Chereads / SEMUA TENTANG CINTA / Chapter 10 - FEELING HAPPY

Chapter 10 - FEELING HAPPY

10. Feeling happy

"Bukan gue yang hebat, tapi kemauan belajar mereka yang hebat, Nay." Sahut Raka, lalu melempar pandangan pada anak-anak itu.

"Kalau seandai nya mereka nggak ada kemauan belajar, kelas ini nggak akan ada." Lagi jelas Raka, memandang anak-anak dengan rasa bangga.

Jawaban simpel Raka, membuat Kanaya kagum lebih dari yang Raka tau, sampai ia tak bisa berkata-kata, namun ia sangat memahami perkataan Raka.

"Lu mau bantuin gue?" Tanya Raka mengalihkan dan memang sengaja ingin melibatkan Kanaya.

"Boleh." Kanaya mengangguk pelan, meskipun ia belum tau bentuk yang harus ia kerjakan.

"Mau koreksi PR, atau mau ngelanjutin penjelasan gue yang tadi?" Raka menatap hangat dan memberi pilihan.

"Emang anak-anak pulang jam berapa, soalnya jelasin tata surya nggak mungkin sebentar." Ucap Kanaya ragu.

Kemudian, Raka melihat jam hitam yang melingkar di tangan nya, "Masih ada waktu setengah jam lagi sih, lu jelasin semampu lu aja." Melirik dengan senyum miring, Raka meragukan kemampuan Kanaya.

"Oke." Jawab simpel Kanaya, kemudian ia meletakan tas yang sejak kedatangan nya masih di gendong olehnya.

Melihat sebagian anak-anak sudah seleeai mencatat, Kanaya pun memulai pelajaran yang belum seleseai.

"Baiklah anak-anak, sekarang Ka Naya yang melanjutkan ya."

Dari wajah anak-anak, tampak respon yang dingin.

Karna sejati nya, mereka baru beberapa menit mengenal sosok Kanaya.

Namun, tidak membuat Kanaya patah semangat, dan terlebih gengsi nya pada Raka membuat ia mau berusaha lagi mendekatkan diri pada anak-anak.

"Sekarang kita jalan ke planet yang kedua ya. Siapa yang udah tau Planet kedua nama nya apa? Boleh angkat tangan dan bantu Ka Naya jawab ya."

Salah satu anak usia sekitar 9 tahun menganggkat tangan nya dan langsung menjawab, "Pluto, Ka."

"Siapa nama kamu, de?" Tanya Kanaya.

"Kusir, Ka."

"Nah, jawaban Kusir belum tepat ya, tapi kamu sudah hebat bisa tahu salah satu nama Planet kita lho..!" Sahut Kanaya, dengan santun.

"HAHAHAHAHA!!!" Tawa anak lain nya serentak.

"Nggak boleh di ketawain dong, berani jawab bukan penentu benar atau salah ya." Celetuk Raka, langsung beranjak dari duduk.

Dan anak-anak langsung diam, menghentikan tawa nya.

"Oke baik Ka Nay, silahkan di lanjutin lagi." Ujar Raka, tegas.

"Venus menjadi urutan nama planet selanjutnya setelah Merkurius." Jelas Kanaya serius.

"Jarak Venus dengan Matahari tidak sedekat Merkurius." Lanjut ucapnya.

"Jarak planet ini sekitar 108,9 juta km dengan waktu revolusi 225 hari dan rotasi 243 hari. Ukuran Venus sekitar 12.104 km. Planet ini disebut-sebut memiliki ukuran, kepadatan udara, dan lapisan atmosfer yang mirip dengan Bumi.

"Permukaan planet ini terdiri atas awan gas yang panas. Suhunya mencapai 462 derajat Celcius."

"Sehingga menyebabkan Venus memiliki julukan planet terpanas di tata surya, nggak bisa di bayangin yaa panas nya seperti apa.."

"Keunikan lain dari planet ini yaitu pada gerak rotasinya. Venus memiliki gerak rotasi yang berlawanan arah dengan gerak edar planet saat mengelilingi Bumi." Masih berlanjut penjelesan Kanaya, sambil ia menulis, mengikuti cara Raka.

Sementara terlihat anak-anak sangat excited mendengar penjelasan dari Kanaya dengan perlahan.

Gantian, sekarang Raka di buat kagum oleh Kanaya.

Ternyata, pemikiran Raka tentang ketidak mampuan Kanaya, sudah di patahkan dengan apa yang ia lihat di depan mata nya.

Meski mengagumi Kanaya, ia menjaga image nya di depan anak didiknya.

"Oke ini di catat dulu yaa adik-adik. Biar kita bisa lanjut ke planet yang selanjutnya." Ucap Kanaya yang akhirnya selesai meringkas catatan untuk anak-anak di white board.

Kanaya mendekat pada Raka lagi, kemudian berbisik lagi, "Ada yang salah nggak sih? Bantuin ya kalau ada yang salah." Gugup Kanaya.

"Waw! Lu keren banget. Ckckck.." Raka berdecak kagum, seraya melipat tangan di dada.

"Ihh, Raka!" Kanaya menjadi salah tingkah.

"Besok lanjut lagi ya, bukan nya gue mau motong lu lagi ngajar, tapi ini udah waktu nya anak-anak bubar, Nay...." ujar Raka melihat lagi jarum di jam nya.

"Iya nggak apa-apa, tapi besok gue ikut lagi ya. Boleh nggak?" Tanya Kanaya, berharap penuh.

"Nanti kita omongin lagi ya, sekarang gue mau ucap salam dulu sama anak-anak." Sahut Raka, langsung beranjak dan maju ke depan melihat anak-anak yang masih belum selesai menulis.

"Oke, masih ada waktu 10 menit. Yang bisa jawab pertanyaan kaka, boleh bubaran ya. Tapi sebelum nya kita berdoa dulu dan mengucapkan salam ya." Sebisa mungkin Raka membuat cara belajar nya ini sama dengan kelas yang ada di sekolah sekolah layak lain nya.

Salah satu anak yang menjadi leader memberi aba-aba untuk berdoa, dan anak yang lain nya mengikuti arahan sang leader.

Setelah selesau berdoa, leader berikan aba-aba lagi untuk memberi salam.

"Terima kasih Ka Raka, Ka Naya, dan teman-teman. Sampai jumpa besok." Ucap anak-anak serempak.

"Sampai jumpa besok ya anak-anak. Sekarang ka Raka, akan berikan pertantaan tantangan. Yang bisa jawab angkat tangan dan boleh langsung bubar." Sahut Raka.

Kemudian Raka memberikan pertanyaan perkalian, dan dapat dengan mudah di jawab oleh anak-anak itu.

Setiap anak yang bisa menjawab boleh pulang dan di berikan reward satu buah pulpen dari Raka.

Hingga selesai dan semua anak sudah bubar dari tempat duduknya, Raka langsung membereskan white board, "Nay, boleh bantuin gue nggak buat nyusunin bangku itu, ke pojok sini." Pinta Raka.

"Okee.." sahut Naya, langsung mengerjakan perintah Raka.

***

Kelas dadakan ini sudah di rapihkan, bangku yang tertumpuk jadi satu, di tutup dengan terpal, dan white board serta alat tulis lain nya di masukin ke dalam plastuk putih besar, yang di masukan lagi ke dalan kardus berukuran jumbo.

Tanpa rasa lelah, Raka mengajak Kanaya pergi ke suatu tempat.

Obrolan saat di perjalanan, karna Raka mengajak Kanaya untuk jalan kaki, menyusuri pinggir tol.

"Ngomong-ngomong, Terima kasih banget ya Nay." Ujar Raka, senyum nya memancarkan kebahagiaan.

"Terima kasih buat apa?" Kanaya bingung.

"Karna lu mau temenin dan bantuin gue ngajar hari ini."

"Iya sama-sama. Gue mau tanya deh"

"Sebenarnya semua ini, ide dari siapa sih? Dan sudah berdiri berapa lama?" Tanya Kanaya yang sejak awal sudah penasaran.

"Oke, itu gue ceritain sambil makan aja ya. Karna gue udah lapar dan nggak bisa cerita." Lirih Raka, sambi memegang perut nya yang sudah menggema kelaparan.

"Tuh dikit lagi udah mau sampe kok." Lagi kata Raka sambil menunjuk ke gerobak coklat yang sudah di kerumumi oleh beberapa pembeli juga.

"Gue juga udah lapaar." Celetuk Kanaya sambil menyengir, seolah rasa malu pergi begitu saja.

***