Chereads / SEMUA TENTANG CINTA / Chapter 12 - TIDAK TERASA

Chapter 12 - TIDAK TERASA

12. Tidak terasa

Kanaya berusaha menaruh kepercayaan pada lelaki yang baru saja ia kenal.

Lagi pula, hati Kanaya yakin, bahwa Raka bukan laki-laki brengsek seperti laki-laki lain pada umum nya.

Meskipun keyakinan nya belum 100 persen pada Raka, apa lagi saay ia ingat papa nya.

Tapi paling tidak, ada yang menemani dirinya untuk melewati malam panjang ini.

Apa lagi melihat ada Raka memiliki banyak kesempatan untuk berbuat yang tidak baik pada Kanaya, tapi nyata nya Raka tidak masuk dalam kategori laki-laki brengsek.

***

Tidak ada 5 menit, orang yang di tunggu Raka, dari kejauhan nampak seperti bapak berusia lebih dari 40 tahun, memiliki postur tubuh kurus datang membawa motor matic berwarna hitam.

Jarak dari tempat Kanaya duduk dengan posisi Raka adalah lebih dari 50 meter.

Sehingga Kanaya tidak bisa mendengar perkataan Raka.

Namun, Kanaya bisa melihat gerak tubuh orang tua itu sangat sopan dan menghormati Raka, saat berbicara ia tertunduk hormat dan memegang kedua tangan nya di bawah.

Setalah 1 menit berlalu, muncul lagi seseorang yang lebih muda datang membawa motor juga, kemudian bapak yang berusia 40 tahun itu pun pergi dengan seorang yang lebih muda itu sambil menggendong tas ransel Kanaya yang super besar.

Kemudian, Raka naik motor matic hitam. Saat sudah standby, ia memanggil Kanaya dengan kode ayunan tangan.

Meski tanpa suara, Kanaya seolah mengerti dengan bahasa tubuh Raka, ia pun menghampiri Raka, sesuai instruksi.

Kanaya naik dan tanpa bertanya apa pun pada Raka, tentang apa yang ia lihat tadi. Meskipun begitu banyak pertanyaan yang sudah memenuhi otak nya, tetapi ia tahan dan jangan sampai keluar dari mulut nya pertanyaaan pertanyaan yang bisa membuat dirinya terlihat bodoh di hadapan Raka, yang ternyata sudah berusaha baik padanya.

Dan yang terpenting, Kanaya tidak ingin di anggap kepoh dan terlihat mau tau tentang Raka, sampai Raka cerita dengan kemauan sendiri.

***

"Nay, lu kok diem aja? Ngantuk ya?" Raka melihat Kanaya diam saja, dari pantulan kaca spion, seraya berkendara.

"Nggak kok, Ka." Jawab Kanaya berbohong.

Yang benar adalah Kanaya sangat mengantuk, apa lagi terhembus angin semilir-semilir.

Tidak pikir panjang, Raka berhenti di pinggiran jalan, hingga membuat pengendara di belakang nya kaget, ia langsung menengok Kanaya.

"Tuh kan, lu udah ngantuk!" Raka menatap mata Kanaya sudah 5watt.

"Gue anter lu pulang aja ya?!" Kata Raka.

"Hah? Pulang? NGGAK MAU!" Tegas Kanaya, seolah melupakan rasa kantuk dan memaksa mata nya terbuka lebar.

"Oke, kalau lu nggak mau pulang, gue juga nggak tau masalah lu apaan, lebih baik sekarang lu peluk gue, sandaran di punggung gue, gue ikat pinggang lu ke pinggang gue! Karna kalau lu ngantuk lagi, setidak nya nggak bikin lu jatuh." Ucap Raka, wajah nya nampak serius.

Kanaya mengangguk malu-malu, dan tidak ada alasan untuk Kanaya menolak niat baik Raka.

Raka membuka jaket nya, ia lebih merasa kedinginan karna angin malam, daripada Kanaya kenapa-kenapa.

"Lu nggak kedinginan?" Tanya Kanaya tak enak hati.

"Ya dingin lah, tapi masa iya gue ambil resiko lu jatuh sih?" Sahut Raka jujur apa ada nya.

"Kan masih mending masuk angin, bisa minta kerokan. Kalau lu jatuh, mana bisa di kerokin! Yang ada langsung masuk UGD tau." Raka menggoda Kanaya dengan senyum manis hingga lesung pipi nya terlihat.

Hati Kanaya merasa berdebar kencang, saat ia ingin memeluk Raka dari belakang.

Dan dengan tekad yang bulat, Kanaya pun memeluk Raka dengan erat.

Lalu, Raka melanjutkan lagi perjalanan nya, ia berkendara dengan sangat pelan. Agar Kanaya bisa tetap tidue di punggung nya denngan nyaman.

Bukan hati Kanaya saja yang merasa berdebar, Raka pun memiliki perasaan yang tidak jauh berbeda.

Merasakan Kanaya begitu dekat, membuat Raka senyum-senyum sendiri, dan merasakan hangat nya pelukan Kanaya, membuat ia berharap agar hal ini bisa terus berlanjut entah sampai kapan.

***

"Nay, udah sampe nih." Panggil Raka sangat hati-hati.

"Emm, udah sampe ya.. maaf tadi ngantuk banget." Kanaya berusaha membuka mata nya dengan sempurna.

"Nggak apa-apa. Untung gue iket kan. Kalau nggak di iket, lu udah jatuh dari tadi kali." Ungkap Raka sambil membuka ikatan di pinggang nya, agar ia bisa segera memakai jaket kulit kesayangan nya.

"Maaf juga udah bikin lu kedinginan." Ungkap Kanaya, lalu Raka turun dari motor.

"Ahh, nggak apa-apa gue ngerasain dingin, yang penting hati lu jangan!!" Jelas Raka memberi tatapan penuh harapan.

"Hah? Gimana?" Kanaya pura-pura bingung.

"Ya begitulah!" Raka seakan males menjelaskan.

"Dimana nih??" Mata Kanaya menyebar, karena lagi-lagi Raka membawa nya ke sekumpulan orang-orang yang asing bagi Kanaya.

"Ini basecamp anak-anak pecinta mural." Jelas Raka, meletakan helm dan membenarkan rambut.

"Mural? Yang suka coret-coret tembok di sepanjang jalan?" Mata Kanaya melotot seolah tak menyukai.

"Hei! Itu bukan sekedar coret coret, mungkin buat lu itu cuma coretan biasa." Ucap Raka lebih di pertegas.

"Mural nggak cuma berfungsi sebagai memperindah dan memberikan kesan yang menarik pada suatu lokasi atau tempat, tapi juga berfungsi sebagai media promosi, bisa sebagai media propaganda, media edukasi dan bisa sebagai nilai ekonomi, jadi tergantung dari sudut mana melihatnya." Usaha Raka memberi penjelasan.

"Udah yuk masuk dulu. Kalau lu nggak suka, kita cabut aja, gimana?" Raka masih membujuk Kanaya, namun tidak memaksakan kehendak nya untuk menyukai mural art.

"Oke! Tapi janji ya, kalau gue nggak nyaman, kita langsung pergi." Ujar Kanaya untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Raka mengangguk, dan menggandeng tangan Kanaya.

Terlihat di kejauhan beberapa orang sedang mengobrol dan beberapa orang lain nya sedang melukis tembok.

"Heii Raka! Udah lama nggak kesini, sekali nya datang bawa gebetan." Teriak seseorang jauh lebih tua dari yang lain nya, saat melihat kedatangan Raka.

Raka tersenyum, dan segera mendekat orang itu lalu berkata, "Bang Ardi." Seraya memberikan salam.

"Ini Kanaya bang." Ujar Raka pada Bang Ardi.

"Pacar lo bro?" Celetuk seorang perempuan dari arah samping.

"Iyaa pacar gue." Jawab Raka tanpa ragu, sambil menatap hangat Kanaya.

Perempuan dengan rambut tebal, keriting, memiliki kulit sawo matang, dan berpakaian tomboy, mendekat pada Kanaya.

"Gue Kartika." Ia mengulurkan tangan, dengan cepat di jabat oleh Kanaya.

"Selama ini gue kira Raka homo. Karna nggak pernah sekalipun dia bawa perempuan kesini, di kampus banyak perempuan tergila-gila sama dia. Tapi nggak pernah di anggap ada sama dia, gila kan?!" Kartika bercerita dengan polos, tak menghiraukan perasaan Raka yang juga ikut mendengarkan.