Bibi Shelena tidak tahu jika Edwin memanfaatkan keserakahan Bibi Shelena untuk mendapatkan apa yang Edwin inginkan yaitu tubuh putih mulus Bibi Shelena. Selama ini Edwin sebagai pengacara orang tua Reina memang menyukai Bibi Shelena sejak pertama kali bertemu membahas ahli waris dan wasiat yang ditinggalkan orang tua Reina. Edwin bertekad akan mendapatkan Bibi Shelena bagaimanapun caranya.
"Sayang, bagaimana proses perpindahan kepemilikan? Sudah sampai mana?" Bibi Shelena menanyakan hal itu sambil membelai lembut bahu Edwin.
"Iya, lihat proses ini. Aku sudah membuatnya dalam pendaftaran pengalihan harta. Ini, Sayang." Edwin menunjukkan berkas yang ada di dalam ponsel secara online. Benar saja lelaki itu sedang mengurus pengalihan harta dan kepemilikan perusahaan milik orang tua Reina ke Bibi Shelena.
Hanya satu perusahaan yang diminta Bibi Shelena untuk menjamin masa depan tetapi perusahaan itu merupakan perusahaan terbaik yang dimiliki oleh kedua orang tua Reina. Bibi Shelena memang pintar dan selalu penuh dengan rencana yang mengejutkan. Perempuan itu sudah memiliki rencana selangkah demi selangkah untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan memanfaatkan Edwin. Untuk saat ini Bibi Shelena bersedia melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang diinginkan. Bahkan melayani Edwin setiap hari pun dilakukan oleh Bibi Shelena.
Edwin tersenyum puas menatap Bibi Shelena. "Sayang, ke sini. Aku ingin menciummu."
"Iya, Sayang."
Mereka pun berciuman dengan panas. Bibi Shelena sudah jarang pulang ke rumah karena Edwin meminta untuk tetap di apartemen selain bekerja di pagi hingga siang hari. Bibi Shelena mengikuti saja apa yang dikatakan oleh lelaki itu untuk mendapatkan perusahaan sesuai yang diinginkan. Bibi Shelena mengorbankan waktu yang berharga untuk menemani Sebastian dan Reina di rumah.
Pagi itu sebelum berangkat ke kantor, Edwin dan Bibi Shelena kembali melakukan hal yang memuaskan dan dipuaskan. Keduanya terhanyut dalam perasaan yang menggelora. Memang Bibi Shelena juga menikmati yang Edwin lakukan karena sudah sejak lama tak pernah disentuh lelaki. Begitu pula Edwin menikmati apa yang diinginkan selama ini menjadi kenyataan. Keduanya semakin tenggelam dalam perbuatan tanpa rasa.
Sebastian sudah terbiasa hidup sendirian di rumah tetapi kali ini lelaki itu hidup bersama dengan sepupunya perempuan. Perasaan berkecamuk sering kali membuat Sebastian merasa bingung apa yang dipikirkan dan dirasakan selama ini. Benarkah perasaan itu adalah satu kata yang sering diucapkan oleh orang dewasa yaitu cinta? Namun apakah cinta itu benar-benar ada bagi orang yang masih berusia remaja seperti Sebastian dan Reina? Atau sebenarnya hal ini hanya karena simpati yang berlebihan?
Pagi itu, Sebastian merasa hilang kendali karena sekali lagi Reina tidak ada di sekolahan sedangkan kondisi sekolahan juga masih sepi. Sebastian sudah mencoba berjalan cepat bahkan berlari agar segera sampai. Namun bis juga tidak ada di halte dan Reina entah ada di mana. Lelaki itu bergegas menelepon nomor Reina.
"Reina, kamu di mana?"
"Aku sedang sarapan. Ada apa?"
"Sarapan di mana?"
"Bukan urusanmu!"
"Kamu mau aku memukuli lelaki yang saat ini duduk di dekatmu?"
"Sebastian, jangan seperti itu!"
Panggilan telepon itu pun terhenti saat Lee hendak mengambil alih pembicaraan. Reina memilih untuk menghentikan panggilan telepon agar tidak terjadi permasalahan. Sebastian makin kesal karena diabaikan oleh Reina.
"Reina, ada apa lagi dengan Sebastian? Biar aku saja yang bicara kepada Sebastian."
"Tak usah, Lee. Semua baik-baik saja. Lagi pula Sebastian tidak memiliki hak untuk marah kepadaku karena dia juga pergi ke pesta itu dengan Kezia. Soal tidak izin, nanti aku bisa mengatakan kepada Bibi Shelena."
"Baiklah, lebih baik aku juga ikut ke rumah untuk memberitahu bibimu. Aku pikir tidak akan terjadi kesalahpahaman kalau aku ke sana meminta izin kemarin."
"Ini bukan salahmu, Lee. Bibi Shelena juga sibuk tidak berada di rumah. Kemarin malam pun Bibi Shelena tidak pulang."
"Jadi ... Kamu berdua saja dengan Sebastian di rumah? Bagaimana kalau Sebastian melakukan hal buruk padamu?"
"Tidak mungkin, Lee. Sebastian itu sepupuku. Sebastian tidak mungkin melakukan hal buruk kepadaku."
Setelah selesai menyantap hidangan sarapan, Reina dan Lee segera kembali ke sekolahan diantar oleh sopir pribadi Lee. Reina menjadi khawatir karena takut Sebastian ternyata sudah menunggu di gerbang dan akan membuat permasalahan. "Lee, bolehkah aku turun di ujung jalan. Aku akan jalan menuju ke sekolah. Nanti kita bertemu di kelas saja. Aku tidak enak menjadi sorotan."
"Oh, iya, Reina. Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa di kelas."
Lee mengikuti apa yang dikatakan oleh Reina karena tidak mau ada pertikaian atau hal yang tidak diinginkan. Benar juga apa yang dikatakan oleh Reina karena teman-teman di sekolahan pasti akan mempermasalahkan jika mereka datang bersamaan di dalam satu mobil. Lee tidak mau kehidupan Reina menjadi sulit karena ketahuan berpacaran dengan Lee.
"Hai, Sebastian. Sedang menungguku?" Kezia muncul dan segera merangkul Sebastian dengan mesra.
Semua murid perempuan memperhatikan hal itu dan menjadi sorotan. Sebastian sebenarnya tidak menyukai kedekatan dengan Kezia. Semua ini dilakukan hanya untuk Reina aman di sekolah. "Aku lapar belum sarapan. Aku mau keluar sebentar."
"Jangan khawatir. Aku membawa bekal. Kita bisa makan di dalam kelas sambil menunggu jam pelajaran tiba. Ayo kita segera masuk ke kelas daripada berdiri di sini."
Kezia langsung memeluk lengan tangan Sebastian untuk bergegas ke kelas. Sebenarnya Kezia tahu kalau Sebastian sedang menunggu Reina. Ada salah satu gadis populer melihat Reina sedang sarapan bersama Lee. Hal ini jelas akan memicu pertengkaran jika Sebastian bertemu dengan mereka berdua. Jadi Kezia memilih untuk datang segera ke sekolahan dan membawa makanan bekal untuk mengajak Sebastian sarapan di kelas. Kezia tidak mau para murid di sekolahan berpikir kalau Sebastian sebenarnya over protective kepada Reina. Bisa jadi Kezia akan dianggap sebagai pengganggu dan bukan menjadi pasangan Sebastian sesungguhnya.
Kezia memiliki gengsi yang tinggi dan tidak mau dianggap berbohong soal hubungan serius dengan Sebastian yang sudah diceritakan kepada grup para gadis populer sekolah. Tentu saja Sebastian menerima permintaan untuk lebih dekat lagi agar Reina dilindungi dari para gadis populer yang menyeramkan. Reina dekat dengan Lee, jadi hal itu akan membuat para gadis populer di sekolah marah. Sebastian tidak mau kalau Reina mendapatkan masalah.
Lee sudah sampai di sekolah. Lelaki itu bergegas masuk ke dalam kelas untuk tidak membuat orang lain curiga karena sudah sarapan bersama Reina. Beberapa saat kemudian, sekitar sepuluh menit, Reina sudah sampai di sekolahan dan berjalan menuju ke kelas tanpa membuat orang lain curiga. Namun tetap saja para gadis populer di sekolahan sudah mengetahui hal itu dan mencegah Reina sebelum sampai di dalam kelas.
"Sini kamu! Dasar penggoda!"
Salah satu gadis populer langsung menarik rambut Reina dan menampar pipi putih mulus Reina dengan kencang hingga membekas merah. Sudah bisa diduga kalau para gadis populer di sekolahan merasa kesal dan marah karena kabar Lee dan Reina sarapan bersama. Ternyata Reina terjebak dalam perangkat yang dibuat oleh Kezia. Saat mengetahui berita Reina dan Lee sarapan, Kezia sengaja memprovokasi para gadis populer untuk memberi pelajaran kepada Reina. Sedangkan Kezia mengajak Sebastian untuk masuk ke dalam kelas agar tidak mengetahui kalau murid perempuan akan membuat perhitungan pada Reina. Jebakan ini berjalan dengan mulus karena Lee sudah di dalam kelas dan sedang diajak berbicara oleh beberapa perempuan yang sekelas dengan Lee.
"Ada apa ini? Tolong lepaskan rambutku sakit sekali!" Reina merasa kesakitan.
"Jangan pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi karena kami sudah mengetahui kalau kamu baru saja sarapan dengan Lee! Apa kamu masih mau tidak mengakui hal itu dan berdalih hanya karena kamu adalah sepupu dari Sebastian?! Kami tidak takut jika kamu sepupu dari Sebastian karna Sebastian tidak tahu apa yang sebenarnya kamu lakukan selama ini!"
"Benar! Kamu sudah mengetahui dari teman-teman di kelasmu kalau kamu yang lebih dahulu menggoda Lee! Sungguh menyebalkan melihat perempuan yang berpura-pura lugu dan tidak tahu apa-apa tapi sebenarnya adalah penggoda yang menyebalkan!"
Kali ini Reina tidak bisa lepas dari bullying yang sudah direncanakan oleh para gadis populer. Mereka geram karena sejak Reina masuk ke sekolah sebagai murid baru di tengah semester selalu saja menjadi sorotan para murid laki-laki. Hal ini rasanya tidak adil karena para gadis populer terlebih dahulu menginginkan menjadi lebih terkenal dan mendapatkan perhatian dari Lee Jackie, tetapi semua perhatian diambil oleh Reina.
Reina mendapatkan serangan bukan hanya sekedar perkataan saja melainkan juga serangan fisik. Mulai dari rambut yang ditarik, pipi yang ditampar, kaki yang ditendang, hingga menyiram wajah Reina dengan air. Mereka terlihat sudah keterlaluan memperlakukan Reina karena menahan emosi sudah sejak lama dan baru hari ini Kezia mengizinkan mereka memberikan pelajaran pada Reina.
"Ampun. Jangan memperlakukanku seperti ini. Kalian melakukan hal ini sama saja dengan bullying. Kalau guru tahu, kalian akan mendapatkan permasalahan yang serius!"
Reina mencoba membela diri dan melawan agar bisa terbebas dari pengeroyokan pagi itu di belakang sekolah. Namun seolah-olah murid lain tidak mau peduli dan tidak mau ikut campur atas apa yang dilakukan oleh para gadis populer sehingga Reina makin tersiksa menjadi bahan bullying. Terlihat jelas kalau para gadis populer itu sangat mengerikan ketika marah dan tidak main-main ketika berkata akan menghajar Reina.
"Tidak ada ampun bagimu!"
Permintaan Reina justru membuat para gadis populer semakin kesal dan marah. Mereka terus melakukan serangan kepada Reina yang sudah tersungkur kalah menghadapi beberapa gadis sekaligus. Reina menangis karena tak tahu apa kesalahannya hingga diperlakukan seperti ini.