

"Iya Nay. Sekarang gue harus antar lu kemana ya?" Tanya Raka.

"Karna satu jam lagi, gue harus ke kampus." Lagi katanya.

Kedua nya masih berdiri di teras rumah Raka yang luas dan memiliki bundaran yang penuh dengan rumput hijau di tengah-tengah.

"Emm.. sebenarnya-gue-" ucap Kanaya terputus, ia tertunduk. Isi kepala nya tidak bisa di ajak kompromi untuk mencari jalan keluar.

Karna sebelum ia tidak pernah menjadi tunawisma, bergelandangan seperti sekarang ini.

"Lu nggak tau harus pulang kemana ya?" Tebak Raka, saat melihat mimik wajah Kanaya bersedih dan bingung.

"Gue nggak bisa kasih lu nginep disini lagi, karna Bunda pasti nggak ijinin. Dan bakal jadi pertanyaan besar untuk Bunda." Jelas Raka menolak Kanaya secara baik-baik.

"Iya gue tau. Tapi gue butuh bantuan lu lagi. Maaf ya, padahal baru kenal. Tapi gue selalu ngerepotin lu." Ujar Kanaya tertunduk malu.

"Ya sudah, masuk dulu ke dalam mobil yuk. Sambil jalan ke kampus. Lu ceritain deh, apa yang bisa gue bantu buat lu." Ajak Raka yang sudah berjalan memutar untuk mencapai pintu driver.

Setelah keduanya di mobil, Raka menstater mobil sport nya, dan berjalan perlahan.

"Gue butuh kerjaan, Ka." Ucap Kanaya berterus terang, karna hanya ide itu yang muncul di kepala batu nya saat itu.

"Supaya gue bisa ngekos sendiri." Lagi jelas Kanaya.

"Gue malu kalau pulang dengan keadaan besar kepala dan tinggi hati, tapi sebenarnya gue butuh bokap gue buat biayain hidup gue." Ungkap Kanaya, ia tak sadar mengeluarkan air mata di setiap ucapan nya.

"Mau kerja apa? Lu aja nggak kuliah." Jawab Raka.

Kemudian Kanaya terdiam sejenak mendengar ucapan Raka yang langsung menyentuh ke titik terdalam di hati nya.

Melihat respon Kanaya yang bersedih, dengan sepenuh hati Raka meminta maaf atas ucapan yang tak sopan.

"Maafin mulut gue kurang ajar, gue nggak maksdu untuk menyinggung perasan lu." Sahut Raka, seraya menyetir, mata nya bolak balik antara pandangan ke depan dan sesekali menengok ke arah Kanaya.

"Emm nggak apa-apa kok. Emang bener sih gue nggak kuliah, tapi bukan berarti gue nggak punya otak dan tenaga." Jawab Kanaya dengan percaya diri.

"Kalau lu bisa kasih gue kerjaan, gue mau ngelanjutin kuliah dengan hasil keringat gue sendiri." Ungkap Kanaya.

"Emm, oke kalau gitu. Gue punya rencana buat lu." Jawab Raka seolah dengan mudah nya menyelasaikan masalah tanpa masalah.

"Tapi, tunggu gue selesai jam kuliah ya. Cuma dua jam aja kok." Pinta Raka.

"Iyaa gue tungguin, lagian gue mau kemana lagi coba kalau bukan nungguin lu." Ujar Kanaya sambil melengkungkan senyum di bibir merah nya.

Tanpa disadari, mengobrol dengan serius membuat terasa lebih cepat sampai tujuan.

Setelah memarkirkan mobilnya, Raka mengajak Kanaya untuk keluar mobil bersama nya "kalau di tanya sama orang-orang, bilang aja lu pacar gue." Pinta Raka.

"Hah? Kok gitu?" Tanya Kanaya yang merasa keberatan, memicingkan mata tajam.

"Iyaa nurut aja deh, dari pada semua laki-laki buaya di kampus ini gangguin lu. MAU??" Ungkap Raka, menjelaskan yang sebenarnya.

'Lagian emang satu kampus ini kenal sama lu' gerutu Kanaya menyembunyikan kesalnya pada Raka.

Saat mereka keluar dari mobil, Raka langsung menyambar tangan Kanaya, dan menggenggam dengan erat.

Kanaya yang terkejut langsung menatap jemari keduan tangan yang melekat erat, dan dalam hatinya berdegup kencang ia berbicara sendiri.

'Inikah yang dinamakan jantungan?'

Sementara semua mata tertuju pada Raka dan Kanaya.

Tapi seolah sudah biasa, Raka cuek terhadap semua mata hingga akhirnya ada sekumpulan orang berteriak memanggil nama Raka.

"WOI RAKA!!"

Dengan santai Raka tetap melanjutkan langkah kaki nya, seraya berkata, "Udah cuekin aja, tar juga dia lari nyamperin kita kesini." Menatap Kanaya.

"Ini perasaan gue atau apa sih? Kok gue ngerasa semua orang ngeliatin kita sih?" Tanya Kanaya heran dan merasa gugup.

"Iyaa nggak usah di pikirin, kan yang penting ada gue disini." Sahut lelaki yang memiliki paras tampan se jagat raya ini dengan biasa saja, dan tak menyombong diri nya.

"Iya tapi kok gue ngerasa nggak enak ya." Ujar Kanaya.

"Please ya, nggak usah nggak enak gitu. Biasa aja! Disini emang mata manusia nya nggak bisa santai kalau liat cewe cantik kaya lu gini, lewat depan mata mereka." Ucap Raka, terang-terangan memuji kemolekan Kanaya yang juga sebanding dengan Raka.

"Gue juga nggak mau ngambil untuk dengan memegang tangan lu begini, kalauu nggak suka gue bisa lepas genggaman nya kok." Ucap Raka berbisik dan mendekat pada telinga Kanaya, agar tak ada yang mendengar ucapan nya.

"Eng-enggak kok. Gue nyaman aja begini. Nggak usah di lepas ya, gue juga takut di ganggu sama cowo-cowo disini." Kanaya semakin mengeratkan jemari nya, sambil menengok kanan dan kiri, mendapat semua mata masih memandang mereka.

"Lu suka baca nggak?" Tanya Raka, sejenak menghentikan langkah dan menatap Kanaya.

"Suka banget, di tas gue lebih banyak buku daripada baju yang gue bawa." Sahut Kanaya bersemangat.

"Biar aman terjaga, lu nungguin gue di dalam perpus aja ya." Jelas Raka.

"Iyaa boleh anterin gue ke perpus dulu sebelum lu mulai kelas?" Pinta Kanaya dengan wajah memelas.

"Bisa, Yukk!" Jawab Raka dan melanjutkan langkah kaki nya menuju perpustakaan yang letak nya tidak jauh dari kelas yang Raka tuju.

***

Mereka pun sampai kedepan pintu perpustakaan.

"Lu tunggu ya, kalau lu lapar bisa ke kantin duluan." Bisik Raka pada Kanaya dan memasukan dompet Raka ke dalam tas Kanaya.

"Dompet udah gue masukin ke tas lu, nanti pakai aja kalau lu lapar." Raka pun memberi ijin, dan langsung pergi meninggalkan Kanaya.

Ia berjalan melangkah dengan lebar.

Setelah masuk perpustakaan, Kanaya mencari buku di bagian rak psikology

Setelah mendapatkan buku yang dicari, ia langsung mulai duduk di kursi yang kosong, dan memang lebih banyak banyakan kosong daripada yang isi.

Membaca membuat Kanaya lupa bahwa ia sedang menunggu, dan menunggu adalah hal paling membosankan jika tidak melakukan apa-apa.

Setelah berjalan 75 menit menunggu, suara perut Kanaya menggema hingga orang di samping dapat mendengar.

"Hihi, maaf.." ucap Kanaya malu-malu, dan mengangguk.

Meskipun ia memegang dompet Raka dan sudah mendapat ijin, tapi ia tidak berani memakai uang Raka sembarangan selagi empunya dompet ini tidak ada.

***