Chereads / Merebut Jodoh / Chapter 38 - Yasmini Meninggal

Chapter 38 - Yasmini Meninggal

"Ton, nenek capek sekali. Nenek mau berbaring di kamar dulu," kata Yasmini yang menepuk-nepuk pundaknya sendiri.

"Iya Nek, mari aku antar ke kamar. aku pijit sekalian ya, Nek," sahut Anthony tersenyum.

"Ahh!! Tidak usah, Ton. Nenek rasa kalo dibuat tidur sudah enakkan," timpal Yasmini berlalu meninggalkan Anthony sendiri di ruang tamu.

Mereka selesai dari mengunjungi makam suami Yasmini. Yasmini menangis cukup lama, dia tidak seperti biasa dengan kepribadiannya yang tenang. Anthony sedikit merasa aneh dengan sifat yang ditunjukkan neneknya.

Anthony meneruskan pekerjaannya membuat kandang, dia keluar rumah dan melihat jalan seberang cukup lama .

"Mobil mewah di seberang jalan tadi siapa ya? Rasanya aku seperti sedang diawasi," gumam Anthony.

"Ahhh!!! Mungkin hanya perasaanku saja!!"

Anthony menepis pikiran buruk yang sempat mengganggunya, lalu dia kembali tenggelam dengan pekerjaannya.

Matahari sudah semakin tinggi, akhirnya Anthony selesai juga membuat kandang. Dia segera masuk rumah untuk mengambil segelas air putih, lalu menyiramkan ke tenggorokannya yang kering.

"Tumben nenek masih tidur pulas. Apa badannya masih pegal semua?" gumam Anthony, dia teringat seminggu terakhir Yasmini sering mengeluh badan rentanya yang terasa pegal dan linu.

Anthony melihat meja makan masih kosong, lalu dia menuju dapur untuk belajar memasak sendiri. Siang ini dia ingin menyiapkan makan siang tanpa bantuan dari Yasmini.

Tiga puluh menit sudah Anthony di dapur, dia menyelesaikan masakannya yang pertama yaitu sayur bobor, sambel bawang dan tempe goreng tepung.

Sayur bobor biasanya bahan utama yang diperlukan adalah bayam bisa diganti dengan sawi, kacang panjang bisa diganti dengan ganteng kecambah kedelai dan santan. Bumbu yang digunakan adalah ketumbar, bawang putih, sedikit kencur, daun salam, penyedap rasa dan garam dihaluskan.

Anthony sangat senang karena rasa sayurnya sudah seperti sayur buatan nenek. Kemudian dia meletakkan hasil masakannya diatas meja makan.

Anthony pun mengetuk kamar nenek berniat untuk membangunkan dan mengajaknya makan siang, dia ingin nenek memberi nilai hasil masakan perdananya.

"Nek, makan siang sudah siap. Ayo makan, Nek!!"

Anthony sangat bersemangat mengatakannya, dia sudah tidak sabar menunggu nenek. Namun, nenek tidak menanggapinya. Dia sudah mengulanginya lagi, tapi masih juga tidak ada jawaban.

"Nek, Tony masuk ya??" Anthony minta izin ke Yasmini untuk membuka kamar yang tidak dikunci itu.

Anthony melihat nenek yang masih tertidur pulas, lalu dia mendekati dan megenggam telapak tangan neneknya. Dia sangat terkejut ketika mendapati tangan Yasmini sudah seperti es yang sangat dingin sekali.

"Nek, bangun!!" panggil Anthony dengan suara keras, dia cemas melihat Yasmini tidak kunjung membuka matanya.

Anthony mencari denyut nadinya di bagian leher, tangan dan terakhir dia meletakkan telinga di hidung. Anthony tidak merasakan denyut nadi Yasmini, lalu dia mengamati neneknya, dia melihat tidak ada aktivitas pernapasan dari tubuh Yasmini.

Anthony meneteskan airmata, dia baru yakin bahwa neneknya sudah meninggal dunia. Dia jadi teringat perkataan selamat tinggal Yasmini waktu makan malam 2 hari yang lalu.

Anthony menyesal, karena dia tidak menyadari tanda-tanda tersebut. Dia semakin menyesal, ketika keluarga satu-satunya yang dia punya sudah tiada, lalu dia mencium tangan dan memeluk Yasmini untuk terakhir kalinya.

Kemudian dia berdiri untuk memberitahu tetangganya, kabar itu menyebar begitu cepat sampai sudah terdengar oleh orang 1 kampung. Warga yang mengetahuinya, mereka gotong royong membantu proses menguburkan jenazah Yasmini.

"Sabar ya, nak Anthony. Semoga nenekmu tenang di tempatnya sekarang, dia sosok yang dikenal dermawan oleh para warga di kampung ini,"

"Ibu Yasmini sering membagikan makanan, hasil kebun bahkan uang ke keluarga yang membutuhkan. Kami juga merasa kehilangan Ibu Yasmini," beber ketua RT.

Anthony tersenyum pilu, lalu dia hanya mengangguk sambil memandangi jenazah neneknya. Proses mengurus jenazah sudah selesai, sekarang proses selanjutnya adalah mengebumikan jenazah Yasmini.

Semua proses berjalan lancar, kini Anthony pulang ke rumah dengan suasana sunyi sampai menembus hatinya. Para tetangga dan warga sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

Anthony duduk di ruang makan yang diatas meja masih terdapat hasil masaknya yang utuh. Sayur bobor yang mendingin, tempe lembek dan nasi yang sudah mengeras. Dia tidak bisa menahannya lagi, airmata mengalir deras membasahi pipinya. Semua kenangan berputar sangat jelas di kepala Anthony.

"Terimakasih, Nek. Anthony sangat beruntung masih bisa bertemu dengan nenek dan merasakan kehangatan tinggal bersamamu, Nek," ungkap Anthony.

Malam itu begitu sunyi, Anthony bangkit dari duduknya. Dia harus tetap bersemangat untuk melanjutkan perjuangannya yang belum usai, yaitu merebut Vanya.

Tanpa pikir panjang, dia memakan masakannya sendiri. Walaupun dia tidak bisa menelan, dia memaksakan diri untuk menghabiskan makanannya, bahkan dia tidak bisa merasakan apakah masakan itu enak atau tidak.

Setelah usai, Anthony bangkit dari kursinya lalu dia berjalan menuju kamar Yasmini. Di dalam kamar itu terlihat sangat mencekam, Anthony mengambil foto yang tergantung di dinding. Dia memandangi cukup lama foto keluarga 28 tahun silam, dimana Mama dan papa masih ada, begitu juga nenek kakeknya. Anthony masih berusia belia, sedang duduk di pangkuan neneknya.

Kini dalam foto itu sudah tidak tersisa selain dirinya, karena Yasmini hanya mempunyai seorang putri yaitu mamahnya Anthony.

Ketika dia ingin mengembalikan foto, dia melihat seperti pintu brankas kecil berukuran 30x30 cm yang menarik perhatian Anthony, sejenak dia menjulurkan tangan untuk memastikannya, dia pun bergumam,

"Brankas?? Apa yang ada di dalamnya?"