Chereads / Merebut Jodoh / Chapter 35 - Asam Lambung

Chapter 35 - Asam Lambung

Vanya memikirkan rasa takutnya semakin dalam, tubuhnya belum kembali fit 100% saat dia jatuh sakit 2 hari yang lalu. Tapi sekarang Vanya mengalami tekanan batin yang membuat daya tahan tubuhnya pun melemah.

"Mbak, Mas aku ke kamar dulu!!" pamit Vanya, kepalanya semakin berat. Dia mencoba menggerakkan kaki yang berat, tapi apa daya penglihatannya kabur dan tiba-tiba saja menjadi gelap. Vanya pingsan tidak sadarkan diri.

"Astaga Vanya, kamu kenapa?? Mas cepat pindahkan dia ke kamar!!" seru Anita panik, sambil menahan tubuh Vanya agar tidak jatuh ke lantai.

Untungnya Anita duduk di sebelah Vanya, jadi dia bisa menangkap tubuh Vanya waktu pingsan tadi.

Purnomo segera mendorong kursinya ke belakang, kemudian dia menghampiri Vanya. Tubuh Purnomo yang tambun dan lebih pendek dari Vanya itu membuat dia kesulitan untuk mengendong Vanya. Dengan bantuan Anita barulah Vanya terangkat dan sudah dibaringkan ke ranjang.

"Badannya panas sekali, Mas. Cepat panggil dokter langganan kita, Mas," seru Anita.

Purnomo merogoh ponsel di saku celananya, lalu dia segera memanggil Dokter Budi. Setelah selesai dia menghubungi dokter, dia dan Anita hanya bisa menunggu Dokter itu datang.

Sesekali Anita mengompres dahi Vanya, agar mengurangi suhu panas Vanya. Selang 20 menit, Dokter Budi sampai juga di rumahnya.

"Dok, Vanya tubuhnya sangat panas sekali. Dia tiba-tiba pingsan saat makan malam sekitar 1 jam yang lalu," jelas Anita.

Dokter tampak berkonsentrasi mengecek tubuh Vanya, dia mengerutkan dahi ketika mengecek detak jantung Vanya, lalu dia beralih ke perut Vanya. Dia menurunkan stetoskopnya, lalu dia merapikan alat pengukur tekanan darah.

"Bagaimana kondisi Vanya, Dok?" tanya Anita panik.

"Dia hampir terkena asam lambung, apa dia sedang stres atau trauma??" tanya Dokter Budi.

"Saya tidak tahu Dok, tapi beberapa waktu yang lalu dia pernah hampir 3 hari tidak mau makan maupun minum," terang Anita.

"Iya, itu bisa menjadi penyebabnya. Pencernaan Vanya terganggu, tapi tidak usah kuatir jika asam lambung ditangani dengan tepat dia bisa cepat sembuh,"

"Saya kasih obat penurun panas, antibiotik dan obat untuk asam lambungnya ya. Untuk sementara waktu, bantu Vanya agar tidak merasa stres," ungkap Dokter Budi sambil menyerahkan resep ke Anita yang dia tulis sebelumnya.

"Baik, Dok. Terimakasih," ucap Anita.

"Sama-sama. Saya pamit dulu Bu," kata Dokter Budi.

Purnomo menghantar dokter Budi sampai ke teras depan, setelah dokter Budi berpamitan dengan Purnomo, lalu dia masuk mobil. Selang beberapa menit mobil tersebut sudah hilang dari pandangan, barulah Purnomo kembali masuk rumah.

Vanya sudah mulai siuman, kemudian dia melihat Anita yang sedang duduk di kursi dekat ranjang sambil menangis. Vanya penasaran apa yang sedang dialami, lalu dia bertanya,

"Mbak, apa yang terjadi kepadaku?"

"Vanya, syukurlah kamu sadar. Tadi kamu pingsan saat makan malam. Sekarang minumlah obatmu," pinta Anita senang, lalu dia mendekat untuk menggenggam tangan Vanya.

Anita melihat tidak ada air, segera saja dia pergi untuk mengambilkan segelas air di ruang makan, lalu dia berikan kepada Vanya. Vanya pun segera meminumnya.

"Kamu tidak boleh terlalu stres Vanya, makan teratur dan sekarang beristirahatlah!!" saran Anita.

"Iya Mbak. Makasih ya mbak, mbak Anita sudah mau merawat dan selalu baik denganku," ungkap Vanya.

Anita mengangguk sambil tersenyum lega, lalu dia menyelimuti Vanya dan membiarkannya untuk beristirahat. Purnomo hanya bisa melihat Vanya dari ambang pintu.

Kemudian Anita menarik lengan Purnomo, dia tidak lupa menutup pintu kamar Vanya. Anita pun mengajak Purnomo menjauhi kamar Vanya.

"Mas, jangan ganggu Vanya dulu. Mungkin dia stres dengan kelakuan Mas yang memaksanya untuk berhubungan badan," ucap Anita.

"Hufstt!!! Ya sudahlah, Mas capek ingin segera tidur saja," keluh Purnomo sambil menghela napas, lalu dia pergi meninggalkan Anita.

"Mas!!Mas Pur!! Aku belum selesai berbicara," protes Anita.

Purnomo sedikit kesal, dia sudah berapa kali gagal untuk menikmati tubuh Vanya. Saking kesalnya, dia tidak masuk kamar melainkan berhenti di ruang televisi.

"Andai saja waktu aku ikat Vanya, Anita nggak ada. Mungkin aku akan berhasil menidurinya," gumam Purnomo.

"Aisshh!! Padahal waktu itu aku sudah merasakan tubuh bagian atasnya, tinggal sedikit lagi!!!" gerutu Purnomo kesal sambil mengepal tangannya dan dia ayunkan.

Purnomo duduk di ruang televisi dan menyambar remote dengan kasar lalu dia menyalakannya.

Masalahnya di Anita. Aku harus buat Anita keluar dari rumah ini, 3 hari saja. Aku rasa sudah cukup, tapi bagaimana caranya ya? Batin Purnomo.

Anita yang cemberut itu berjalan sambil mengentakkan kaki, dia berjalan menuju kamar melewati Purnomo yang sedang menonton televisi.

Purnomo hanya menggeleng kepala melihat kelakuan Anita yang semakin kesini semakin seperti anak kecil.

Anita keluar, lalu dia menyerahkan bantal dan selimut ke Purnomo. Kemudian dia memalingkan muka, dan pergi kembali masuk kamar.

"Sayang, tunggu!! Apa artinya semua ini?" teriak Purnomo.

Anita membalas teriakan Purnomo, "Malam ini tidur saja disitu, Mas!!!"

Purnomo pun berdiri, lalu dia mengikuti Anita. Sayangnya sudah terlambat, Anita menguncinya dari dalam.

"Sayang!!! Buka pintunya!! Tega sekali kau padaku!!!" teriak Purnomo.

Namun, tidak ada tanggapan dari Anita. Purnomo terpaksa tidur sendiri ditemani televisi.

"Apes sekali!! Tidak dapat jatah dah!!" gumam Purnomo.

"Biarlah!! Tunggu saja sampai kamu keluar rumah Anita, aku tidak akan menyerah untuk meniduri Vanya," seru Purnomo sambil tersenyum menyeringai.