"Mereka ramah ya Cha," kata Sany sambil tersenyum.
"Iya benar, dan saya suka dengan mereka berdua," kata Chika lagi.
"Suka dengan kami berdua?" tanya Chul Mo dengan logat aneh.
Sany dan Chika melongo melihat Chul Mo bisa berbahasa Indonesia, padahal mereka berdua orang Korea asli.
"Mengapa kalian heran?" tanya Yuki kembali.
"Lho kok kalian pandai Bahasa Indonesia?" tanya Chika dengan penasaran.
"Sudah jelas kami pandai Berbahasa Indonesaia karena kami Mahasiswa dari Hankuk University jurusan Bahasa Indonesia," kata mereka lagi.
"Wow kereeenn," kata Sany dengan senang.
"Apa itu arti keren?" tanya Yuki dengan bingung.
"Keren itu kalau di dalam Bahasa Korea artinya hampir sama dengan daebak," kata Sany kembali.
"Oh daebak," kata mereka tertawa.
"Oh, iya apa yang bisa kami bantu ya?" tanya Yuki kembali.
"Sebenarnya kami mau meminta ijin kepada Chul Mo untuk kami potret." Kata Sany kembali.
"Potret? Maksudmu mau mengambil photo aku? Untuk apa?" tanya Chul Mo dengan heran.
"Kami ini sebenarnya desainer fashion, jadi kami tertarik dengan cara berpakaian Chul Mo sehingga kami ingin sekali mengambil fotonya itupun kalau Chul Mo mengijinkannya," kata Sany lagi.
Chul Mo dan Yuki saling berpandangan dan mereka tersenyum penuh arti.
"Ok aku bersedia kamu foto, tetapi boleh tidak kalian membantu tugas kami?" tanya Chul Mo kembali.
"Tugas apa itu?" tanya Chika kembali.
Sany lebih ceroboh daripada Chika, dia akan langsung menyetujui permintaan orang lain tanpa pernah bertanya secara jelas maksud dari orang tersebut.
"Di Hankuk University kita tidak hanya mempelajari tentang Bahasa Indonesia, nach kami juga mempelajari tentang kebudayaan, sejarah dan kehidupan sosialnya. Tugas kami sekarang adalah tentang budayanya, kami ingin membuat laporan tentang kebudayaan dan kalau bisa kami diajarkan salah satu masakan Indonesia supaya kami mendapatkan nilai lebih," jelas Yuki dengan panjang lebar.
"Oh kalau begitu saya setuju," kata Chika lagi.
"Tetapi kami sendiri juga sibuk, bagaimana kita akan membagi waktunya ya?" tanya Chika lagi.
"Kapan tugas kalian harus dikumpulkan?" tanya Sany kembali.
"Tugas kami dikumpulkan sekitar dua minggu begitulah, kalian sendiri sampai kapan di Seoul?" tanya Chul Mo kepada mereka.
Wajahnya yang tampan mirip pemain Drakor menatap Chika, tatapan matanya yang gelap membius Chika dan Sany.
"Ehhh, hmmf. Ka-mi tidak pasti di sini. Bisa saja berbulan – bulan lamanya, lihat situasi." Kata Sany tergagap.
"Ganteng ya orangnya, buat deg deg an saja," pikir Sany lagi.
Chul Mo tersenyum menatap kegugupan Sany dan akhirnya tertawa memperlihatkan giginya yang gingsul, menambah ketampanan wajahnya.
"Bagus kalau begitu, kita bisa bersama – sama terus. Kami akan menjadi pemandu kalian, kalau kalian membutuhkan bantuan kami maka kami akan bersedia membantu kalian. Katakan saja kalian mau kemana dan kalian boleh memotret kami sesuka kalian," tawar Chul Mo kembali.
Sany langsung senang dengan tawaran Chul Mo dan wajahnya langsung sumringah. Chika yang teringat dengan Damian langsung cemas, tapi tidak enak langsung mengatakannya kepada Sany.
"Hai, Chika apakah kamu makhluk pendiam?" tanya Chul Mo dengan senyum menggodanya.
Sany dan Chika hanya melongo kebingungan mendengar Chul Mo menggunakan kata makhluk pendiam? Apakah Chul Mo salah menggunakannya atau karena hanya ingin menggoda Chika? Mereka berdua semakin bingung.
Chul Mo hanya mengacak rambutnya sendiri dengan gemas melihat kedua wanita yang di depannya melongo melihatnya dengan ekspresi raut wajah yang lucu. Apalagi Chika dia memperhatikan ekspresi Chika yang lucu, matanya yang besar menyiratkan seribu makna dan Chul Mo menyukai sinar mata Chika kemudian matanya semakin menyipit melihat bibir Chika yang terbuka sedikit semakin membuat Chul Mo semakin gemas.
"Maksud Chul Mo apakah Chika ini cewek pendiam? Mengapa dari tadi tidak memberikan komentar apapun," kata Yuki membantu temannya Chul Mo.
"Kita paham kok yang dimaksudkan Chul Mo, hanya saja apakah Chul Mo hanya bercanda saja atau memang dia salah menempatkan katanya?" tanya Sany kembali.
"Hahhahah, kalian dikerjai Chul Mo tukh. Dia itu salah satu Mahasiswa terbaik di jurusannya tidak mungkin dia salah menempatkan setiap kata di dalam kalimatnya. Chul Mo memang kadang suka ngusilin orang lain dan orang tersebut kadang tidak sadar dikerjainya karena ekspresi wajahnya tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali," katanya lagi.
Mereka akhirnya tertawa, dan Chul Mo juga tertawa karena dia berhasil membuat mereka kebingungan. Chika hanya tersenyum kecil semakin menambah manis wajahnya dan Chul Mo sangat menyukai wajah Chika yang manis.
"Kalau begitu, bagaimana kami dapat menghubungi kalian?" tanya lagi.
Sany memberikan nomor teleponnya yang memakai provider lokal dan nama hotel mereka menginap, tetapi Chika mengeryitkan dahinya.
"Kalau Kak Damian mengetahui ini bagaimana jadinya? Kok malah Sany memberikan alamat hotel kami?" keluh Chika dalam hati.
Chika sudah mulai tidak nyaman ketika Sany memberikan alamat hotel mereka, sedangkan mereka sudah berjanji kepada Damian. Janji bagi Chika adalah suatu prinsip yang harus dia penuhi dan bukan hanya isapan jempol belaka. Setelah diucapkan malah diabaikan begitu saja.
"Lho Chika kok diam lagi?" goda Chul Mo dengan mata yang menggoda ke arah Chika.
Chika hanya tersenyum saja tanpa berkomentar sama sekali.
"Icha memang begitu, kalau tidak terlalu dikenal dia hanya tersenyum suaranya jarang bisa didengar," katanya lagi.
Chika hanya bisa kesal saja melihat Sany yang terus saja menyerocos menjawab pertanyaan Chul Mo dengan mudahnya bahkan sudah membicarakan dirinya kepada orang asing.
"Hai, Icha! Saya bolehkan memanggilmu dengan nama Icha?" tanya lagi.
"Maaf, saya belum mengenal kamu. Panggilan itu hanya untuk orang terdekat saja," kata Chika kembali.
Chul Mo semakin ngemas melihat Chika yang terus saja bersikap dingin dan menolaknya secara halus. Chika hanya menatap dia dengan perasaan semakin tidak nyaman karena terikat janji dengan Damian.
"Sebaiknya kita duduk dulu, berdiri terus kan capek," kata Sany kembali.
"Iya sebaiknya kita duduk di sana," kata Yuki sambil menunjuk kursi di taman itu.
Sany duduk disamping Yuki, seharusnya Chika ingin duduk di sebelah Sany baru di sampingnya Yuki tetapi Yuki sudah mengambil posisi itu. Baru Chul Mo duduk di samping Yuki mau tidak mau Chika terpaksa duduk berdekatan dengan Chul Mo.
"Kamu memang tamatan sekolah desain ya?" tanyanya dengan akrab.
Chika hanya menganggukkan kepalanya, dan tidak memberikan jawaban sepatah katapun. Keterdiaman Chika malah membuat Chul Mo semakin penasaran akan sikap Chika.
"Kamu memang hobi mendesain ya? Wah kalau begitu mau dong kalau kamu mendesain baju untukku," katanya kembali.
Chika hanya tersenyum dan tidak menajwabnya sama sekali.
"Sany kita jadi memotret tidak? Supaya waktu kita tidak habis percuma dech, kan kita masih mau keliling lagi. Ingat tidak?" tanya Chika kembali.