Vj Invesky Kota M
Ucapan Endra yang seenaknya lengkap dengan alis naik-turun menggoda, sukses membuat Vian kesal dengan pernyataan kurang ajar teman karibnya yang sungguh tidak bisa diduga.
Sungguh, rasanya ingin sekali melempar si asisten kurang ajar yang sudah berani-beraninya berkata hal demikian. Meski ia yakin, jika ini hanya becanda dan Endra tidak mungkin melakukannya.
"Sialan kamu, En. Aku curiga jangan-jangan, dari awal kamu berusaha mencari tahu hubungan aku sesungguhnya dengan Aliysia hanya akal-akalanmu, ya? Agar aku mengakui perasaan kepada Lysia yang sesungguhnya. Begitu, huh?," cerca Vian dengan nada kesal yang kentara, tapi sayang Endra justru santai terkekeh dengan anggukan kepala main-main, masih menggoda..
Benar-benar kurang asem, dari awal ia pun tidak menyadari ada apa dengan eksperesi yang diperlihatkan sahabatnya yang sangat menyebalkan.
Ia sudah dijebak, mana menjawab dengan panjang lebar pula sampai keperasaan pun dijelaskan, dan itu hanya karena ingin sahabatnya tidak curiga lagi.
Arg! Menyebalkan.
"Iya."
"Sial! Kamu mau jadi teman makan teman ceritanya ya?" tanya Vian sarkas, dengan gelak tawa dari Endra yang semakin terdengar mengesalkan.
Ha-ha-ha!
"Suruh siapa Vian. Itu anak orang cantik begitu dijadiin istri kontrak. Malah bilangnya istri asal tarik, itu mulut belum pernah dibubuh sama lem alteco yah? Sembarangan jadi lelaki, pake acara nikah kontrak dengan dalih orang tua. Huh! Kamu membuat orang kesal saja, sok tampan pula," sahut Endra mencibir.
Tidak, ia tidak iri dengan rupa istri asal comot sang Bos yang kebetulan sangat cantik. Ia sungguhan kesal, ah! Tepatnya benar-benar kesal dengan tindakan yang sahabatnya ambil.
Hanya karena tidak ingin membuat sang tante tidak kecewa, anak orang yang dijadikan korban. Ya…, meskipun ini sesuai kesepakatan bersama sih.
"Ck! Kalau iri bilang saja Bos. Buruan sana kawin kontrak juga, biar tidak sendirian lagi di apartemen," seloroh Vian menyindir dengan senyum miring, ketika melihat sang asisten melotot meski tak lama kemudian kembali terkekeh karena ucapan si Bos edan.
"Gila kamu Vian, kawin kontrak? Tidak level ye, enak yang kawin beneran dong. Bisa ena-ena menghasilkan, lah kamu punya istri kontrak bikin perjanjian tapi tidak ada adegan mlehoy. Mana bisa begitu, rugi tahu tidak."
Endra balik mengejek Vian dengan ucapan sembarangan, meski bibirnya sudah ditahan agar tidak semakin bergetar menyemburkan tawa yang lebih membahana.
Dan Vian, ia melotot karena ucapan mengejek, belum lagi dengan ekspresi yang ditampilkan Endra.
"Apa! Ah, dasar laki-laki durjana. Ngomongnya aja tadi curiga, takut seorang penjahat dan sebagainya. Lalu sekarang berpikiran kotor dan mesum seperti ini, minta dihajar ya?"
"Tidak takut!"
Dan begitulah, antara Vian dan Endra akan seperti ini jika sudah membahas sesuatu yang bukan urusan pekerjaan. Namun setidaknya Vian lega, karena Endra tidak memandangnya gila karena keputusan seenaknya yang dibuat tanpa pikir panjang.
Nikah kontrak, tapi sah di mata hukum dan agama, jika sampai cerai, siap-siap saja menjadi duda muda. Sial, memikirkannya saja membuat Vian ingin menenggelamkan diri sendiri ke sungai saat ini juga.
Selesai dengan obrolan menjebak dari Endra, keduanya tampak kembali berdiskusi tentang pertemuann nanti dengan perusahaan Lingga.
***
Universitas Kota M
Sementara Vian yang sedang bekerja setelah diledek habis-habisan oleh sang asisten, di universitas seni ada Aliysia yang baru saja selesai dengan latihan vocal untuk beberapa minggu lagi akan tampil.
Saat ini ia ada di lorong menuju kantin, hendak menuntaskan rasa dahaga dengan bekal uang jajan dari suami paman menyebalkan yang untungnya tampan.
Ups! Jangan sampai tahu deh, kalau ia baru saja memuji pria bernama Vian dengan sebutan tampan.
Di layar gawai sudah tertera nama Sasha sebagai pemanggil, membuatnya menelan saliva karena lupa membalas pesan si cerewet dari dua hari yang lalu.
Bagaimana Aliysia mau membalas, kalau ia seharian pergi bersama Vian dan ketika pulang ke apartemen ada sang mama yang mengajaknya berbincang seharian.
Sungguh, ia tidak tahu kalau mama Vian sangat aktiv, bukan hanya dalam obrolan melainkan juga saat memasak.
Ia sampai menatap takjub, ketika melihat interkasi memasak yang dilakukan suami dan mama mertuanya.
Kalau saja saat itu ia tidak ditatap tajam oleh Vian, mungkin ia sudah bertepuk tangan dan menyemangati.
Jelas, ada ya seorang mama mertua yang justru tersenyum maklum saat ia mengatakan tidak bisa memasak. Ya, beda sekali dengan Vian yang justru memasang wajah mengejek, benar-benar menyebalkan.
Klik!
"Halo, Sha," sahut Aliysia ketika menggeser tombol terima.
[Di mana kamu? Jadi ke kantin tidak?]
"Sabar, Sasha. Ini aku sudah di tengah jalan menu kafetaria, yang belakang 'kan?" tanyanya memastikan.
[Iya, aku juga sudah melihatmu dari sini.]
Dengan ucapan itu, Aliysia bisa melihat lambaian tangan dari sahabatnya di ujung sana dan ikut melambai.
Ia semakin memacu langkah, hingga kini akhirnya sampai di hadapan Sasha yang mencebilkan bibir, mendelik kesal dan Aliysia yang melihatnya hanya bisa meringis.
"Dari mana saja kamu selama ini?" tanya Sasha segera, padahal baru saja Aliysia menempelkan bokongnya di kursi, berhadapan dengan si wanita muda yang masih menatapnya sebal.
"Baru juga dua hari-
"Baru saja dua hari? Apa aku harus menunggu sampai minggu depan untuk menerima kabar meski hanya pesan, heum?" sela Sasha sarkas, masih menatap dengan delikan sebal.
Ugh….
Aliysia seketika terdiam dengan wajah mengkerut, sedikit takut kalau-kalau Sasha mencarinya di rumah papa, hanya karena takut ia tidak membalas pesan dan tidak masuk kuliah.
Ia pun mengulas cengiran, membuat Sasha yang melihatnya mendengkus dan mencebil saat permintaan maaf yang merayu terdengar.
"Maaf Sasha cantik, dua hari ini tuh aku sibuk dengan sesuatu yang membuatku sebagai pelaku tidak tahu ini mimpi atau tidak."
Huh!?
Sasha tentu segera menarik sebelah alis tinggi, penasaran akan maksud yang dikatakan oleh Aliysia yang sampai saat ini masih menampilkan cengiran tanpa dosa.
"Maksudnya bagaimana ini? Apanya yang mimpi?" tanyanya sambil memicing.
Sontak Aliysia berbinar senang, memegang kedua tangan Sasha yang seketika itu juga berjenggit kaget, hampir protes kalau saja tidak mendengar apa yang dikatakan sahabatnya.
"Kamu tahu Sha, aku mendapat panggung sendiri untuk solo dan coach bilang aku harus bisa tampil memukau agar pewakilan dari universitas yang sedang mencari mahasiswi beasiswa melirikku. Kamu dengar itu, panggung solo sendiri."
"Hah! Yang benar kamu Liysa?"
"Iya Sha…."
"A~…. Sayangku memang hebat, peluk-peluk dulu!"
Pasangan sahabat yang sedang merasakan senang karena gambar gembira akhirnya saling berpelukan, dengan Aliysia yang bernapas lega karena Sasha tidak curiga dengan absennya ia selama dua hari kemarin.
Sedangkan di sekitar keduanya, tampak tatapan dari para penghuni kampus yang menatap ingin tahu, tapi sayang keduanya tidak mempedulikan dan lanjut berbagi senang.
Tatapan Sasha berseri, menggenggam balik kedua tangan Aliysia dengan binar yang kentara.
"Jadi Liysa, karena kamu dapat solo, aku akan membuatkanmu satu gaun indah untuk penampilanmu. Bagaimana?"
"Wah! Aku setuju banget, terima kasih Baby-baby sweety~…."
"Siap deh!"
Masih dengan senyum mengembang ketika Sasha mengatakan keinginan yang disambut baik oleh Aliysia, wanita mudah yang sudah menjadi istri kontrak tersebut tiba-tiba saja menghilangkan senyum, ketika pertanyaan kembali didapatnya lagi dari sang sahabat.
"Jadi, selama dua hari ini kamu kemana saja?"
Eh!?
Bersambung