Reina diperlakukan tidak baik oleh para gadis populer di sekolahan. Beberapa murid yang mengetahui hal itu tidak melerai justru meninggalkan begitu saja karena takut akan terkena masalah. Namun yang namanya hal buruk mau ditutupi seperti apapun pasti akan diketahui juga. Salah satu lelaki yang berada di kelas yang sama dengan Reina mengetahui hal itu dan langsung kembali ke kelas untuk memberitahu Lee.
"Lee! Kawan-kawan semua! Reina dikeroyok para gadis populer di belakang sekolahan sekarang! Ayo kita tolong!"
"Apa?! Reina!" Lee langsung panik dan berlari keluar dari kelas meski dicegah oleh para murid perempuan.
Lee merasa sangat khawatir dengan apa yang dikatakan oleh teman sekelasnya apakah mungkin benar Reina sedang mengalami bullying? Lee semakin khawatir karena sudah mendekati jam masuk kelas tetapi Reina belum kelihatan. Benar saja saat Lee sampai di belakang sekolah, ada orang yang berkerumun. Herannya saat Lee menyibak kerumunan, ternyata bukan Reina yang berada di sana.
"Apakah kalian melihat Reina di sini?" Lee bertanya pada kerumunan para murid perempuan yang ada di sana.
"Kami tidak melihat, Lee. Ada apa?"
"Tak apa. Maaf."
Lee langsung mencari di mana Reina berada karena merasa ada sesuatu hal yang buruk benar-benar menimpa gadis itu. Namun sudah mencari ke sana dan kemari tidak menemukan Reina sama sekali di sekitar sekolahan. Ternyata para gadis populer sudah mengetahui kalau ada yang memberitahu Lee. Mereka langsung menarik Reina masuk ke dalam kamar mandi perempuan. Tidak mungkin Lee mencari ke sana.
"Awas saja kalau kamu berani mengadu kepada guru atau kepada sepupu apalagi kepada Lee! Kami tidak akan segan-segan untuk membuat perhitungan langsung padamu. Anggap saja hal ini merupakan sebuah peringatan kepadamu untuk tidak berbuat seenaknya dan memonopoli Lee!"
Reina hanya mengangguk karena takut diserang lagi oleh para gadis populer. Reina ditinggalkan begitu saja di kamar mandi perempuan dengan kondisi tubuh yang sakit semua. Reina tidak sanggup masuk ke kelas. Gadis itu meraih tas dan mengambil ponselnya. Reina ingin menelepon Lee untuk mengantarkan pulang, tetapi justru menelepon Sebastian. Reina takut kalau Lee marah dan melaporkan ke guru. Reina pikir Sebastian akan segera mengantarkan ke rumah dan lebih baik Reina tidak sekolah hari itu.
"Sebastian ...." Reina tidak sanggup berkata saat telepon diangkat oleh Sebastian.
"Ada apa? Kamu di mana?"
"Tolong aku ... aku di kamar mandi dekat belakang sekolah."
"Iya, aku ke sana!" Sebastian langsung panik menerima telepon dari sepupunya yang terlihat lemas dan tidak berdaya. Pasti ada sesuatu hal yang buruk menimpa Reina.
"Mau ke mana, Sebastian?" Kezia bertanya karena khawatir lelaki itu akan menemui Reina.
"Sebentar aku mau pergi."
Sebastian langsung berlari keluar dari kelas untuk menuju ke kamar mandi perempuan yang dimaksud oleh Reina. Sebastian takut kalau ada bullying karena di sekolah itu memang sering terjadi bullying. Apalagi terhadap murid yang dianggap akan menjadi saingan para murid populer. Di Sekolah terkenal itu memang sudah menjadi hal biasa adanya bullying. Jadi Sebastian berasal semakin khawatir dengan kondisi Reina. Harusnya Sebastian tidak membiarkan Reina pergi sendirian.
"Reina! Apa yang terjadi?!" Sebastian langsung masuk ke kamar mandi perempuan tanpa berpikir panjang dan menemukan Reina tersungkur sedang menangis di sana sendirian.
"Sebastian ... sakit ... Antar aku pulang, Sebastian ...."
"Siapa yang melakukan ini kepadamu? Katakan kepadaku dan aku akan membuat perhitungan kepada mereka!"
"Jangan ... tidak usah. Antar aku pulang saja. Tolong, Sebastian ... jangan beri tahu siapa-siapa. Aku mohon ...."
"Baik, baik! Ayo pulang."
Sebastian pun berhenti bertanya dan berusaha tenang. Lelaki itu langsung menggendong tubuh Reina dan bergegas untuk membawa pulang sepupunya yang baru saja mengalami bullying. Sebastian fokus untuk membawa sepupunya segera pulang ke rumah menggunakan taksi. Tak peduli kalau tas Sebastian masih di dalam kelas, lelaki itu berusaha untuk segera membawa Reina pergi dari sekolahan. Beberapa murid melihat kejadian itu dan hanya diam tidak menolong sama sekali. Sedangkan para guru sudah berada di kantor guru untuk memulai pembelajaran menunggu bel berbunyi.
"Bertahanlah, Reina. Aku akan membawamu segera pulang ke rumah."
Reina akhirnya tidak sadarkan diri karena merasa trauma akibat bullying. Sebastian marah dan ingin mencari tahu siapa yang melakukan hal ini kepada sepupunya tetapi saat ini yang menjadi prioritas adalah kesehatan Reina. Sebastian sudah sampai di rumah dengan taksi dan membayar ongkos tersebut serta membawa Reina masuk ke dalam rumah untuk diobati. Tubuh gadis itu lemas dan tidak berdaya saat Sebastian membaringkan di sofa. Sebastian panik dan mengambil air hangat untuk mengompres serta minum teh hangat untuk minum Reina.
"Reina, aku mohon untuk bangun dan minum teh hangat ini."
Reina tidak memberikan respon sama sekali karena pingsan. Sebastian segera mengambil minyak untuk menyadarkan Reina yang terlihat pingsan karena kedinginan dan trauma. Beberapa saat kemudian gadis itu pun membuka mata perlahan dan sadarkan diri.
"Sebastian ...."
"Iya, aku ada di sini dan kita sudah berada di rumah. Kamu aman di sini jangan takut. Minum dulu. Pelan-pelan, Reina."
Sebastian membantu Reina untuk duduk dan meminum teh hangat. Sebastian sangat khawatir dengan kondisi Reina. Lelaki itu mencoba untuk tenang agar Reina tidak ketakutan karena trauma atas bullying. Ada beberapa orang yang kuat menghadapi bullying, tetapi sebagian lainnya tidak kuat dengan bullying dan bisa mengakibatkan trauma yang mendalam atas kehidupan. Herannya pagi itu saat pulang ke rumah juga tidak ada Bibi Shelena.
"Sebastian, terima kasih banyak. Tolong ... aku mohon jangan bilang ke Bibi Shelena atau para guru. Mereka akan mengulangi lagi kalau tahu aku memberitahu orang lain."
Reina ketakutan dan tangannya gemetar. Terlihat sekali kalau apa yang dilakukan oleh para gadis populer atau siapa pun itu sudah membuat Reina trauma ketakutan. Sebastian langsung memeluk tubuh Reina dengan erat. Sebastian bisa merasakan ketakutan Reina teramat dalam karena kejadian pagi ini.
"Iya, Reina. Tenang. Aku tidak akan melaporkan hal ini. Kamu tidak perlu khawatir. Sekarang katakan kepadaku apa yang sakit?"
"Maafkan aku, Sebastian. Maaf kalau membuatmu khawatir. Aku seharusnya tidak pergi ke pesta tadi malam. Aku juga tidak seharusnya pergi ke sekolah lebih awal untuk menghindari kamu. Aku menyesal."
Reina justru merasa bersalah dan menangis. Padahal kejadian ini bukan kesalahan Reina. Sebastian mencoba menenangkan Reina meski tahu ini semua karena para gadis populer yang tidak jelas menyerang Reina karena iri. "Kamu tidak bersalah, Reina. Tenang saja. Sekarang jangan menangis. Aku ada di sini. Jangan bersedih lagi. Aku yang bersalah karena cemburu jadi marah kepadamu. Maafkan aku, Reina. Aku hanya terlalu marah melihat Lee bersamamu."
"Sebastian ... aku sangat sedih."
Reina menangis tersedu-sedu. Merasa bersedih dengan apa yang terjadi pada diri sendiri karena hanya menyusahi Sebastian apalagi Lee juga pasti khawatir di sekolah. Reina tidak ingin hal buruk ini terjadi tetapi entah kenapa kehadiran Reina di sekolah membuat banyak murid perempuan membenci kehadiran Reina.
"Tenang, Reina. Aku yang meminta maaf sehingga hal seperti ini terjadi tanpa aku ketahui."
Sebastian masih memeluk Reina dan mengusap punggung Reina. Sebastian tetap akan menyelidiki siapa saja yang terlibat dengan kasus pembullyan terhadap Reina pagi ini. Meski Reina tidak memperbolehkan untuk melaporkan hal ini kepada Bibi Shelena atau para guru, Sebastian tetap akan mengurus hal ini sesuai dengan apa yang akan dilakukan dengan cara lelaki itu sendiri. Di sekolahan Sebastian sebenarnya memiliki banyak teman tetapi sikap dingin lelaki itu membuat orang-orang sungkan terhadap Sebastian.
"Iya, Sebastian. Maafkan aku sudah merepotkan."
"Kamu sama sekali tidak merepotkanku."
Pagi itu Sebastian dan Reina tidak jadi bersekolah dan membuat para murid lainnya merasa khawatir. Lee mencoba menghubungi ponsel Reina dan tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Kezia juga menelepon ponsel Sebastian tetapi tidak mendapatkan respon sama sekali padahal tas lelaki itu masih di dalam kelas. Kezia merasa khawatir kalau apa yang dilakukan oleh para murid perempuan yang populer di ketahui oleh Sebastian.
"Bagaimana ini? Kenapa Sebastian tidak kembali ke kelas? Apa Sebastian tahu yang menimpa kepada Reina? Aku harus bagaimana ini?"
Kezia merasa takut karena para gadis populer bisa memarahi Kezia kalau Sebastian ikut campur. Kezia sudah memberikan jaminan Sebastian tidak akan ikut campur, jadi jika ada hal buruk pasti para gadis populer akan menyalahkan Kezia. Kezia pun mengirimkan pesan di grup gadis populer sekolah agar lebih waspada karena Sebastian tidak kembali ke kelas.
Lee merasa semakin khawatir karena bel tanda mulai pelajaran sudah berbunyi dan tidak ada tanda-tanda dari Reina masuk kelas. Lee meminta izin pada guru untuk pergi terlebih dahulu ke rumah Reina karena merasa ada hal yang tidak wajar terjadi. Guru memberikan izin karena Lee merupakan murid berprestasi dan juga kedua orang tua lelaki itu memberikan sumbangan banyak. Lee merasa ada hal yang terjadi menimpa Reina dan lelaki itu berinisiatif untuk pergi ke rumah Reina. Siapa tahu Reina tidak jadi sekolah dan kembali ke rumah.