Damian segera menatap Chika dengan dahi berkerut, kemudian wajahnya langsung cemberut. Kedua wanita di hadapannya sangat terkejut melihat perubahan wajah Damian. Mereka saling bertatapan dengan penuh tanda tanya.
"Mengapa Icha Kok kita tidak jadi pergi?"tanya Sany bingung.
Mereka benar – benar heran dengan tingkah Damian yang tiba – tiba menghentikan langkah mereka. Damian masih menatap tajam ke arah Fayyana.
"Apa yang kamu pakai Icha? Apa kamu tidak kedinginan?" tanya Damian dengan wajah cemberut.
"Lho memangnya Icha pakai apa Kak?" tanya Sany lagi.
"Itu rok Icha, ngapai coba pakai rok yang pendek apa tidak kedinginnan," katanya lagi.
"Icha kan mau pakai sepatu boots Kak, jadi tidak akan dingin kok," katanya lagi.
"Wah sifat posesifnya Kak Damian muncul lagi dech," pikir Sany.
"Sebaiknya Kamu ikuti Kak Damian saja Cha, biar kita cepat perginya. Kan sayang buang – buang waktu untuk hal sepele beginian," kata Sany sambil melirik tajam ke arah Damian.
"Ya sudahlah kalau begitu, Icha akan ganti dulu. Kalau begitu Icha balik ke kamar dulu. Mana kunci kamar kita San?" tanya Chika lagi.
Sanypun memberikan kunci kamar magnetik mereka kepada Chika, dan akhirnya Chika berlalu dari sana.
"Ayooo Kak, apa yang Kakak lakukan terhadap Icha sekarang. Kakak sudah mulai mengatur Icha ya? Hati – hati Kak jangan sampai kebablasan, takutnya Icha merasa tidak nyaman," kata Sany lagi.
"Kakak tidak mau semua mata memandangnya," kata Damian dengan singkat.
Sany yang ikut mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, Chika belum resmi jadi milik Damian, tetapi dia sudah mengatur kehidupan Chika. Sany bisa memaklumi sifat posesif Damian, karena Damian pria yang hanya jatuh cinta sekali dalam hidupnya.
"Apakah Kakak belum berniat menyatakan perasaan cinta kepada Icha? Kapan Kakak akan melakukannya?" tanya lagi.
"Sampai Kakak menemukan waktu yang tepat." Kata Damian dengan singkat.
"Kak diajak bicara masak jawabannya hanya kata – kata yang singkat saja. Dijawab dong yang panjang kek," kata Sany lagi.
"Lho yang penting kan ada Kakak jawab," kata Damian dengan santainya sama sekali dia tidak ingin merusak moodnya sendiri akibat kecerewetan Sany.
Damian merasa sangat bahagia, setidaknya Chika merespon ciuman Damian tadi. Hal ini tentu saja membuat Damian sangat senang sekali. Damian berharap Chika mau menerima cintanya.
"Yeeeee, yang lagi jatuh cinta," goda Sany lagi.
Damian hanya diam duduk melamun, sambil menunggu Chika tidak ada salahnya Damian kembali mengenang ciuman yang mereka lakukan. Perasaan Damian bergetar hebat hanya membayangkan bagaimana mereka saling memagut tadi.
"Apakah ini alasannya karena drakor lagi Kak?" goda Sany lagi.
Sany teringat ketika mereka berciuman untuk pertama kali alasan mereka karena terpengaruh Drakor. Sekarang apakah Drakor lagi?
Damian hanya diam pura – pura tidak mendengar perkataan Sany dan mengabaikannya karena dia juga tidak mau terlalu jauh menceritakan hal pribadi kepada Sany karena dia takut tanpa Sany sadari dia bisa membocorkan semuanya kepada Chika dan mendahului Damian.
Chika yang sudah selesai berganti pakaian tampak memakai celana hitam dari bahan sintesis dan celana itu bahkan menunjukkan kerampingan tubuh Chika yang berlekuk indah pada tempatnya ditambah lagi blouse yang dia kenakan menunjukkan warna kulitnya yang putih bersih, sangat kontras. Blouse itu sangat pas ditubuhnya.
Chika segera memasuki kamar Damian karena mereka telah menunggu disana, begitu Chika berada tepat didepan pintu itu dengan menekan bel. Sany yang tahu persis siapa yang membunyikan bel di pintu segera membukanya.
Tampilan Chika masih saja menyisakan wajah Damian yang cemberut.
"Apa kamu tidak mempunyai pakaian yang lain?" tukasnya lagi.
"Lho memangnya pakaian Icha kenapa Kak?" tanyanya dengan rasa penasaran.
"Tidak baik berkeliaran dengan baju itu. Terlalu mengundang pria lain untuk menatapmu," katanya kembali.
"Lho Kak, kita tidak mempunyai waktu lagi untuk meminta Icha untuk mengganti pakaiannya lagi. Mau berapa Kali sich Icha harus mengganti pakaiannya?" tanya Sany dengan jengkel.
Damian tidak bergeming sama sekali.
"Walaupun Aku belum menyatakan perasaanku secara resmi, setidaknya bibirKu sudah sampai terlebih dahulu, jadi itu penandaan bahwa Dia adalah milikku," bathin Damian lagi.
Sany yang kesal hanya melihat Chika tak berdaya, Chika akhirnya mengalah dan kembali lagi ke kamar mereka. Kali ini Chika memperhatikan koper pakaian yang dia bawa. Dia tidak mau Damian menyuruh kembali untuk menukar pakaiannya kembali, rasanya tidak masuk akal kalau harus terus – terusan berganti pakaian.
"Kurang kerjaan itu namanya harus bolak balik ganti pakaian," pikir Chika dengan jengkel.
Chika memperhatikan rok semata kaki dari kain flanel ringan, dipadukannya dengan blouse berbahan kaus tetapi pas di tubuhnya dan dia tetap memakai sepatu boots. Chika mematut dirinya di depan kaca dengan senyuman, dia melihat penampilannya pasti aman kali ini. Damian tidak akan lagi meminta dia menukar pakaiannya kembali.
Chika meraba bibirnya kembali, senyumnya semakin lebar ketika dia merasakan kehangatan yang disalurkan oleh Damian. Chika terus saja menatap dirinya, sambil memejamkan matanya dan membayangkan pelukan hangat Damian kembali.
Tiba – tiba sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang, Chika yang terkejut kini membuka matanya terkejut.
"Lagi memikirkan apa?" bisik Damian.
Bisikan Damian mengeluarkan hembusan udara yang melewati telinga Chika membuat Chika merinding. Hatinya turut bergetar, Chika langsung tersipu malu.
"Kalau memikirkan Kakak tidak apa -apa, asal jangan memikirkan pria lain ya," bisik Damian lagi.
Damian menyukai wangi tubuh Chika, dia membaui aroma strawberry yang menyegarkan. Damian juga menyukai rona merah yang menjalar di seluruh wajah Chika karena menahan malu. Damian merasakan hatinya yang berdebar kencang dan sentuhan diantara mereka menciptakan aliran listrik yang menghangatkan.
Chika mencoba lepas dari pelukan Damian karena malu yang dideritanya, sudah 2 tahun dia menjalani hubungan dengan Jose tetapi sama sekali tidak ada kontak fisik diantara mereka, bahkan untuk ciuman saja Chika menolaknya. Jose pernah protes dengan Chika tetapi Chika mengabaikannya, dia tidak ingin bersentuhan dengan Jose. Entah mengapa, Chika juga tidak mengetahui alasannya.
Tetapi dengan Damian Chika sudah dua kali berciuman, apakah Chika menolaknya? Justru itu yang membuat Chika malu. Dia baru saja dekat dengan Damian tapi mereka melakukannya seperti ada magnet diantara mereka. Mereka sendiri tidak kuasa menolaknya, bahkan mereka sendiri sama sekali tidak merencanakannya.
"Apakah aku menerima ciuman dari Kak Damian? Entahlah tetapi yang jelas aku tidak dapat menolaknya. Kak Damian memiliki daya tarik yang besar sampai aku sendiri tidak mampu menolaknya. Aku tidak tahu apakah Kak Damian juga merasakan hal yang sama? Atau memang ada maksud yang lain?" Chika benar – benar bingung dengan perasaannya.
Chika menatap Damian yang juga menatapnya balik, kini mereka saling tatap tanpa bersuara sama sekali.