Chereads / Cintaku Terkunci Di Namsan Tower / Chapter 18 - BAB 18. Gantengan Aku dari Park Seo Joon

Chapter 18 - BAB 18. Gantengan Aku dari Park Seo Joon

Damian membawa mereka ke daerah Beongil dan segera memarkirkan mobilnya, Sany yang kelaparan hanya cemberut saja karena dia sama sekali tidak bisa menahan laparnya yang bahkan telah melewati makan siangnya.

Tetapi begitu Damian menunjukkan bangunan yang akan mereka kunjungi Sany langsung tersenyum sumringah dan mereka langsung berceloteh dengan ribut.

"Lho Icha bukannya ini ada dalam film Drakor? Coba lihat kamu tebak dech," katanya lagi.

"Iya sepertinya tidak asing dech, apa yak ok aku lupa," kata Chika lagi.

"Itu loh Cha dalam film korea yang terkenal dengan pelakornya film apa ayo? Yang sudah lama tamat." Kata Sany.

"The World of The Married ya?" tanya Chika dengan semangat.

Sany langsung bertepuk tangan karena jawaban Chika benar, Damian yang mendengar celoteh mereka tertawa lebar. Mereka berdua benar – benar kekanakan sekali.

"Satu lagi Icha dalam What's Wrong with Secretary Kim. Masih ingat film itu ngak?"

"Ingat dong, pemainnya ganteng banget. Park Seo Joon kan?" kata Chika dengan tersenyum.

Chika tersenyum sendiri membayangkan bagaimana Park Seo Joon memerankan perannya dengan sangat baik, bahkan sifat menyebalkannya benar- benar diacungi jempol.

"Hmm, Hmm. Jangan ada pria lain ingat?" tanya Damian dengan tidak senang.

Chika langsung terdiam, Sany yang mendengarnyapun jadi jengkel.

"Sudah ceritanya, kok ya dari tadi ceritain cowok melulu. Apa tidak ada yang mau dibahas?" tanya Damian masih jengkel.

"Tadi katanya lapar, sekarang malah tidak mulai makan. Apa memang tidak mau?" tanya Damian sambil merebut makanan Sany yang terletak di atas meja. Sany segera mempertahankan makanannya tidak rela jika di rebut oleh Damian.

"Aduhhh, Kak kok jadi posesif seperti ini sich?" tanya Sany lagi.

"Apa – apaan sich Kak, sama Park Seo Joon saja Kakak juga cemburu?"

Sany kemudian menepuk jidatnya.

"Astaga Kak, jangan cemburu dong sama Park Seo Joon. Ngak mungkin juga Icha bisa jadian sama dia, jangan aneh – aneh. Artis korea dengan kita ibarat seperti punguk merindukan bulan Kak. Ngak mungkinlah itu terjadi, pikirannya kok aneh sich Kak Damian," kata Sany dengan kesal.

"Sudah Cha, ngak usah didengarkan lagi. Kadang kala memang Kak Damian bisa aneh kok. Jadi Kamu jangan heran ya atas sikapnya," kata Sany lagi.

Mereka akhirnya memesan menu, karena mereka tidak dapat membaca tulisan Hanguk jadi mereka hanya melihat gambar yang tertera di gambar. Pelayannya juga tidak pandai berbahasa Inggris sepertinya dia baru bekerja di sana, karena didadanya tertera pengenal dengan tulisan trainee. Jadi mau tidak mau mereka terpaksa hanya memakai isyarat tangan saja. Mereka terpaksa memandang gambar yang unik tanpa bisa mengetahui sebenarnya makanan itu terbuat dari apa dan terbuat dari bahan apa.

"Lihat Sany, unik ya. Ini seperti Churos hanya saja diatasnya dibuat beberapa permen seperti macaron dech kelihatannya. Lucu banget, kita pesan ini saja. Lihat minumannya kok seperti ada gelembung di atasnya. Imut, kita pesan ini saja ya," kata Chika dengan semangat.

"Iya betul, aku pesan yang ini saja. Nanti kita berbagi saja Cha. Jadi kita bisa mencicipi semua rasanya ya," kata Sany kembali.

"Lho kok kamu yang share ke Icha, ya kakak dong. Yang benar kalau kamu itu makan sendirian. Yang berbagi itu Kak Damian dan Icha dong," kata Damian kembali dengan nada protes.

"Kakak, kok jadi semakin aneh saja sich. Icha itu kan temannya Sany seharusnya kan di share dengan Sany bukannya Kakak, " kata Sany lagi dengan jengkel, dia kan ingin juga menikmati rasa lain.

"Untuk apa Sany ngotot sich, kalau perlu pesan semua masakan yang ada di sini. Ngak perlu share dengan Icha," tegas Damian lagi.

"Lho Kakak ini bagaimana sich? Kalau pesan semua menu yang di sini mana mungkin Sany bisa menghabiskannya. Kalau kita berbagi sudah pasti porsinya menjadi lebih sedikit dan kita dapat merasakan semua rasa makanan yang ada di sini," katanya lagi.

Sany benar – benar jengkel dengan Damian sekarang, tampangnya tidak sedap dipandang. Dia jengkel melihat keusilan Damian, bukan hanya mengurusi Chika ada bertemu atau tidak dengan pria lain, tetapi juga sibuk mengurusi makanan yang hendak mereka makan.

"San, sudah dong jangan cemberut terus," kata Chika lagi.

Chika berusaha membujuk Sany agar tidak kesal dengan Damian lagi. Damian yang melihat Sany marah akhirnya mengalah meminta maaf kepada Sany dan berharap Sany tidak marah lagi.

"Gawat juga kalau Sany marah, jangan sampai ngambek dech. Kalau ngambek malah ngak bisa diajak kerjasama untuk memata -matai Chika," pikir Damian lagi.

"Ya dech, Kakak yang salah. Kakak minta maaf ya, karena kakak sudah menyakiti hati adik kakak yang bawel," kata Damian sambil menarik hidung Sany kembali.

"Wueeeh, hhhhffff. Kak lepasin, ngak bisa napas ini." kata Sany sambil menepiskan tangan Damian dari hidungnya.

"Makanya jadi orang jangan suka ngembek ya, kalau tidak kakak akan menarik hidung kamu kembali," ancamnya lagi.

"Jangan dong Kak, Sanykan sudah besar. Jangan dibuat seperti anak TK lagi dong," kata Sany kembali.

Damian semakin gemas melihat tingkah Sany yang lucu. Damian tertawa bahagia melihat raut wajah Sany.

"Wah ngakunya sudah dewasa tapi tingkahnya seperti bocah saja," goda Damian sambil menatap sayang ke arah Sany.

"Bagaimana enak ngak makanannya?" tanya Damian kembali.

Dia melihat makanan yang ada di piring Sany dan Chika sudah hampir tandas.

"Makanannya enak Kak," kata Sany sambil menjilat bibirnya lagi.

"Kalau enak kalian boleh nambah, ayo silahkan pesan. Untuk apa merasa sungkan?" tanya Damian kembali.

"Tapi ada syaratnya, jangan sebut nama Park Seo Joon lagi," kata Damian.

"Lho mengapa tidak boleh?" tanya Sany.

"Kan di depan kalian sudah ada yang lebih ganteng dari dia," kata Damian dengan rasa percaya yang tinggi.

"Ehhh, gantengan Park Seo Joon Kak," cibir Sany dengan kesal.

Sany memandang Chika kembali,

"Mau Cha? Kita mau nambah ngak?" tanya Sany melihat ke arah Chika kembali.

"Ngak ah, sudah kenyang San. Kalau kamu mau silahkan kamu saja yang pesan," tolak Chika kembali.

"Sudah ah Kak, ngak jadi soalnya terbayang berat tubuhku yang selalu nambah," katanya lagi.

Sany tertunduk malu, memang akhir ini berat tubuh Sany bertambah.

"Berat tubuh aku bertambah bukan karena Sany suka atau doyan makan Kak, tetapi hanya sekedar toleransi saja."

"Lho kok bisa?" tanya Damian bingung.

"Apa hubungan keinginan untuk makan dan toleransi?" pikir Damian dengan bingung.

"Iya lah Kak, di butik ada pegawai kita yang bernama Loli. Loli ini setiap hari selalu saja membawa cemilan hasil buatannya sendiri. Kalau ngak dimakan langsung wajahnya murung, padahal makanannya enak hanya saja nach Kakak lihat bukan? Apa akibatnya ke tubuh Sany? Kalau Icha mau makan seperti apapun tidak mempengaruhi tubuhnya, ya tetap saja seperti itu," katanya lagi.

"Lho kamukan tidak gemuk San?" kata Chika kebingungan.

Dia melihat tubuh Sany yang ramping, hanya saja memang tinggi tubuhnya lebih pendek dari Chika. Damian makin gemas melihat adiknya.

"Wah repot ya jadi perempuan, selangsing apapun tubuhnya tetap saja merasa gemuk," pikir Damian dengan tersenyum lucu.