Kanaya memilih untuk menahan rasa lapar, dan mengalihkan pikiran lapar nya dengan membaca dan terus membaca.
Di saat mata nya berfokus pada sebuah buku, tiba-tiba ada seseorang mendekat, berdiri di hadapan kanaya, "permisi, boleh gue duduk disini?" Ucap seseorang dengan berbisik.
Kanaya terkejut menatap sosok lelaki yang memiliki hidung mancung, bibir merah, bentuk wajah yang sangat mempesona berdiri di hadapan nya, tapi hebatnya Kanaya selalu memandang semua lelaki sama saja, selalu membuat kesal. Jadi ia tidak tergoda dengan kesempirnaan paras lelaki itu.
Lalu ia memerhatikan sekeliling, melihat banyak sekali kursi dan meja yang kosong, "NGGAK BOLEH! Mata lu katarak? Meja dan kursi di sini masih banyak yang kosong, lho!" Ucap Kanaya tegas menolak, namun tetap menekan suara agar tidak meledak di dalam perpustakaan yang seharusnya hening.
Tanpa menjawab sepatah kata pun, seorang lelaki itu malah dengan sengaja duduk tepat berhadapan dengan Kanaya, satu meja dengan nya tanpa menggubris tolakan Kanaya.
Lelaki itu juga dengan mimik santai dalam diam nya, membuka buku serta mulai membaca.
Merasa risih dan kesal, Kanaya pun berniat berpindah tempat duduk, dan ia bangkit dari duduk nya.
"Please, duduk aja! Gue nggak ganggu lu kan." Ujar seseorang itu tatapan nya masih tertuju pada buku yang di pegang nya.
Meski merasa tertekan dengan lelaki ini, Kanaya mencoba tetap sopan, "Gue merasa terganggu sama kehadiran lu di hadapan gue." Bisiknya, masih berdiri.
"Ini hanya masalah kursi, gue baca dan nggak bicara sama lu, begitu pun lu fokus sama bacaan lu. Deal?" Dengan tatapan dingin dan kaku, lelaki ini menatap Kanaya sembari memberi kode agar Kanaya duduk lagi, menggunakan meja yang sama.
"Gue pacar nya Raka, jadi gue nggak mau duduk bareng sama lu!!!" Dengan tegas Kanaya menolak perintah lelaki yang tidak ia kenal itu.
"Please duduk aja disini!" Jawab seseorang itu, tanpa peduli pengakuan Kanaya.
"Ughhh! Rese!" Gerutu Kanaya, merasa kalah, ia memaksa dirinya agar duduk kembali berhadapan dengan manusia yang menyebalkan ini.
"Ganteng tapi rese, makanya gue nggak suka sama lelaki mau kaya gimana juga. Bagi gue, Raka aja lelaki yang baik dan sopan!" Ucap Kanaya dalam hati, sambil cemberut kesal.
Seperti tidak memiliki hati, lelaki tanpa nama ini terus saja membaca, ia tidak peduli dengan kekesalan yang di ungkapkan Kanaya melalui mimik wajah yang masam dan mengernyit tajam saat membaca buku.
Setiap detik berlalu duduk, berhadapan dengan orang asing yang menyebalkan membuat batin Kanaya berteriak.
"Rakaaa, kapan sih lu selesai?" Tanya Kanaya dalam hati, ia sangat gelisah, sesekali menengok ke pintu, berharap Raka datang.
Kanaya bertahan duduk di perpustakaan, karna itu tempat yang akan Raka datangin saat sudah selesai jam kuliah.
"Eheemm.." dehem lelaki asing itu, dan menatap tajam Kanaya.
Kanaya membalas menatap lelaki itu dengan tajam juga, seakan ada persaingan melalui pandangan.
Keduanya saling memandang sengit tanpa bersuara.
"Haii, sory lama." Kata Raka yang muncul entah darimana, karna datang dengan tiba-tiba dan tak ada suara langkah kaki.
"Haii Ka. Nggak apa-apa. Yuukkk.." sahut Kanaya tersenyum lebar, langsung bersemangat bisa meninggalkan dan ia beranjak dari bangku perpustakaan yang menyebalkan.
"Bro, thanks ya." Ucap Raka pada orang asing yang sedari tadi masih fokus membaca.
"Sipp." Jawab nya singkat, tidak membalas senyuman Raka.
Kanaya bingung, ia tidak memahami apa yang di lakukan Raka pada orang asing tersebut.
Raka langsung mengajak Kanaya untuk pergi dari sana, dengan cepat Kanaya langsung mengambil buku serta meraih tangan Raka.
Lalu, saat mereka berdua berjalan meninggalkan orang asing yang super dingin itu, Kanaya menyempatkan diri menengok ke orang itu dan menjulurkan lidah, meledek orang asing tanpa belas kasih.
Sikap Kanaya pun tertangkap oleh pandangan tajam orang asing itu, ia hanya menatap Kanaya dengan tajam dan dingin.
Karena malu, Kanaya akhirnya membalikan pandangan ke depan dan berharap tidak bertemu dengan makhluk menyeramkan itu lagi.
***
Setelah menjauh dari gedung, Kanaya melepaskan gandengan nya dengan Raka.
"Kah, tadi itu siapa sih? Kok lu bilang thanks segala?" Tanya Kanaya saat berjalan menelusuri lorong menuju parkiran.
"Nama gue Raka bukan Rakah. Jadi lu manggil nama gue nggak usah pake H dong. Nggak enak dengernya." Telinga Raka seolah komplain dengan panggilan yang Kanaya ucapkan.
"Hehehe, iyaa maaf.. maaf..!" Ucap Kanaya, menyengir bahagia.
"Abis nya kalo gue panggil Ka, kesan nya kan gue kaya ade lu atau lu kaya kaka gue." Jelas Kanaya, menggarukan kepala yang tak gatal.
"Ya udah deh, terserah lu aja mau manggil nya gimana." Kata Raka pasrah.
"RAKA!" Suara seseorang memanggil dari belakang.
Kanaya dan Raka berhenti, dan menengok ke belakang.
"Aduuhhh, Mila! Mau ngapain lagi sih lu?" Keluh Raka, nampak tidak suka dengan kehadiran seorang gadis cantik berambut ikal coklat, menggunakan heels merah, dan blouse hitam, nampak masih berlari.
"Ayo Nay, jalan aja." Ucap Raka, menarik tangan Kanaya, berniat meninggalkan Mila.
Kanaya malah mempertahankan posisi nya menunggu gadis yang bernama mila tersebut, seraya berkata, "Raka! Tungguin aja sebentar, siapa tau dia butuh bantuan lu."
"Huh haah huuh hah.." napas Mila tak beranturan, berdiri menghadap Raka dan Kanaya.
Sesaat Mila menatap Kanaya dengan sinis, Mila langsung menunjukan rasa tidak suka melalui pandangan yang sangat tajam.
"Kenapa sih lo menjauh dari gue terus?" Tanya Mila dengan manja, meski napas nya masih belum beraturan.
"Karna lu emang patut di jauhi." Jawab Raka singkat, dan malas-malasan.
"WHAT? CUMA KARNA CEWE MURAHAN INI?" Ketus ucapan Mila menunjuk ke arah Kanaya.
"MILA! JAGA UCAPAN LU YA!" Balas Raka dengan ketus, sambil meraih tangan Kanaya dan menggenggam dengan erat.
"PEREK INI UDAH NGASIH APA AJA SIH BUAT LO? ATAU JANGAN-JANGAN-" Mila terpaksa menghentikan hujatan nya terhadap Kanaya, saat Raka hampir melayangkan pukulan pada Mila.
Dan untung nya Raka bukan pecundang yang bisa memukul perempuan dalam kondisi apapun, ia hanya melepaskan tinju nya ke udara dengan sekuat tenaga.
"Dasar brengsek! Liat aja akibat nya nanti, karna lu udah berani bersikap begini sama gue!" Ucap Mila masih terkejut, karna baru kali ini melihat Raka semarah ini.
Biasanya, laki-laki yang membuat Mila jatuh cinta saat pandangan pertama di kampus sejak semester satu, selalu diam seolah menganggap Mila tidak ada saat Mila berbicara atau sedang merayu.
Seolah kecantikan dan paras cantik yang di miliki Mila tidak berarti apa-apa di hadapan Raka.
***