Sany dan Chika kini malu akibat perbuatan mereka ternyata pria yang Chika ajak bersiteru adalah orang Indonesia, mana lagi dia sudah tuduh orang nyolong dan lebih parah lagi dia mengatai orang dengan Genderuwo. Chika jadi malu.
"Mampus Kita ternyata dia Orang Indonesia, gawat San."
Chika benar – benar malu. Seandainya dia tidak berkata kasar tadi, pasti dia tidak akan semalu ini. Mana suara pembicaraan mereka berdua cukup keras dan dia yakin pria itu dapat mendengarnya. Chika jadi tidak bersemangat.
"Ya, sudahlah Cha. Tidak mungkin perjalanan kita jadi terganggu kan? Ingat kita mau sekalian lihat idola kita, di SMTown Coex. Semangat dong."
Sany menghibur Chika yang sempat tidak semangat karena malu.
"Lagian tukh orang belum tentu juga jumpa sama kita lagi, ini Seoul Sayang termasuk salah satu kota terbesar di dunia. Jadi bakalan ngak jumpa lagi dech, tenang saja ya,"
Chika yang mendengar pendapat Sany kini lebih tenang, untuk apa dia memikirkan pria itu lagi, kenal pun tidak. Sementara kesempatan untuk keluar negeri baru kali ini dia peroleh, dan mau berjumpa idola mereka lagi. Chika tersenyum senang begitu membayangkan wajah Suho dari member Exo.
"Bagaimana masih sedih? Oppa kita lagi nunggu loh," goda Sany.
"Tapi kita kemari mau kerja kan San, apa ngak ganggu?"
"Sambil berenang minum air lho Sayang. Masak sudah sampai Seoul ngak mau ke SM Town? Nanggung. Kita kesana saja. OK?"
Chika yang ragu, kelihatannya masih berpikir.
"I'ts Okay Cha, tenang saja. Malah kita nanti bisa mengambil foto – foto gadis Korea, kemudian kita akan belajar gaya busana mereka. Malah cocok bukan? Kalau ada rejeki saya ajak kamu lagi ke Jepang melihat mode Harajuku disana."
"Kita harus buat proposal yang bagus, aku ada rencana mengembangkan S'HI menjadi salah satu bagian dari perusahaan Kak Damian, GSN. Green Star Corporation, karena kalau kita termasuk dalam jajaran kak Damian maka setiap Event yang ada di perusahaan induk dan cabang akan mengambil baju dari kita. Misalkan baju seragam, dll. Nach kita akan mendesaian baju mereka Cha. Aku belum sempat diskusi ke kamu karena kamu masih kalut. Itu masih wacana Cha. Kak Damian meminta kita mendesain pakaian seragam untuk tahun ini, tetapi bukan karena aku adiknya langsung diterima begitu saja. Ada tendernya Cha."
Sany terlihat sangat gembira, dan dia berharap mereka akan memenangkan tender ini.
"Jadi kita harus mendesain baju kekinian, liburan ini tidak gratis Cha tapi sebagai ajang mencari ide. Semakin kita pergi ke tempat yang suka ditongkrongin anak muda semakin baik. SM Town termasuk salah satu tempatnya. Jadi kamu tidak usah Khawatir, nach kalau kita diantar pegawai Kak Damian, tentu saja dia akan membawa kita ke tempat – tempat ekslusif. Sementara mode yang ingin kita lihat adalah mode untuk semua kalangan. Sekarang kamu paham tujuan kita bukan, andai kita gagal pun anggaplah kita sekarang lagi liburan sebagai hadiah ulang tahun kamu Cha."
"Terima kasih San. Aku beruntung memiliki kamu, walaupun kamu bilang ini hadiah ulang tahun yang dipercepat, tetapi aku sangat bahagia."
Chika kini memeluk Sany dengan bahagia.
"Sebaiknya kita berangkat, soalnya sudah lapar bukan? Dari semalaman kita di pesawat sampai pagi belum sarapan. Ini sudah mau siang lagi, perut sudah keroncongan. Kita cari hotel kita dulu, baru kita makan siang ya."
"Tepatnya bukan lunch tapi bruch," goda Chika sambil tertawa.
Mereka yang masih di bandara segera membeli kartu T-Money, untuk memudahkan mereka menaiki Mrt.
Mereka segera menaiki Mrt menuju hotel di Four Season didaerah Jongno-Gu, Seoul kira – kira 1,1 km dari pusat kota. Hotel yang mereka tempati termasuk salah satu hotel bintang lima.
"San, hotelnya mewah dan besar ya."
Chika yang kagum melihat disekelilingnya.
"Iya saya suka berada di hotel ini, kalau mau ikuti hotel yang direkomendasikan Kak Damian kita perlu mobil Cha, capek kalau jalan jauh. Hotel ini lumayan sich kemana kemana tidak terlalu jauh. Setidaknya lebih dekat dari hotel yang biasa Kak Damian singgahi."
"Yuk, kita check in dulu. Baru cari makan siang. Lapar nich."
Mereka menghampiri resepsionis dimana telah berdiri seorang wanita korea yang ramah, senyumnya sangat menawan. Kulit wajahnya sangat mulus, putih dan bersih.
"Hi, annyeong-haseyo. Can I help You?" sapanya dengan tersenyum manis dan membungkukkan tubuhnya.
"Yes, I want Check in my room ordered by Green Star Corporation, please."
"Just a moment please."
Wanita itu kini mengetikkan nama Green Star Corporation didalam komputernya dan nama pemesannya adalah Tuan Kim Ha Jun.
"Yes, ordered by Mr Kim Ha Jun from Green Star Corporation. Can I look your identity please, your both."
"Oh, oke."
Sany dan Chika memperlihatkan pasport mereka sebagai salah satu syarat registrasi masuk ke dalam hotel. Setelah gadis resepsionis itu selesai mereka segera menyimpan pasport mereka berdua kedalam ransel kembali. Wanita itu memanggil bellboy untuk membawa koper Chika dan Sany. Bellboy itu membungkuk menghormat ke arah Chika dan Sany
"Annyeong-haseyo, following me Please."
Bellboy meminta mereka mengikuti dia dan membawa mereka segera ke kamar yang akan di tempati. Setelah sampai di Kamar mereka Sany memberikan bellboy tersebut uang tips.
"Wah pemandangan disini sangat indah San. Luar biasa kita dapat melihat gedung pencakar langit yang ada di Seoul."
"Iya saya memang sengaja meminta kepada Tuan Kim agar dia mencari kamar yang memiliki view yang keren, supaya tidak bosan."
"Ayo Cha, kamu mau mandi dulu atau makan dulu. Gimana bagusnya?"
"Serba salah San, disatu sisi perut sudah lapar. Tapi disisi lain badan juga gerah dan lengket nich. Jadi gimana dong."
"Ya, sudah jalan tengahnya kita pesan makanan hotel saja. Setelah itu kita mandi biar segar. Sambil nunggu makanan kamu bisa mandi."
Chika setuju dengan usul dari Sany. Memang itu adalah solusi yang paling tepat karena perut mereka sudah keroncongan dan minta diisi.
"Mau makan apa? Korean food atau Western food."
"Sudah pasti Korean food dong, terserah kamu mau pesan apa. Pokoknya kenyang."
"Kalau aku pengennya ramyeon dech dan kimbap, seperti film drakor. Mienya mungkin sama saja, tapi makan di tutup panci itulah ciri khasnya. Apa ada ngak ya? Kalau ngak ada, kita minta dan pesan secara khusus saja. Karena Tuan Kim Ha Jun sudah biasa memesan kamar di hotel ini untuk relasi bisnis Kak Damian. Pasti mereka bersedia mengabulkan permintaan kita."
Chika yang mandi lebih dulu telah melihat ramyeon lengkap dengan panci kuning serta tutupnya beserta kimbap yang telah dipotong dengan rapi. Kimbap itu nasi yang dibungkus dengan rumput laut di dalamnya biasanya terdapat bermacam – macam. Misalkan ada telur, mayonnais, kadang daging dan juga sayuran. Sesuai selera masing – masing.
"Ngak mandi dulu San, biar segar?"
"Ngak usah dech, makan dulu biar enak perutnya. Dari pagi ngak diisi Cha takut kembung."
Tiiiing tongggg.
Terdengar suara bel dari depan kamar. Chika dan Sany kebingunan siapa tamu yang datang padahal mereka baru saja sampai di Seoul.
'Lho, siapa San. Perasaan Kita baru saja nyampe."
"Entah Cha, Aku bukain pintu dulu ya. Kamu makan saja duluan."
Sany bergerak dari kursi yang ada dikamar itu, kamar itu memiliki fasilitas kursi sofa seperti kursi tamu. Karena kamar itu termasuk kamar VIP, presiden suite.
Sany segera membuka pintunya dan langsung melongo.
"Lho?"