Chereads / Bukan Dia Tapi Aku / Chapter 1 - Awal Pelarian Jonny

Bukan Dia Tapi Aku

Nayla_Rizky_5735
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Awal Pelarian Jonny

Malam ini adalah adalah malam Minggu. Banyak di antara mereka yang mengajak pasangannya untuk menikmati malam berdua di restoran.Hanya pemandangan romantis yang disuguhkan pada momen malam ini, kecuali Johny, lelaki berhidung mancung, dan kulit sawo matang yang hanya bisa duduk melamun sambil menikmati musik jazz yang mengalun di restoran tersebut.

"Eh bro. masih betah aja jadi single,"celoteh laki-laki bemata sipit yang akrab dengan panggilan Randy.

"Sayang banget ya cowok setajir dan seganteng kamu hanya bisa melihat orang romantisan doang atau jangan-jangan kamu gak laku ya? Hahahaha." Timpal Rommy tertawa lepas.

"Jaga ucapan kamu! Kalau kamu masih saja bicara yang tidak-tidak, akan kubungkam mulutmu dengan tinjuku!" Jhonny mengepalkan tangannya menunjukkan pada sahabatnya.

"Woleszz ... Jhon. Saya gak ada maksud ngeledek kamu," jawab Rommy.

"Udah-udah daripada ribut berantem gak jelas mending kita pesan minum aja," sela Randy

"Gimana dengan bisnis kamu lancar?" Rhandy menepuk pundak Jhonny.

"Bisnis saya oke-oke aja sih tapi saya lagi malas nih buat pulang ke rumah," ujar Jhonny memalingkan muka.

"Kok bisa? Emang kenapa? Apa ini ada sangkut pautnya dengan papi mami kamu?" tebak Rhandy mulai membaca pikiran Jhonny.

Mendengar pertanyaan Rhandy, Jhonny sesekali memutar ponselnya di atas meja enggan menceritakannya.

"Jhonny ... hello, please! apa kamu dengar saya?" Rhandy menatap alis Jhonny.

"Kalo kamu ada problem dengan mami papi kamu, kamu bisa kok cerita ke kita. Kita bakal tolongin kamu," ujar Randy.

"Kalian yakin bisa nolongin aku???" tanya Jhonny mendongakkan kepalanya.

"Apa sih yang gak bisa buat kamu, secara kan kita udah temenan 8 tahun lho. Nyantai aja kali. Kayak sama siapa aja," jawab Randy.

"Papi mami saya ingin kalau saya segera ingin menikah. Mereka berdua sudah tidak sabar ingin menimang cucu. Habisnya mau gimana lagi. Hampir rata-rata rekan bisnis papi ini sudah punya cucu. Sedangkan saya? kamu kan tahu sendiri semenjak aku dikhianati sama Claudia. saya udah malas lagi menjalin tali asmara dengan gadis lain," adu Jhonny memegang kepala.

"Oohh,, soal itu. Gampang tah semua itu bisa diatur," kata Randy.

"Iya Jhon, kalau kamu mau bisa aku kenalin sama teman sosialita istri saya. aku jamin tingkat sekelas sosialita cocok banget sama selera kamu," usul Rommy

"Gak-gak ..." Jhonny mulai angkat tangan.

"Kapok saya! jika saya harus berpacaran apalagi sampai menikah dengan wanita seperti itu. Sorry banget, aku gak mau jatuh ke lubang yang sama," tolak Jhonny menggelengkan kepala.

"Ya udah gini aja, mending ...," sela Randy.

Obrolan ke tiganya sempat terpotong gegara pelayan restoran datang membawa buku daftar makanan.

"Misi Mas, selamat datang dan menikmati makanan di sini. Apakah ada yang ingin dipesan?" tawar Waitress memotong pembicaraan ketiganya.

"Oh ya Mas, hampir lupa. Saya pesan jus lemon soda 1, sama balked salmon saus smoked," sahut randy menengok daftar menu makanan yang disodorkan di meja.

"Kalau Mas nya berdua?" tanya Waitress menengok ke arah Rommy.

"Saya itu aja Mas, gurame asam manis sama milk tea," jawab Rommy

"Oh ya hampir lupa, ada lagi Mas. Chicken teriyaki sama pesto chicken baked. Jangan lupa pesanan saya yang terakhir ini dibungkus nanti aja pas saya mau pulang biar masih hangat sampai rumah," imbuh Rommy teringat akan pesanan anak istrinya.

"Kamu pesanan makanan sebanyak tadi buat siapa? Bini sama anak kamu di rumah?" celoteh Randy mengerutkan kening.

"Iya, iyalah biar pun gini-gini juga masih ingat anak bini di rumah," jawab Rommy.

"Mas yang satunya. Ada yang dipesan?" tawar Waitress.

"Saya ice drink aja," jawab Jhonny.

"Serius kamu Jhon gak mau pesan yang lainnya? Makanan kek gitu? Emangnya gak laper" tanya Rhandy.

"Kalau makanannya?" tanya Waitress kembali.

"Udah mas, saya rasa itu aja," jawab Jhonny.

"Kamu tuh emang sobat saya yang u ... nik. Gimana gak unik coba kamu dari jaman kuliah dulu kalau lagi bad mood selalu hanya pesan minuman dingin. Hebat!" Randy mengancungkan jempol menggelengkan kepala.

"Udah sambil nunggu pesanan datang mending kita lanjutkan saja obrolan yang tadi," ucap Rommy.

"Iya," jawab Jhonny asyik memijat ponsel.

"Ini Jhon, saya saranin supaya kamu ikut gabung aja di ajang cari jodoh. Kan banyak sih, di televisi atau pakai aplikasi. Banyak yang menawarkan fitur seperti itu," cetus Randy.

"Ah malas!!" Jhonny memberantakan rambut.

"Aha ... saya baru ingat kalau saya ada kenalan buat kamu," celetuk Rommy.

"Kenalan? buat saya? emang cewek mana yang akan kamu comblangkan ke saya?" sahut Jhonny terbata-bata.

"Itu maksud saya keponakan nya pak Dhe. Jadi dia itu lulusan bahasa Arab. Gak cuman itu saja dia juga ceweknya alim, cantik pula," puji Rommy.

"Perasaan sudah sering banget saya main ke tempat mu tapi kok gak ada yang kamu maksud, atau jangan-jangan kamu cuma mengada," sahut Randy menyambar omongan Rommy.

"Iya sih emang rata-rata sepupu saya gak ada akhlaknya semua, tapi yang ini beda. Saya jamin dia anaknya gak neko-neko alias gak suka menghamburkan uang," papar Rommy.

"Boleh juga tuh Jhon, rekomendasi calon istri yang amazing banget," ucap Randy.

"Tapi ... kalian tau sendiri kalau aku gak ada modal buat baca kitab kuning atau apalah tadi namanya bahasa ...." Jhonny berusaha mengingat kembali ucapan Rommy.

"Bahasa Arab," cetus Randy dan Rommy dengan suara lantang.

"Hehehe, iya itu lah maksud saya. Nanti saya pas udah jadi suaminya bisa-bisa suruh hafalan kosa kata lagi. Na'am, Syukron," ucap Jhonny konyol.

"Haduuuhh ... nih anak lempengan banget kayak jalan tol," sahut Randy menghela nafas.

"Iya gak gitu juga keles, lebay amat sih jadi orang," jawab Rommy greget.

"Pokoknya gini aja saya bakal atur jadwal ngedate kamu sama dia. Masalah cocok atau gak itu urusan gampang. Oke?" ucap Rommy.

Tidak lama kemudian muncul notifikasi di layar ponsel Rommy bahwa dirinya disuruh pulang segera oleh istrinya.

"Ya udah aku ijin pamit duluan mau nganter bini shopping." Rommy bersalaman satu sama lain.

"Lho-lho kok buru amat. Baru bentar mesan makanan udah mau pergi aja," sahut Jhonny.

"Iya nih, biasa sih istri kalau gak dituruti bisa ngambek kayak singa," keluh Rommy menyindir sang istri

"Heran aku sama kamu. Semenjak kamu nikah tingkah mu udah kayak bodyguard istri. Dikit-dikit nganter bini," celoteh Randy.

"Oke, hati-hati Rom. Jadilah sutri yang baik," ucap Jhonny melambaikan tangan.

"Terserah!" ketus Rommy.

"Ada benarnya juga sih tawaran Rommy. Nanti aku coba pikirkan sambil jalan," batin Jhonny.

Perjalanan menuju kamar hotel Jhonny yang terjebak kembali terngiang akan tawaran Rommy yang mungkin bisa menolong nasibnya. Jhonny kembali ke hotel untuk merebahkan badannya sebelum melanjutkan meeting lagi. Hp nya berdering panggilan masuk dari Rommy untuk memastikan pertemuan yang akan dijadwalkan.

"Hallo Bro, lagi apa kamu?" tanya Rommy.

"Biasa lah Bro habis sampai hotel. Emang ada apa? apa kamu ingin mengabarkan jadwal pertemuan ku dengan sepupu mu?" tanya Jhonny.

"Wuuihh ... keren kamu udah bisa menebak sebelum saya katakan," sahut Rommy.

"Oke, jadi gini saya tadi udah contact langsung sama tuh cewek katanya besok sabtu dia bersedia ketemu di cafe dekat taman kota. Kamu bisa kan?" imbuhnya berharap Jhonny bisa.

"Hmmm ... gimana ya? ta ... pi ..." Jhonny terdiam memikirkan alasan karena ketidaksiapan dirinya untuk ngedate.

"Udah deh gak usah sibuk-sibuk amat jadi orang. Bukannya sabtu hari weekend, jadi gak ada masalah dong seharusnya. Kamu gak usah khawatir nanti di awal aku bakal temenin kamu ngedate kalau kamu malu," ujar Rommy.

"Enak aja, emang kamu kira aku ini anak kecil," ketus Jhonny.

"Hehehe, terus gimana nih jadinya? kamu jelas-jelas bisa kan?" tanya Rommy lagi.

"Oke deh. Sebenarnya aku uda ada schedule buat hari sabtu tapi no problem nanti bisa aku geser jadwalnya," jawab Jhonny.

"Bagus kalau gitu, biar saya kabarin cewek itu. Ya udah saya tutup dulu teleponnya. See you," sahut Rommy.

"Bye." Jhonny memutuskan sambungan telepon Rommy kemudian lanjut menelpon resepsionis.

Tuttt ... Tuuuttt ....

"Hallo, dengan bagian resepsionis. Apakah ada yang bisa dibantu?" tanya Resepsionis.

"Iya betul. Saya dengan kamar 134 ingin melakukan reservasi ruangan meeting di bussines center," jawab Jhonny.

"Iya pak, boleh. Kira-kira buat hari apa ya Pak?" tanya Resepsionis.

"Saya mau reservasi buat hari senin ini pukul 2 siang," jawab Jhonny.

"Baik Pak, untuk menu makanan apakah ada yang ingin direquest?" sahut Resepsionis.

"Menu makanan saya pilih paket silver aja," jawab Jhonny.

"Baik, akan saya bacakan kembali reservasi bapak hari ini. Reservasi meeting pada hari Senin ini pukul 2 siang. Pilihan menu makanan paket silver. Itu saja atau ada tambahan lagi tidak Pak?" ujar Resepsionis.

"Itu aja cukup. Terimakasih. Jangan lupa dicatat," ucap Jhonny.

"Iya Pak, sudah kami catat," jawab resepsionis.

"Oh ya, hampir saya lupa. Saya ingin menikmati aroma uap air. Boleh dong saya booking sauna sore nanti sekitar jam 4'n," imbuhnya.

"Ooh baik Pak, akan kami persiapkan fasilitas sauna terbaik buat bapak," ucap Resepsionis.

Jhonny yang sudah booking sauna buat sore nanti akhirnya tertidur. Sampai resepsionis sudah menyiapkan Jonny tak kunjung datang. Suasana dinginnya hotel membuat Jhonny terbangun.

"Huwaaaa ...." Jhonny menguap sembari mengucek matanya.

"Astaga, aku sudah melewatkan kenikmatan sauna. Uhhh!" kesal Jhonny.

"Dasar hotel gak ada akhlak bisa-bisanya sih seorang guest seperti aku tidak dibangunkan. Masa iya hotel semewah ini bintang 6 lagi gak ada layanan bangun tidur. Waaahh ... udah gak benar nih. Aku harus komplain ke bawah!" kata Jhonny bergegas mandi.

Langkahnya yang elegan dengan suara keras dari sandal jenis kulit yang sedang berjalan menuju ruang resepsionis, membuat seluruh pengunjung memperhatikan dirinya.

Hai!" seru Jhonny menggebrak meja.

"Selamat malam ada yang ingin dibantu?" sahut Resepsionis.

"Ada yang ingin dibantu gimana maksudnya! orang saya ke sini mau complain. Masa hotel yang terkenal ini gak ada layanan bangun tidur," bentak Jonny.

"Jadi begini Pak, untuk ..." Resepsionis berhenti menjawab saat Jhonny terus menyela.

"Pokomen saya gak mau tahu, saya mau ketemu langsung sama manager hotel di sini biar kalian dipotong gaji semua atas dasar tidak memberikan pelayanan hotel kepada tamu VIP seperti saya ini! tegas Jonny.

Kegaduhan Jonny dengan resepsionis hotel menyita perhatian manager yang sedang melakukan tinjauan terhadap hotel.

"Good evening Mr Jonny, can i help you?" sapa Manager hotel.

"Good evening. Kamu siapa?" sahut Jhonny.

"I'm manager at here," jawab Manager.

"Bagus kalau gitu. Jadi saya gak usah repot-repot harus nunggu. Langsung aja to the point saya ingin bikin complain atas pelayanan yang tidak maksimal!" bentak Jonny.

"Baik, mengenai hal apa? nanti akan kami coba perbaiki," jawab Manager penuh kesabaran.

"Jadi gini saya sudah booking layanan sauna sore ini, kenapa saat jam pelayanan tiba saya tidak dibangunkan," kesal Jhonny.

"Ooh jadi seperti itu. Begini Pak, untuk prosedur pelayanan di sini untuk memberikan fasilitas tambahan seperti bangun tidur sudah seharusnya Bapak melakukan konfirmasi dulu ke pihak resepsionis," jelas Manager hotel.

"Gak bisa gitu dong. Saya di sini sebagai tamu VIP. Jadi anda jangan sembarangan ngatur saya seperti ini. Saya orang terpandang di Indonesia. Kalau saya mau saya bisa jatuhkan reputasi hotel ini. Saya akan kasih penilaian bintang 2. Tidak itu saja saya bisa mengadakan konferensi terbuka pengakuan atas pengalaman saya menginap di hotel ini," ucap Jhonny.

"Mohon maaf sebelumnya Pak, atas ketidakpuasan bapak selama menginap. Sebagai gantinya saya akan memberikan bonus layanan gratis berupa bussines center ataupun yang lain selama bapak melakukan penginapan kali ini," ucap Manager hotel mengalah dari perdebatan Jhonny yang kolot.

"Bagus kalau gitu," jawab Jhonny mengangguk.

"Mba resepsionis, seperti yang dikatakan manager kamu barusan saya bisa menggunakan layanan tambahan bussines center di sini. Jadi reservasi meeting saya senin ini tidak dikenakan biaya tambahan alias gratis!" tegas Jhonny.

"Betul Pak," jawab Resepsionis.

Orang yang tadinya berkerumun menyaksikan perdebatan itu pada akhirnya bubar dengan sendirinya.

"Dasar tidak resepsionisnya, atau managernya sama-sama resek!" cibir Jhonny.