Chereads / Cintaku Terkunci Di Namsan Tower / Chapter 17 - BAB 17. Aku menandai Kamu Sebagai Milikku

Chapter 17 - BAB 17. Aku menandai Kamu Sebagai Milikku

Ketika tatapan mereka semakin lekat, Damian kembali menarik kepala Chika dan mendekatkan bibirnya ke bibir Chika yang lembut. Damian kini mengecup bibir Chika dengan perasaan cinta yang mendalam, tanpa disadarinya Chika membalas pagutan itu, Damaian bahkan memeluk Chika dengan erat, sementara bibirnya masih saja memagut bibir Chika dengan mesra. Chika terbuai dengan pesona Damian yang tidak mampu dia tolak, Chika bahkan sudah mulai membuka bibirnya ketika bibir Damian mulai menjelajahi mulutnya.

Perasaan Chika saat itu tidak dapat dia lukiskan dengan kata – kata, semua dunianya ikut menyatu dengan ciuman Damian. Mereka terus saja berpagutan hingga Sany muncul kembali dihadapannya.

"Mulai sekarang Kak Damian dan Icha tidak boleh lagi berduaan, yang iyanya malah kita tidak jadi pergi," kata Sany dengan kesal.

Damian kini melotot ke arah Sany karena adiknya ini selalu muncul di waktu yang tidak tepat.

Sany, kamu selalu mengganggu Kakak. Ciuman keduaku belum tuntas kamu datang mengganggu. Kini ciuman keduaku juga harus kupasrahkan karena gangguan Sany lagi, pikir Damian dengan jengkel.

Damian hanya menatap wajah Chika yang tersipu malu, Damian kemudian melirik baju Chika kembali dan melihat blouse yang di pakai Chika telah memperlihatkan bentuk bagian atasnya. Damian melirik ke arah koper Chika yang masih terbuka, dia berjalan ke arah koper dan melihat sebuah syal disana. Tanpa sengaja netranya melihat barang sensitif milik Chika. Damian langsung tersenyum menggoda Chika. Sudah pasti Chika malu dan segera menarik kopernya serta menutupnya dengan kecepatan tinggi.

"Waduhhh Cha, kalau tangan kakak putus gimana dong?" goda Damian lagi.

Wajah Chika sekarang sudah seperti kepiting rebus, dan tidak berani menatap Damian lagi. Damian segera menarik Chika dan memasangkan syal itu di leher Chika, setidaknya syal akan menyamarkan bentuk atas tubuh Chika karena memakai blouse yang ketat.

Sany yang melihat perbuatan Damian hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan kesal, tidak dia sangka Damian demikian posesifnya terhadap Chika.

"Ayo dong kita berangkat kak, Sany sudah kelaparan," katanya lagi.

Sany menatap mereka dengan sebal, bagaimana tidak jengkel sudah sejak dari tadi perutnya keroncongan seperti memainkan musik orchestra karena laparnya.

"Ayoo, kita segera berangkat!" kata Chika lagi.

Chika kini menarik tangan Sany, dan meninggalkan Damian yang masih saja tersenyum menggodanya. Chika berharap kalau ada lubang maka dia akan segera terjun ke lubang itu sangking malunya.

"Lho mengapa Kakak di tinggal?" tanya Damian sambil mensejajarkan langkahnya.

Walaupun Chika dan Sany lebih dulu melangkah tapi Damian dengan mudah mengejar langkah mereka karena kaki Damian lebih panjang dari kaki mereka berdua.

"Kakak jangan ditinggal dong," kata Damian lagi.

"Ogah, Kakak ini aneh sekali sich. Pantang lihat Icha sendirian langsung saja nempel," kata Sany kembali.

Damian segera mensejajarkan langkahnya dan berjalan disamping Chika.

"Aku menandai kamu sebagai milikku," kata Damian kembali.

Damian berjalan mendahului Chika dan Sany, Chika yang mendengar perkataan Damian jadi kebingungan.

"Apa maksud Kak Damian? Menandai siapa?" bisiknya dengan bingung.

Damian tersenyum lebar meninggalkan mereka berdua, dia terlebih dahulu berjalan dan segera mengambil mobilnya. Sany dan Chika mencoba mengikuti langkah Damian yang lebar, tetapi Chika dan Sany tertinggal.

"Kak Damian bilang apa barusan Cha?" tanya lagi.

"Aku juga ngak ngerti sich apa yang dimaksudkan Kak Damian," kata Chika lagi.

Bagaimana mungkin Chika dapat mengatakan apa yang dikatakan Damian sementara dia sendiri tidak paham. Damian sepertinya meninggalkan mereka cukup jauh sekarang dan segera mengambil mobil yang terparkir, sementara Chika dan Sany menunggunya di Loby depan.

Chika dan Sany melihat Damian telah memarkirkan mobilnya di depan hotel menunggu mereka memasuki mobilnya. Damian tersenyum melihat ke arah Chika dan dia ingin supaya Chika duduk di depan bersamanya tetapi Chika yang tidak memahami maksud Damian malah duduk di belakang. Damian yang melihatnya hanya diam saja dan tidak menjalankan mobilnya sama sekali.

"Lho Kak kok ngak jalan. Memangnya mau nunggu siapa lagi sich?" tanya Sany lagi.

Chika dan Sany yang kebingungan saling pandang dan melihat ke arah Damian dengan penuh tanda tanya. Damian yang melihat mereka acuh tak acuh pura – pura tidak memahami maksud mereka berdua.

"Kak, apa lagi yang ditunggu? Kok ngak jalan sich," gerutu Sany lagi.

Damian yang menoleh ke arah mereka segera menepuk kursi yang ada di sampingnya dengan tangannya dan menatap Chika dengan pandangan yang tidak terbantahkan. Chika hanya bingung menatap Damian karena belum memahami maksudnya. Damian tetap menepuk kursi itu dan akhirnya Sany yang memang sudah kelaparan dari tadi tidak dapat lagi menahan kesabarannya.

"Icha, kamu pindah duduk tukh disamping Kak Damian. Kalau ngak pindah maka Kak Damian tidak akan mau pergi. Seperti anak kecil saja," dengus Sany dengan kesal.

Chika yang kebingungan menatap Sany lagi karena dia tahu kadang kala Sany suka salah mengartikan maksud Damian, tetapi sepertinya Damian membenarkan perkataan Sany.

"Nach tunggu apa lagi Cha, Sany sudah benar tukh. Kakak mau Icha pindah di samping Kakak," tandas Damian lagi.

"Ayo dong Cha, mau tunggu apa lagi. Perutku sudah keroncongan dari tadi, apa kamu ngak lapar? Kak Damian jangan dilawan dech, karena kepalanya keras seperti batu. Ayo dong dicepatin," kata Sany lagi.

Akhirnya Chika mengalah mengikuti permintaan Damian dan dia mengambil duduk di sebelah Damian. Chika segera duduk dan Damian meraih sabuk pengaman yang ada di samping mereka. Chika yang terkejut dengan gerakan akhirnya saling pandang dan Sany yang melihat momen itu akhirnya protes.

"Jangan lagi dong, kapan makannya kalau begini?" katanya sambil menepuk jidatnya sendiri.

Sany yakin mereka akan berciuman lagi, ternyata Damian hanya ingin menggoda Sany. Damian bahkan mengedipkan sebelah matanya memberi kode kepada Chika bahwa dia hanya ingin menggoda Sany.

Chika yang memahaminya tidak memprotes sama sekali, justru Damian tertawa karena telah berhasil menggoda Sany. Akhirnya Damian menjalankan mobilnya tetapi tatapan matanya tetap memandang ke arah Chika.

"Kak, jangan lihatin Chika terus dong. Apa Kakak mau nabrak orang lain? Ingat lho kita ini di negara orang lain jadi hati -hati supaya urusannya tidak ribet sama sekali."

Sany memperingati Damian, padahal Sany yakin Damian tidak mungkin bisa menabrak orang lain karena sifat Damian tidak pernah ceroboh sama sekali, dia melakukannya takut Chika akan ketakutan melihat sifat Damian yang terlalu agresif. Sany tidak menyangka kakaknya Damian telah mencium Chika sampai beberapa kali, sedangkan Chika yang sudah cukup lama berpacaran saja belum pernah sama sekali ciuman dan kini Damian belum menyatkan rasa cintanya dengan Chika tapi sudah mencium Chika sampai beberapa kali. Sany jadi pusing memikirkannya dan berharap Chika dapat kakaknya Damian.