Chereads / Bukan Dia Tapi Aku / Chapter 7 - Jhonny lost contact sama Rossa

Chapter 7 - Jhonny lost contact sama Rossa

"Gak apa-apa Nak Jhonny, saya tahu dari mana kamu berasal. Maaf saya berkata seperti itu tidak ada maksud mempermalukan. Sekali lagi Abi minta maaf. Jika Nak Jhonny berkenan Abi bisa kok ajarkan Nak Jhonny," papar Abinya Rossa saat tahu perubahan mimik Jhonny.

"Iya Abi, saya mau belajar dari Abi," jawab Jhonny tersenyum kecut.

"Alhamdulillah Nak Jhonny."

Setelah bertemu dengan calon mertua bukannya seneng ini malah mukanya ditekuk berpura-pura tersenyum. Jhonny tak menghiraukan Rossa saat dirinya disuruh makan malam. Gas pedal mobilnya langsung dinyalakan.

"Yah, mau disuruh makan padahal. Eeeh... malah pergi duluan," ucap Rossa.

"Rossa, teman mu mana kok gak diajak makan bareng? Ini Umi udah nyiapin,"lontar Uminya Rossa.

Anu... Umi, Kak Jhonny nya sudah keburu pulang," jawab Rossa.

"Yahh... sayang banget. Ya udah yuk masuk mau hujan," ajak Uminya Rossa.

Rossa menatap bayangan Jhonny yang pulang tanpa pamit. Kejadian ini membuat Rossa kurang fokus dalam melakukan segala aktivitasnya. Perkataan Abinya yang cenderung keras sudah terbiasa terdengar oleh telinga Rossa tapi lainnya dengan orang lain seperti Jhonny.

"Ya Allah semoga aja omongan Abi tidak dimasukkan ke dalam hati," ucap Rossa mendongak ke atas seraya berdoa.

Pulang larut malam menuju hotel. Menyelusuri lorong-lorong kamar hotel. Kamar Jhonny yang berada di atas terpaksa harus melewati tangga darurat yang begitu sunyi senyap. Akhir weekend telah usai banyak kamar hotel yang kosong. Saat sampai di lantai 4 agak mendingan. Hembusan angin malam menerpa tirai-tirai sehingga menari dengan kencangnya. Jendela kamar terbuka dengan sendirinya.

Boing!, Boing!...

Jantung Jhonny berdegup kencang tak beraturan. Cahaya petir memantul begitu jelas dari jendela. Tidak ada hentinya Rhandy terus dikejutkan yang kini datangnya dari televisi. Tersiar bahwa banyak adanya gempa yang menghilangkan nyawa manusia. Lampu kamar hotel berkedip berasa di area diskotik.

"Jhonny, ke mana sih? nih kebiasaan kalau pacaran lama banget. Gak ingat waktu. Mana di kamar sendirian lagi. Coba aja kalau ada Rommy. Kalau tau begini mending gak usah balik lagi," gerutu Rhandy mendekap selimut.

Kreeek....

Jalannya yang melemah tatapan yang kosong sudah tentu membuat Rhandy tambah takut. Tanpa tegur sapa di antara keduanya malah Jhonny ini menghidupkan shower kamar mandi.

"Kenapa ya tuh anak?kok merengut. Diam gak jelas. Harusnya kan senang," gumam Rhandy.

Berendam sudah mau 1 jam Rhandy khawatir takut. Digedor-gedor pintu kamar mandi tidak ada sahutan yang terdengar dari dalam.

"Jhon, kamu baik-baik aja kan di dalam?!" seru Rhandy.

Semakin keras bunyi suara pintu yang dipantulkan. Suasananya sangat genting. Jalan satu-satunya dirinya harus menelpon bagian keamanan hotel. Belum sampai ada jawaban dari petugas hotel pintu kamar mandi sudah terbuka.

"Jhon, kamu kenapa? Muka pucat pasi begitu. Kamu sakit?" Rhandy menempelkan tangannya di dahi Jhonny.

"Kamu gak usah khawatir kan saya begitu. Saya baik-baik saja. Besok saya akan pulang ke rumah," celetuk Jhonny sembari memakai kaos.

"Apa? kamu serius mau pulang? bukannya kamu kalau pulang bakal dijodohkan sama Mama kamu. Apa kamu sudah siap menerima perjodohan itu?" cerca Rhandy bergonta-ganti tempat duduk.

"Jika itu pilihan yang terbaik maka akan saya terima," jawab Jhonny berat.

"Gila kamu! gimana dengan nasib Rossa? Iih ... kamu benar-benar gak mikirin perasaan seorang cewek," protes Rhandy.

"Kamu tenang saja. Semuanya akan berjalan baik-baik saja." Tanpa ada beban di bahunya Jhonny dengan mudah mengucapkan seperti itu.

"Emang masalahnya apa sih? Rommy tanya gimana? aku harus jawab apa?!"

"Kamu gak usah panik. Serahkan sepenuhnya sama saya," ucap Jhonny menurunkan pakaiannya ke dalam koper.

"Oh ya, besok saya udah otomatis akan check out dari hotel. Kamu silahkan kalau mau pulang ke rumah," lontar Jhonny.

"Oke kalau kamu tetep kekeuh atas pilihan mu. Saya harap kamu gak menyesal saat mengambil keputusan. Penyesalan akan datang terakhir," harap Rhandy.

****

Jam 5 pagi Jhonny menghubungi resepsionis untuk melakukan check out hotel secara mendadak. Tidak ada omongan sedari malam mengenai check out jam 6 pagi Rhandy yang baru bangun pada pukul 05.30 dibuat kewalahan.

"Kamu udah rapi banget? emang mau check out sekarang apa? ini masih jam berapa? apa gak nunggu jam 8 saja," sontak Rhandy melihat koper besar berjejer rapi di depan meja.

"Iya, pemberangkatan pesawat akan take on jam 8.30," jawab Jhonny menata penampilan.

"Astaga Jhonny!!! kamu tau gak dari malam kamu sudah bikin saya menjadi orang stress mendadak," kesal Rhandy menghela nafas.

"Hehehe..." Jhonny nyengir.

"Tau ah. Kamu kayak bocah usia 5 tahun. Kalau sudah ada maunya gak bisa ditolerir," Rhandy dari tadi menggerutu.

Tepat jam 6 pagi semua barang sudah selesai dibereskan. Mengecek kembali kondisi kamar benar-benar tidak ada barang yang tertinggal. Mereka berpelukan hangat berpisah sampai sang waktu mempertemukan mereka kembali.

***

Angin mana yang telah membawa Jhonny kembali ke rumah. Dia menghadap ke orang tuanya untuk menerima perjodohan itu. Sungguh bahagianya orang tuanya di luar dugaan. Jhonny yang sudah kabur setelah sekian lama tanpa ada paksaan dia menyerahkan dirinya begitu saja tanpa syarat.

"Ma...." Jhonny berlari memeluk sang Mama.

"Jhonny, ini beneran kamu sayang?" Mamanya Jhonny memegang pipi Jhonny.

"Iya Ma, ini beneran Jhonny. Maafkan Jhonny Ma, telah meninggalkan Mama." Jhonny bersimpuh di bawah kaki Mama.

"Mama senang sekali kamu akhirnya mau menerima perjodohan itu," ungkap Mamanya Jhonny matanya melengkung membentuk bulan sabit.

"Rossa," batin Jhonny bola matanya kosong tanpa ada kegembiraan. "Maafkan saya Rossa saya harus mengakhiri ta'aruf sama kamu. Saya sendiri tidak akan sanggup jika harus mengikuti kriteria orang tua mu."

"Udah-udah sekarang Mama panggilkan Papa mu pasti senang anak semata wayangnya pulang," ucap Mama menyeka air mata.

Jhonny menatap sekeliling ruangan. Sejak kakinya hengkang dari rumah ternyata masih tidak ada perubahan yang terjadi.

"Jhonny, gimana kabarnya? angin apa yang membawa mu sampai rumah," kata Papanya alisnya terangkat.

"Ah, Papa bisa saja. Jhonny datang ke sini atas kemauan Jhonny sendiri," jawab Jhonny.

"Oke. Sekarang untuk merayakan atas kepulangan mu ke rumah Papa bakal adakan makan malam bersama calon besan," usul Papanya Jhonny.

"Wuiih, ide yang bagus itu Pa." Mamanya Jhonny kegirangan.

Diundangkan dari wardrobe ternama dalam penampilan saat malamnya. Acara ini salah satu perdana. Tidak sekedar makan malam biasa. Jhonny memakai dasi kupu-kupu dengan rambut klimis menunjang dalam acara tersebut. Kegembiraan yang keluarga Jhonny rasakan saat pembicaraan itu sampai ke inti mengenai planning acara pertunangan Jhonny dengan Adira perempuan asli Indonesia.

***

Di hari pertunangannya Jhonny sengaja tidak mengundang sahabat karibnya. Dia sengaja supaya pemberitaan itu hanya keluarga intinya saja yang tahu. Bahkan pemblokiran nomor telepon Rossa dia lakukan.

Sisi lain Rossa sangat merindukan Jhonny. Diteleponnya berulang kali hanya ada jawaban operator kalau nomornya sudah tidak aktif. Berfikir bahwa nomor Jhonny telah ganti sehingga mengharuskan meminta kembali ke Rommy. Yang ada nomor yang diberikan Rommy nomor yang sama dengan yang dia pegang.

"Kak Jhonny kenapa nomor kamu gak aktif? padahal nomornya sama. Lho tapi saat dicek ke Kak Rommy katanya nomornya masih aktif," ucap Rossa.

Daripada menunggu nomor Jhonny aktif kembali Rossa memutuskan pergi ke hotel di mana Jhonny menginap.

"Permisi Mba, atas nama Jhonny itu tinggal di kamar nomor berapa?" tanya Rossa.

"Bentar Mbak akan saya cek dulu," jawab resepsionis.

"Tuan Jhonny tinggal di lantai 4. Mohon maaf seperti yang ada di data komputer bahwa beliau sudah check out 3 hari yang lalu." Resepsionis mengecek kembali nama Jhonny.

"Apa? kok sampai saya gak diberi tahu," sontak Rossa.

"Kak Jhonny, Kakak ke mana? Rossa kangen sekali." Matanya berkaca-kaca.

Rossa pulang dengan tangan kosong. Tidak mau mengadu kepada Rommy. Kepergian Jhonny bisa jadi atas kesalahannya. Melamun sambil jalan hampir dirinya tertabrak.