Rumah Yasmini memiliki pekarangan yang cukup luas, bagian belakangnya dia tanami pohon pisang dan berbagai sayuran untuk dimakan setiap harinya. Di samping rumah, dia buat kandang untuk memelihara ayam dan telurnya dia pakai untuk konsumsi sendiri.
Di usia rentanya, Yasmini sempat takut jika tidak ada keluarga yang tinggal bersama dan merawatnya, tapi rasa itu sirna saat Anthony memutuskan untuk tinggal bersamanya.
"Ton, nenek sangat senang dengan kedatanganmu. Kalau seperti ini nenek kan bisa pergi dengan tenang," ungkap Yasmini.
Anthony masih belum mengerti perkataan neneknya, karena pikiran dia terfokus oleh ponsel yang ada di tangannya. Anthony hanya menimpali perkataan Yasmini dengan jawaban pada umumnya.
"Anthony juga senang, Nek. Makasih Nek, sudah mau menampungku," kata Anthony tersenyum, dia makan dengan terburu-buru karena hari ini dia membuat janji dengan abang pengepul rosok.
Yasmini tersenyum mendengarkan Anthony, dia memandangi lama cucunya yang sedang makan dengan lahap.
Syukurlah!! Kamu datang di waktu yang tepat, Ton. Batin Yasmini.
"Nek, aku berangkat kerja dulu ya. Assalamualaikum," pamit Anthony.
"Hati-hati, Ton. Walaikumsalam," jawab Yasmini.
Anthony berjalan setengah berlari, dia berencana untuk naik ojek yang lincah bisa menyalip di kemacetan jalan raya. 30 menit sudah dia menempuh perjalanan, akhirnya dia sudah sampai di restoran. Kemudian Anthony berbicara kepada satpam yang sedang berjaga.
"Pak, nanti jika ada pengepul rosok datang dengan mobil bak mencariku suruh langsung masuk ke restoran saja ya," kata Anthony.
Satpam agak lama menjawabnya, dia masih berpikir dan akhirnya berkata singkat, "Iya, Mas."
Anthony segera masuk ke dalam restoran dan mengeluarkan perabot rusak yang ada di dalam gudang. Anthony tidak sadar hampir seluruh karyawan sedang mengawasi pergerakannya di dalam restoran. Seperti CCTV hidup yang bisa memberi kesaksian dengan cara memutar balikan fakta.
Selang 10 menit, pengepul rosok datang bersama 2 orang temannya. Salah satu dari mereka turun untuk bertanya kepada satpam.
"Permisi Pak, saya mencari mas Anthony yang mau menjual perabot rusak. Apakah betul ini tempat bekerjanya?"
"Betul Bang, langsung saja masuk ke dalam ya!!" timpal satpam itu.
"Ohh iya, baik Pak. Terimakasih," ucap abang itu.
Mereka masuk ke restoran sesuai arahan satpam, tidak lama dia bertemu Anthony yang sudah menunggu di dalam. Segera saja mereka menimbang barang rusak itu.
Butuh 1 jam mereka menyelesaikan pekerjaan itu dan terakhir pembayaran dari hasil jual rosok.
"Wahh!! Banyak juga ya, Mas. Saya senang ada besi tua juga, ini uangnya semua 5 juta," ucap abang pengepul itu.
Anthony terkejut barang rosok itu nilainya sangat lumayan sekali, dia masih meragukan nilai barang dan membuatnya bertanya kepada abang pengepul.
"Bang, ini tidak kebanyakan??"
"Tidak Mas. Kebetulan mas bertemu dengan saya sebagai pengepul rosok tangan kedua, jadi 1 kg barang masih tinggi nilainya,"
"Nanti saya jual lagi ke pabrik yang mengolah rosok sesuai jenisnya. Jadi jangan kuatir ini sudah ada hitungannya," terang abang pengepul tadi sambil menyerahkan uang kepada Anthony.
"Ternyata bisnis rosok itu lumayan ya, Bang," timpal Anthony.
"Lumayan sekali Mas, orang mungkin memandangnya sebelah mata. Tapi kalau mereka tahu alurnya, dijamin betah dengan bisnis ini. Barang-barang bekas itu dibuang, kita yang mengambilnya dan bisa dijual lagi. Bisnis ini perputaran uangnya cepat, mas Anthony tertarik?" Abang itu menjelaskan sambil bertanya.
"Boleh juga, Bang. Saya akan pikirkan nanti, terimakasih ya Bang," ungkap Anthony antusias.
"Simpan saja nomor saya dengan nama Jamet, Mas. Jika ingin memulai bisnis rosok jangan sungkan untuk bertanya," saran Jamet.
"Baik, bang Jamet," sahut Anthony tersenyum.
Mereka pun pergi dari restoran setelah transaksi selesai. Anthony pun segera membersihkan gudang yang berdebu, lalu dia lanjut membersihkan restoran.
Para karyawan sudah berdatangan, begitu juga dengan Vanya. Dia tersenyum lebar saat melihat Anthony sedang duduk beristirahat setelah menyelesaikan semua pekerjaannya. Vanya pun segera menghampiri Anthony.
"Hai Vanya, kamu sudah sembuh? Ceria sekali!!!"
Anthony senang melihat Vanya yang tersenyum lebar, karena ketika Vanya tersenyum semakin tambah cantik.
"Sudah. Aku sudah tidak sabar pergi ke restoran dan ingin tahu hasil seleksi karyawan kemarin," jawab Vanya.
"Hehe, semoga saja aku tidak membuat kesalahan besar. Oia!! Vanya, apa kamu sudah mendapat telepon dari pak Narwan?"
Anthony bertanya ingin tahu, karena Narwan kemarin mempertanyakan tindakannya. Dan menimbulkan kesalahpahaman diantara mereka.
"Pak Narwan?? Belum tu? Kenapa, Ton? Ada masalah?" tanya Vanya berentetan.
Vanya belum tahu kejadian antara Narwan dan Anthony, dia tidak mengerti apa yang dimaksud Anthony.
Aneh? Kenapa pak Narwan belum menelepon Vanya? Apa dia sudah tahu kebenarannya tanpa bertanya dengan Vanya? Batin Anthony.
Anthony mengernyitkan dahi, dia memutuskan untuk menyimpannya dulu dari Vanya. Dia pun mengalihkan pembicaraan ke topik lain.
"Ohh!!"
"Ech, Vanya. Aku tadi habis jualan barang rusak, tahu nggak laku berapa? 5 juta?" terang Anthony.
"Wahh!!! Lumayan sekali, bisa laku sebanyak itu," ungkap Vanya, dia sesaat terkecoh oleh pembahasan Anthony.
Anthony pun terus mengalihkan pembicaraan agar Vanya tidak membahas Narwan. Namun, di dalam hati Anthony masih berpikir keras. Siapa sebenarnya atasan Narwan?? Bukannya Vanya orang yang paling tinggi jabatannya di restoran?? Apa mungkin Purnomo?? Kalau benar dia, berarti dia tahu kedekatanku dengan Vanya dong!!!
Aku jadi teringat dengan perkataan Sean kemarin malam, apa aku akan menanggung resikonya?