"Sebastian ...."
"Ya?"
"Kenapa kamu begitu peduli kepadaku? Padahal selama ini semenjak kita kecil belum pernah bertemu. Lalu tentang kedua orang tuaku pun kamu tidak mengetahui sama sekali, bahkan Mamamu tidak cerita, bukan?"
"Kenapa bertanya soal ini?
"Ah, aku hanya merasa penasaran saja dengan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sebenarnya kamu pikirkan."
Reina dan Sebastian berjalan bersama menuju ke rumah setelah pulang sekolah. Kali ini mereka tidak naik bis karena cukup banyak orang yang selalu memperhatikan dan mengganggu mereka berdua. Sejujurnya, wajah cantik Reina pasti menjadi perbincangan sedangkan wajah tampan Sebastian pasti menjadi daya tarik tersendiri bagi para gadis. Jadi, daripada keduanya merasa kesal dan juga cemburu satu dengan yang lain, mereka memilih untuk jalan kaki. Mereka juga tidak menjelaskan kenapa lebih memilih berjalan kaki dari pada naik bis. Itu menjadi rahasia di hati masing-masing.
Lee mengirimkan pesan kepada Reina. Hanya memastikan kalau gadis itu baik-baik saja dan pulang dengan selamat. Selama sebulan ini Lee menjadi over protektif karena khawatir dengan Reina yang pernah mengalami bullying tanpa mendapatkan pembelaan. "Reina, apakah kamu sudah sampai rumah? Apakah baik-baik saja pulang bersama Sebastian?"
Reina melihat ponselnya dan membalas pesan dari Lee sambil tersenyum. "Tenang saja. Aku baik-baik saja pulang bersama Sebastian. Sebastian itu baik."
Sebastian melihat ke arah gadis yang berjalan di sampingnya sedang tersenyum sambil menatap ponsel membuat dirinya bertanya-tanya. "Siapa yang menghubungi kamu?"
"Rahasia! Kenapa ingin mengetahui siapa yang menghubungi aku?"
Reina tersenyum seolah-olah menggoda Sebastian yang penasaran. Namun Sebastian tidak kehabisan akal. "Mungkin Lee yang mengirim pesan. Siapa lagi kalau bukan Lee. Iya, kan?"
Tebakan Sebastian tepat karena raut wajah Reina berubah dari menggoda senyum-senyum sendiri, menjadi agak kesal. "Dasar sok tahu!"
Sebastian tersenyum menatap Reina yang kesal karena tebakannya benar. Saat itu, mereka tidak sengaja berpapasan dengan Mafia Kenzo yang selama ini mencari keberadaan Reina Untungnya mereka sama sekali tidak saling mengetahui dan tidak saling menatap sehingga pertemuan singkat itu hanya sekedar berpapasan.
Kenzo sudah sampai di kota itu bersama anak buahnya untuk mencari keberadaan Reina. Memang tidak mudah untuk menyisir satu kota ke kota lain dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Kenzo ingin mencari kebenaran kalau Reina benar-benar masih ada di dunia ini. Kedua orang tua Reina mengatakan kalau Reina sudah tiada.
"Tuan Kenzo, kami akan menyisir semua sekolahan dan mencari tahu tentang murid baru yang pindah di kota ini sekitar sebulan yang lalu untuk mencari keberadaan Nona Reina."
Anak buah Kenzo sangat banyak dan bekerja menyebar seperti mafia profesional yang segera menelusuri sesuai dengan perintah Tuan Kenzo. Tuan Kenzo merupakan ketua mafia yang tegas dan juga terkenal tidak kenal ampun akan orang yang sudah membangkang. Maka dari itu semua anak buah dari Tuan Kenzo melakukan hal yang diperintahkan dengan baik. Seperti saat ini sudah menyusuri berapa kota untuk menemukan Reina meski belum mendapatkan hasil. Mereka tidak tahu kalau baru saja mobil yang lewat digunakan Tuan Kenzo dan anak buahnya itu berpapasan dengan Reina dan Sebastian yang berjalan menuju ke rumah.
"Lakukan yang terbaik untuk menemukan gadis itu!" Tuan Kenzo menegaskan untuk mencari dengan teliti agar tidak ada yang terlewat.
"Baik, Tuan Kenzo!"
Tuan Kenzo menatap ke arah jalanan dan tidak melihat saat Reina berjalan dengan Sebastian. Kenzo ingin sekali menemukan kenyataan soal Reina. Apakah benar masih hidup atau meninggal seperti yang dikatakan oleh kedua orang tua Reina yang suka berdusta? Tuan Kenzo tidak akan membiarkan Reina pergi begitu saja setelah apa yang terjadi selama ini.
Reina dan Sebastian sudah sampai di rumah. Mereka ke kamar masing-masing karena Bibi Shelena tidak ada di rumah. Belakangan ini Bibi Shelena jarang pulang dengan alasan pekerjaan yang menumpuk jadi mau tidak mau Reina dan Sebastian lebih banyak waktu bersama bahkan untuk sehari-hari di rumah dan di sekolahan juga. Sebastian bisa memasak dan setiap pagi dan malam memasak untuk dimakan berdua. Sedangkan Reina hanya membantu saja karena tidak bisa memasak.
"Nanti jam lima sore mulai memasak, ya?" Reina bertanya pada Sebastian sebelum berpisah masuk ke kamar masing-masing.
"Iya. Mamaku tidak pulang karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan."
"Ok. Aku mau tidur dulu. Lelah di sekolah banyak sekali pelajar yang sulit aku mengerti."
"Ada tugas yang harus dikerjakan di rumah?"
"Ada, tapi nanti saja."
Reina bergegas berjalan menuju tangga untuk naik ke lantai tiga. Gadis itu sama sekali tidak tahu jika ada beberapa anak buah mafia yang sedang mencari dirinya. Entah siapa itu Kenzo, Reina sama sekali tidak mengetahui. Bahkan kedua orang tua Reina yang tiba-tiba menghilang dengan kabar kecelakaan dan meninggal itu begitu ganjil di benak Reina. Gadis itu percaya kalau kedua orang tuanya sebenarnya masih hidup. Namun entah di mana kedua orang tua Reina berada.
Reina letakkan tas di atas kursi dan kemudian melepaskan sepatu dan berganti pakaian. Gadis itu segera berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Reina meraih ponselnya yang berada di atas meja. Menatap beberapa pesan yang sudah masuk berasal dari kekasih Reina yaitu Lee dan ada satu pesan dari sahabat Reina di media sosial yang terlihat mencurigakan.
"Reina, ada yang mencarimu di sekolahan dan orang itu menakutkan. Aku mengatakan tidak tahu sama sekali. Lebih baik kamu berhati-hati. Oh iya, untung saja semua akun media sosialmu tidak mengunggah foto asli. Kamu harus berhati-hati, Reina. Aku yakin orang itu ada kaitannya dengan kepergian orang tuamu."
Reina merasa bingung dan langsung sakit kepala membaca pesan tersebut. Kira-kira siapa orang menakutkan yang dimaksud oleh sahabat Reina? Mengapa mereka mencari Reina. Reina segera membalas pesan tersebut dan mencoba menenangkan sahabatnya.
"Terima kasih informasinya. Kamu juga jaga diri baik-baik. Aku akan lebih berhati-hati lagi."
Setelah itu Reina terdiam untuk sejenak. Tidak bisa mengatakan apa-apa, bahkan belum membalas pesan dari Lee. Reina benar-benar merasa bingung karena tidak tahu apa yang sebenarnya menimpa kedua orang tuanya sehingga ada orang yang menakutkan mencari di mana keberadaan Reina. Apakah Bibi Shelena soal semua ini sehingga mengajak Reina segera pergi meninggalkan kota kelahirannya? Reina masih mencoba untuk menerka-nerka apa yang sebenarnya menimpa kehidupannya saat ini.
"Papa ... Mama ... Sebenarnya apa yang terjadi menimpa kalian sehingga tidak bisa kembali pulang? Lantas apakah kata pihak kepolisian yang mengatakan kalian sudah meninggal tanpa membawa jasad kalian merupakan sebuah tipu daya agar orang jahat itu tidak lagi mencari kalian? Papa ... Mama ... Aku merindukan kalian ...."
Tak terasa air mata menetes di pipi Reina. Gadis itu merasa sedih dan memikirkan kedua orang tuanya sendirian. Bahkan untuk menceritakan semua itu kepada Lee pun Reina tidak sanggup. Reina takut kalau Lee merasa terbebani dengan hal ini. Apalagi kalau bercerita kepada Bibi Shelena atau Sebastian pasti hanya akan menambah beban pemikiran mereka dan juga membuat mereka khawatir dengan kondisi Reina. Reina sama sekali tidak mengetahui kalau biaya sekolah dan juga kehidupan sehari-hari merupakan uang dari usaha orang tuanya yang dipegang oleh Bibi Shelena. Terkadang Reina merasa di rumah itu hanya menjadi beban bagi kehidupan mereka yang sudah berjuang. Bibi Shelena merupakan cerminan single mom yang pekerja keras dan sangat mengutamakan Sebastian. Reina merasa hanya menambah beban dari Bibi Shelena yang sudah berupaya sebaik mungkin menjalani kehidupan.
Beberapa saat kemudian, panggilan di ponsel Reina buat gadis itu berhenti menangis dan mengusap air mata terlebih dahulu sebelum mengangkat telepon. Ternyata sesuai dengan apa yang nggak di situ pikirkan bahwa yang menelepon merupakan Lee Jackie.
"Hallo, Reina."
"Hallo, Lee."
"Reina sedang apa? Kenapa kamu tidak membalas pesan dariku?"
"Oh, maaf, Lee. Aku lelah dan ketiduran."
"Oh, begitu. Maaf kalau aku mengganggu. Aku hanya khawatir."
"Tidak apa, Lee. Aku mau tidur lebih dulu, ya. Nanti sore aku memasak dan mengerjakan tugas sekolah."
"Iya, Reina. Sampai bertemu besok pagi, ya."
"Iya, Lee. Sampai berjumpa besok."
Reina menghela nafas setelah panggilan telepon itu pun usai. Gadis itu sama sekali tidak ingin menunjukkan kesedihan hatinya kepada orang lain termasuk Lee. Bagi Reina, tersenyum dan terlihat bahagia setiap hari merupakan hal yang wajib agar orang-orang yang berada di sekitar Reina tidak ikut merasakan kesedihan. Reina pun meletakkan ponselnya di atas meja. Berharap semua akan baik-baik saja dan orang tua Reina masih hidup entah di mana pun mereka berada.
Reina memilih memejamkan matanya. Dia terlelap dalam segala kegelisahan hati yang menderu. Reina lelah memikirkan semua hal samar-samar yang membuat dirinya sendiri bingung dengan apa yang terjadi. Apakah Bibi Shelena akan menceritakan yang sebenarnya jika Reina bertanya tentang kedua orang tuanya? Reina terlelap dan bermimpi. Mimpi siang hari itu begitu menakutkan. Reina seolah-olah melihat semua kejadian yang berlangsung di sebuah rumah mewah besar yang terbakar. Rumah siapakah itu?