Hari ini Anthony libur, dia membuat kandang ayam dari bambu. Anthony berencana untuk menernak ayam kampung, dia mulai merintih sebuah bisnis keci-kecilan.
Yasmini duduk di sebelahnya, dia mengarahkan Anthony membuat kandang. Dulu suami Yasmini suka membuat kandang sendiri, dia sering melihatnya, jadi tahu langkah-langkahnya.
"Lihat kamu membuat kandang, nenek jadi ingat kakekmu, Ton," ungkap Yasmini.
"Nenek merindukannya? Kapan terakhir kali mengunjungi makamnya, Nek?? Sejak datang kesini aku belum sempat mengunjungi makam kakek," timpal Anthony.
Anthony juga merindukan kakeknya, dia ingat waktu kecil pernah diajak ke sawah untuk mencari jamur merang.
Jamur merang itu dari tumbuhan padi yang menumpuk lalu membusuk dan tumbuhlah jamur yang aman dikonsumsi. Jamur ini sangat enak dan gurih rasanya, cara masaknya bisa digoreng, dipepes bungkus daun pisang juga cocok.
"Iya, apa kita mengunjungi makam kakek sekarang saja ya, Ton?"
"Boleh Nek," jawab Anthony.
Mereka pun bersiap untuk pergi ke makam, makam itu tidak jauh dari rumah dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Sekitar 100 meter dari rumah Yasmini.
Di sisi lain Purnomo sangat bersemangat pagi ini, dia rela meluangkan waktu pergi ke restoran untuk meninju Anthony. Bodohnya dia, tidak memberi tahu Narwan dulu dan main pergi begitu saja.
"Awas saja Lu, Anthony!!! Babak belur kau hari ini!! Salah sendiri menggoda istri orang!!" gerutu Purnomo di dalam mobil.
Restoran sudah tidak jauh lagi, Purnomo menambah kecepatan mobilnya biar cepat sampai. Mobil sudah di depan pintu masuk restoran, lalu dia masuk ke dalamnya dan mencari tempat parkir.
"Wahh!! Siapa yang datang dengan mobil mewah itu?" tanya Dodit ke Junet yang sedang duduk memainkan ponsel.
Namun, Junet tidak menghiraukannya. Dia masih tidak melepas pandangan dari layar ponsel. Dodit pun berseru lebih heboh, sambil memukul lengan Junet.
"Jun .. Jun, lihat siapa yang datang?"
"Bodo lah!!! Heran aku sama kamu, Dot. Kayak orang kampungan saja!!" gerutu Junet.
"Cepat sini lihat!!! Bukannya itu pak Purnomo?? Ngapain dia kesini?? Padahal jarang sekali dia datang ke restoran," beber Dodit.
Junet pun sudah berdiri dan melihat arah yang sama dengan Dodit, lalu dia berasumsi, "Aku yakin, ini pasti kedekatan Anthony dengan istrinya sudah sampai ke telinganya."
Dodit menatap Junet, apa yang dikatakan Junet masuk akal dan membuat Dodit penasaran apa yang akan dilakukan Purnomo.
"Haha!! Kesempatan!! Ayo kita seret Kacung Ijo itu di hadapan pak Purnomo!!" ajak Junet, dia pun berjalan mencari Anthony yang diikuti Dodit dari belakang.
Mereka sudah mencari ke seluruh tempat yang mungkin ada Anthony, tapi dia tidak menemukannya. Dia bertemu dengan Bondan yang sedang menyapu lantai ruangan istirahat.
"Woe!! Sini loh Babu!!" perintah Junet.
Bondan celingak-celinguk, dia masih belum sadar bahwa yang dimaksud Junet adalah dirinya.
"Kuping lo Tuli ya!!! Kamu yang bawa sapu, cepat kesini!!" geram Junet.
Bondan baru datang menghampiri Junet dan Dodit, lalu dia bertanya dengan wajah bingungnya.
"Kakak memanggil saya? Ada apa ya, Kak?"
"Iya kamu, Babu Tuli!! Orang dipanggil dari tadi juga!! Huuu, Gue gaplok juga Lu!!!" ancam Junet.
"Gaplok aja, Jun. Biar tahu rasa!!" imbuh Dodit.
Bondan hanya menunduk, dia sangat tidak suka dengan gaya bicaranya Junet. Junet pun segera bertanya keberadaan Anthony.
"Mana Anthony? Cepat katakan!!!"
"Kak Anthony hari ini libur, Kak," jawab Bondan.
"Brengsek!! Kenapa Lu tidak bilang dari tadi, menghabiskan waktuku saja!!" umpat Junet kesal.
"Mana saya tahu, Kak? Orang situ juga baru nannya?" timpal Bondan tersinggung, dia sudah sopan kepada Junet. Tapi malah dia yang dimaki-maki.
"Diam Lu!!"
Junet membentak Bondan sambil mengangkat jari telunjuknya dan diarahkan ke wajahnya. Kemudian, dia pergi untuk bertemu dengan Purnomo, disusul Dodit yang berjalan di belakangnya.
Sedangkan Purnomo sudah di dalam ruang manager, dia menunggu kedatangan Narwan yang cukup lama. Dia segera saja menghubungi Narwan.
"Kamu dimana? Berani sekali ya kau membuatku menunggu!!" bentak Purnomo.
"Am ... pun Pak. Saya sedang di hotel, Pak. Menghadiri acara meeting bulanan seperti biasa," jawab Narwan.
"Sial!!! Aku sudah berada di restoran ini. Aku nggak mau tahu kamu harus datang dalam 30 menit!!!" bentak Purnomo sambil menutup sambungan telepon tersebut.
Purnomo sangat kesal, napas dia naik turun menahan amarah. Bunyi ketokan pintu itu membuat Purnomo sedikit mengendalikan diri dengan mengambil napas dalam.
"Masuk!!"
Junet dan Dodit masuk dengan setengah membungkuk, mereka sekilas melihat wajah Purnomo yang seram.
"Maaf Pak, kami mengganggu waktu anda? Apa yang anda butuhkah, sekiranya kami bisa membantu anda?" tanya Junet, dia sedang mencari muka di depan Purnomo.
"Kalian siapa? Aku tidak kenal dan tidak butuh bantuan kalian!!! Pergilah!!" ujar Purnomo dengan kasar.
Junet memutar otaknya mencari cara untuk menarik perhatian Purnomo.
"Anthony hari ini libur, Pak. Saya bersedia menjadi kaki tangan anda untuk menyelakai Anthony," ucap Junet.
"Apa maumu?" sahut Purnomo.
Junet pun tersenyum, karena dia berhasil memancing Purnomo.
"Saya ingin Anthony dipecat dan ingin dipromosikan sebagai HRD restoran, saya lihat manager masih merangkap menjadi HRD, saya pikir bisa meringankan kerja Bu Vanya, bagaimana, Pak?"
Sialan Junet!! Dia ingin naik jabatan sendiri!! Batin Dodit. Dia agak kecewa dengan Junet, karena usahanya selama ini tidak dianggap.
Purnomo tampak tidak suka, tapi menurut dia semakin banyak orang yang terlibat semakin besar kemungkinan berhasilnya.
"Aku lihat hasil kerjamu dulu!!! Jika tidak berhasil, jangan harap naik jabatan. Tapi kamu sendiri yang akan aku keluarkan!!!" ancam Purnomo.