Sebastian tidak bisa lagi menutupi perasaan yang ada di benak selama ini terhadap Reina. Meski pertemuan cukup singkat dan tinggal berada di satu atap yang sama membuat Sebastian merasa hal yang berbeda Reina. Bukan merupakan suatu rasa antara saudara sepupu melainkan perasaan lebih dari hal itu.
"Reina, ingin melihat kamu terluka sehingga aku terpaksa menerima ajakan dari Kezia untuk pergi ke pesta tetapi aku sama sekali tidak mengerti kalau pesta itu ternyata milik kedua orang tuanya Lee Jackie. Maafkan aku sudah membuat kesalahpahaman seperti ini."
Sebastian menatap wajah gadis yang sudah berhenti menangis di hadapannya. Lelaki yang pemberani dan memiliki mental kuat itu pun berjanji didalam hati akan mengusut semua ini hingga tuntas dan mengetahui siapa saja yang menjadi di orang yang melukai Reina. Sebastian tidak akan tinggal diam begitu saja meski tidak boleh melaporkan kepada guru atau Bibi Shelena.
"Aku tidak menyalahkan kamu sama sekali. Namun ada sesuatu yang terjadi kepada hatiku saat melihat kamu berada di pesta bersama dengan Kezia. Aku juga mau minta maaf jika tidak memberitahu terlebih dahulu diajak oleh Lee pergi menghadiri pesta ulang tahun pernikahan kedua orang tua Lee."
"Reina ... Jawablah dengan jujur. Sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan Lee?"
Reina terdiam sejenak tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh Sebastian. Pertanyaan itu hanya akan membuat sakit hati ketika jawaban dilontarkan oleh gadis yang saat ini sudah resmi menjadi kekasih Lee Jackie meski hubungan itu masih disembunyikan untuk menghindari makian dan juga permasalahan di sekolah. Namun ternyata meski hubungan itu disembunyikan para gadis populer di sekolahan sudah mengetahui sesuatu terjadi antara Reina dan Lee.
Bersamaan dengan itu suara bel pintu pun berbunyi. Sebastian pun berdiri untuk melihat siapa yang menggunakan bel pintu di luar. Tidak mungkin kalau Bibi Shelena yang pulang karena memiliki akses keluar masuk rumah. Saat dilihat dari monitor kunci rumah, Sebastian terkejut karena melihat Lee berada di luar sana dengan raut wajah yang khawatir. Ingin rasanya Sebastian tidak membukakan pintu rumah untuk lelaki itu dan mengatakan kepada Reina bahwa yang menekan bel pintu hanyalah orang salah tempat. Namun sepertinya hal itu tidak mungkin dilakukan karena hanya akan memperburuk keadaan. Lee pasti akan menghubungi Reina nantinya.
"Reina ... Lee ada di depan rumah."
Sebastian langsung memberitahu sepupunya tentang apa yang dilihat di depan rumah. Reina langsung terkejut dan dalam kondisi masih lemas mencoba untuk berdiri tetapi tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh sehingga Sebastian langsung menangkap gadis itu dengan cepat. "Hati-hati ... Kamu masih terlihat lemas."
"Sebastian, apakah boleh Lee masuk ke rumah? Mungkin Lee mengkawatirkan aku dan mencariku karena aku tidak masuk ke kelas padahal tadi kami sudah berkomunikasi sejak pagi."
Sebastian terdiam sejenak lalu menatap gadis itu yang terlihat seolah memohon. Sebastian pun memilih untuk mengizinkan lelaki itu masuk ke dalam rumah. Lagi pula saat ini ada Sebastian di rumah dan bukannya Reina hanya sendirian. "Baiklah, aku akan membuka pintu. Lebih baik kamu tetap duduk di sini."
Reina menganggukkan kepalanya tanda paham. Sebastian pun berjalan untuk membukakan pintu. Saat pintu sudah terbuka, Lee dengan rasa khawatir dan emosi yang meluap-luap langsung bertanya dengan nada keras pada Sebastian. "Di mana Reina?! Reina tidak ada di sekolah dan aku sedang mencari Reina. Apakah saat ini ada di rumah?"
"Ya, masuk saja. Reina di dalam. Tapi ... Jangan panik karena kondisi Reina saat ini sedang terguncang karena sesuatu hal buruk terjadi tadi di sekolahan."
"Apa yang terjadi pada Reina?"
Lee terlihat panik dan bergegas masuk ke dalam rumah untuk menemui Reina. Melihat gadis itu duduk di sofa dan segera Lee menghampiri. Sebastian hanya bisa memandangi dari jauh karena menahan diri agar tidak emosi atau cemburu.
"Reina ... Reina ...." Lee tidak tega melihat kekasih hatinya terluka karena sesuatu hal buruk terjadi. Lee sudah menduga kalau sebenarnya memang ada bullying tetapi para murid yang berada di sekolah menutupi hal itu.
"Lee ... Aku mohon jangan melaporkan hal ini kepada guru atau siapa pun. Aku tidak mau setelah ini berlarut-larut dan menjadi sesuatu hal yang panjang." Reina sudah ketakutan terlebih dahulu karena bisa jadi Lee akan melaporkan bullying ini kepada guru.
"Iya, Reina. Aku tidak akan melaporkan hal ini kepada guru. Tapi tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepadamu? Kenapa sampai wajahmu memar dan tanganmu juga memar." Lee bersedih melihat kondisi Reina.
"Para siswi itu tiba-tiba menarik aku dan melakukan bullying padaku. Aku sebenarnya tidak tahu pasti mengapa mereka seperti itu." Reina menundukkan kepalanya tidak bisa menceritakan apa yang sudah terjadi secara penuh di hadapan Lee dan Sebastian.
Jika para gadis populer itu mengetahui saat ini Sebastian dan Lee sedang berada di rumah bersama Reina, pasti mereka akan semakin marah. Reina sebenarnya tidak menginginkan permasalahan di sekolahan maupun mencari sensasi tetapi justru para gadis populer di sekolahan menganggap Reina sebagai saingan atau gadis yang harus disingkirkan agar bisa mendapatkan Sebastian dan Lee. Reina tidak tahu mengapa di sekolahan ini hal buruk bisa terjadi tanpa diketahui para guru. Berbeda jauh dengan sekolahan lama Reina yang lebih tertib dan juga mengedepankan aturan yang jelas. Para guru juga peduli kepada para murid yang ada di sekolah.
Sebastian, Lee, dan Reina pun berbicara bersama di ruang tamu karena kondisi Bibi Shelena juga tidak akan pulang karena langsung bekerja. Reina meminta kedua lelaki itu untuk tidak melaporkan hal ini atau mengusut permasalahan ini karena hanya akan mendatangkan permasalahan-permasalahan lainnya. Reina benar-benar merasa ketakutan saat menghadapi permasalahan dengan para gadis populer.
Aakah salah perasaan Reina jatuh pada kedua lelaki yang saat ini duduk berada di hadapannya. Sebenarnya Reina tidak pernah memilih untuk mengalami permasalahan rumit seperti ini apalagi soal hati. Namun kenyataannya setelah pindah di kota ini semua terlihat lebih unik dan berbeda dengan saat berada di kota kelahiran Reina. Reina merasa canggung dengan Sebastian karena Sebastian merupakan sepupu yang belum pernah sama sekali bertemu sejak kecil hingga saat ini sudah remaja. Mungkin hal itu menjadi sesuatu yang berbeda karena biasanya Reina tidak tinggal dengan orang lain atau orang asing apalagi lelaki. Namun perasaan apa yang sebenarnya ada di hati Reina? Perasaan untuk Sebastian atau untuk Lee Jackie? Reina sama sekali tidak mengetahui perasaan apa yang membuat dirinya bingung.
Di tempat lain, Bibi Shelena sudah berada di kantornya dengan kondisi lelah. Seharian bercinta dengan Edwin membuat Bibi Shelena kehilangan tenaga. Ternyata Edwin memiliki sesuatu yang besar, panjang, dan keras sehingga membuat Bibi Shelena juga menikmati setiap permainan. Andai saja Edwin tidak memiliki barang seperti itu, mungkin Bibi Shelena tidak akan mau berlama-lama bersama Edwin. Perjanjian mereka pun berjalan dengan baik karena Edwin juga mengurus perpindahan nama pemilik perusahaan kepada Bibi Shelena demi menepati janji dan mendapatkan Bibi Shelena.
"Aku pasti bisa mendapatkanmu meski harus bertaruh harta yang besar dan juga nama baikku sebagai pengacara. Aku tahu kalau cinta butuh pengorbanan seperti saat ini. Pengorbanan yang aku lakukan sepadan dengan apa yang aku rasakan dan nikmati." Edwin tersenyum menyeringai karena tahu. Apa yang terjadi memang dalam keinginan diri sendiri dan Bibi Shelena secara nyata dan saling menginginkan. Mereka saling memuaskan dan terlihat sangat serasi. Apakah benar Bibi Shelena bisa mendapatkan salah satu perusahaan milik orang tua Reina?