Jhonny pas waktu main ke rumah Rossa belum diberi kesempatan bertemu langsung dengan orang tua Rossa. Rossa kepingin sekali bisa mengenalkan Jhonny ke orangtuanya. Jumat siang begini di pondok pesantrennya tidak ada kegiatan mengaji. Orang tua Rossa sedang duduk membahas buat acara pengajian lusa. Rossa berada di dekat santri senior yang ikut dalam rapat itu.
"Nduk, apa betul kemarin Abi sama Umi mu gak di rumah ada teman laki-laki mu yang datang?" ceplos Abinya Rossa.
"Betul Abi. Dia datang dari Jakarta untuk bersilahturahmi dengan Abi dan Umi," jawab Rossa menunduk melebarkan senyumnya.
"Siapa namanya Nduk?" tanya Rossa.
"Jhonny, Abi," jawab Rossa tersipu.
"Nduk, apa gak sebaiknya temen mu itu diajak mengunjungi pengajian di pesantren. Ya sekalian Abi dan Umi pingin kenal juga," usul Uminya Rossa.
"Yeeehh, bentar lagi Khanza bisa kenal sama Kakak ipar dong," sela Khanza (adik Rossa).
"Husst... jangan gitu dong kasihan Mba mu dibully di depan umum," tegur Abinya Rossa.
Para jamaah santri yang mendengar ikut bahagia. Tidak lupa untuk mendoakan Rossa supaya bisa menemukan jodoh yang sholeh.
Rossa senang banget akhirnya ijin yang ditunggu telah tiba tanpa harus memintanya terlebih dulu. Tak sabar rasanya ingin memberitahu Jhonny.
Tuuttt....
"Hallo, gimana Rossa?" sapa Jhonny lupa mengucap salam.
"Assalamualaikum Kak Jhonny. Kalau ada orang yang telepon itu alangkah lebih baiknya mengucapkan salam dulu supaya bisa mendapatkan keberkahan dari dalam tersebut," tegur Rossa.
"Hehehe... maaf Kak Jhonny lupa. Assalamualaikum Dek Rossa," ucap Jhonny mengulang pembukaan telepon dengan salam.
"Waalaikumsalam Kak Jhonny. Nah gitu dong Kak namanya muslim sejati," sahut Rossa tertawa mendengar suara Jhonny.
"Kok tertawa sih? bukannya tadi disuruh ngucapin salam ya? apa ada yang aneh gitu?" Jhonny mengintropeksi diri.
"Gak kok Kak. Maaf ya, Rossa gak ada maksud meledek. Oh ya Kak hari minggu ada pengajian di pondok pesantren. Abi dan Umi mengundang Kak Jhonny untuk ikut hadir memeriahkan. Apakah Kak Jhonny bisa?"
Permintaan Rossa di telepon membuat Jhonny dari seberang sana menjadi panas dingin. Pembicaraan telepon sempat terjeda.
"Kakak gak bisa ya? kalau semisal Kakak sibuk lain kali aja deh gapapa. Nanti Rossa sampaikan sama Abi dan Umi," ucap Rossa dengan nada kecewa.
"Aduuhh... gimana ya? ini waktu yang tepat buat ketemu orang tuanya Rossa tapi di sisi lain saya belum siap," rancau Jhonny.
"Hallo Kak, kok gak ada jawaban," ucap Rossa hampir putus asa.
"Iya hallo Rossa. Kak Jhonny bisa kok. Kira-kira jam berapa Rossa?" sahut Jhonny.
"Mulai jam 8 malam Kak. Kalo bisa Kak Jhonny datang sebelum jam 8," jawab Rossa.
"Baik Rossa, Kak Jhonny usahakan supaya jam 8 udah ada di lokasi," kata Jhonny.
Pusing juga kalau diajak pengajian. Ini pertama kalinya Jhonny bakal ke pengajian. Dulu waktu SD sering banget diajak Kakeknya di desa ke pengajian. Perpindahan sekolah SMP ke luar kota membuat Jhonny jarang banget menyentuh yang namanya kegiatan keagamaan. Dia lebih diarahkan untuk menjadi siswa yang berprestasi.
Rhandy pulang kembali ke hotel membawa oleh-oleh. Lamunan Jhonny sempat membuat tidak mengetahui keberadaan Rhandy sudah sampai ke kamar.
"Hey, ngapain duduk bengong di balkon?" sapa Rhandy menepuk pundak.
"Eh, kamu Rhand. Sejak kapan kamu di sini?" jawab Jhonny.
"Barusan sih. Kamu gak kerja Jhon?" Rhandy bersandar di balkon.
"Ijin saya Rhand. Suntuk banget hari ini. Uda kemarin ketemu nenek lampir jumat suruh ikut pengajian. Ah...." Jhonny mengacak-acak rambut.
"Untung kamu CEO di perusahaan. Kalau gak bisa kena SP kamu. Saya tuh masih heran sama mantan kamu itu. Bisanya dia tahu penginapan kamu sih. Atau jangan-jangan...." Rhandy mereview kembali ingatannya waktu di jalan.
"Jangan-jangan apa Rhand? kamu jangan nakutin saya gitu dong." Jhonny menggoyangkan badan Rhandy.
"Gak ada apa-apa. Kamu gak usah takut gitu. Waktu itu pas sama Rommy mau balik ke hotel. Dari spion mobil ada mobil yang menguntit kita dari belakang. Saya gak tau persis mobilnya cmkayak apa," beber Rhandy.
"Mobil yang ngikutin kamu warnanya apa?"
"Mmmhh... bentar kalau gak salah warna putih. Ya putih setengah silver," terang Rhandy mantap.
"Warna putih silver?? Itu kaaan... mobilnya Belinda." Jhonny terbelalak matanya.
"Apa? waaahh. Saya tahu dia pasti ngikutin saya sama Rommy sampai hotel ini," ucap Rhandy.
"Udah gak usah mikirin cewek tengil itu. Mending kamu bantu saya soalnya jumat saya harus menemui orang tuanya Rossa," ucap Jhonny mondar-mandir.
"Saya harus bantu apa? tinggal kamu bawa cangkingan oleh-oleh. Gampang kan?"
"Enaknya saya bawa apaan ya? kue atau aksesoris? tapi saya belum tahu kesukaannya apa?"
"Kue aja. Pas itu momen nya sama pengajian," usul Rhandy.
"Oke deh. Makasih ya udah ngasih saran."
***
Menjelang bulan rajab pondok pesantren milik Rossa akan mengadakan pengajian rajab. Pengajian itu hadiri para santri dan kiai lain yang ikut serta memeriahkan. Suara sholawat simtudh dhuror telah berkumandang dari kejauhan. Jhonny tiba di sana tepat waktu. Turun dari mobil celingak-celinguk mencari Rossa. Penampilannya yang menawan menggunakan baju koko membuat para santriwati terkesima.
"Selamat malam. Rossanya ada?" tanya Jhonny senyumnya yang teduh.
"Rossa? siapa ya?" sahut Santriwati berjilbab ungu.
"Maaf Kak, apa yang dimaksud Rossa ini?" sela Santriwati lainnya menunjukkan foto Rossa di ponselnya.
"Ya betul itu yang saya maksud," jawab Jhonny.
"Oh ya Kak sekarang saya paham Rossa yang dimaksud Rossa anaknya Pak Kiai. Mari Kak saya antar ke rumah Kiai." Santri itu jalan di depan seakan memberikan petunjuk.
Sampailah Jhonny di rumah Pak Kiai, orang tuanya Rossa. Rossa masih sibuk mondar-mandir mempersiapkan janjan buat disuguhkan ke tamu.
"Maaf Kak Rossa, ini ada tamunya Kak Rossa," ucap Santriwati.
"Siapa sih? cewek atau cowok?" tanya Rossa memastikan bahwa yang datang ialah Jhonny.
Rossa bergegas keluar rumah. Hatinya berdesir saat tahu yang datang adalah Jhonny. 10 menit lagi pengajian dimulai. Senang banget rasanya ditengah malam yang dingin bisa bersanding dengan pujaan hati. Tidak lupa Jhonny mengajak berfoto berdua.
"Kak Jhonny, terima kasih ya sudah mau menyempatkan datang jauh-jauh ke rumah Rossa. Nanti Kakak jangan buru-buru pulang dulu. Bakal saya kenalin sama Abi dan Umi," ucap Rossa.
"Iya Dek," jawab Rossa.
Percakapan keduanya tidak terlepas dari pandangan santri lain yang melihat. Berbisik-bisik satu sama lain. Membicarakan tentang Rossa yang bisa beruntung mempunyai calon suami seperti Jhonny.
"Kamu lihat gak tadi? Cowok yang tadi duduk dekat itu cakep banget!"
"Duh, aku maulah kelak bisa punya suami seperti dia. Udah ganteng, kaya pula. Beruntung banget si Kak Rossa hidupnya sempurna banget sejak kecil."
"Ah, kamu bisa saja. Jangan ngimpi," ucap Santri ke santri lain di belakang Rossa.
Pengajian selesai biasanya para kiai berkumpul di dalam suatu aula. Rossa menunggu waktu kemungkinan setelah tamu pulang.
"Punten, Abi ini teman Rossa sudah datang," ucap Rossa.
"Oh ya, mari silahkan duduk bergabung," sambut Abinya Rossa melambaikan tangan.
"Kamu yang namanya Jhonny kan? Rossa telah menceritakan banyak tentang kamu," ucap Abinya Rossa sembari merokok.
"Betul Abi," jawab Jhonny menunduk malu.
"Mari diminum dulu sambil dicemil dulu. Maklum adanya jajanan pasar. Ayok udah jangan diam aja gak usah perlu sungkan-sungkan gitu." Abinya Rossa mendekatkan suguhan di depan Jhonny.
"Iya Abi, tidak perlu repot-repot. Abi gimana kabarnya?" lontar Jhonny tangannya gemetar saat minum.
"Alhamdulillah Abi, Rossa sekeluarga sehat. Walaupun akhir-akhir ini kerap kali dilanda banjir," ucap Abinya Rossa.
"Oh ya Abi. Kira-kira seberapa tinggi banjirnya?" tanya Jhonny.
"Gak lumayan dalam lha. Palingan di atas mata kaki," beber Abinya Rossa.
"Abi bangga sama kamu Nak Jhonny walaupun masih muda sudah menjadi pengusaha sukses," puji Abinya Rossa tersenyum.
"Maaf nih Nak Jhonny sekarang umurnya udah berapa? udah hafal berapa juz?" bisik Abinya Rossa menepuk pundak Jhonny.
" Saya sudah 32 tahun Abi. Insya Allah saya akan segera melamar Rossa. Alhamdulillah banyak juz yang saya hafalkan sudah banyak. Seperti juz melon, mangga, choco avocado, strawberry dan masih banyak lagi. Kebetulan saya buka restoran jadi selaku pemilik restoran sudah hafal cara pembuatan juz yang enak seperti apa. kalau pun Abi mau bisa saya bawakan ke sini," lontar Jhonny polos.
Abinya Rossa mendengar jawaban Jhonny cukup terkejut dan hanya bisa menahan tawa. Pertanyaan yang dimaksud Abinya Rossa ialah juz yang ada di dalam Al Qur'an tapi di situ Jhonny. Semua yang mendengar juga ikut menertawakan tingkat kepolosan Jhonny yang notabenenya bukan dari pondok pesantren. Rasanya Jhonny bagai kutu mati dipermalukan seperti tadi. Ada perasaan tidak enak yang menyelimuti hati Jhonny.