"Aku nanti juga akan mengundang Kevin dan Marisa," imbuh Debi.
Memang ini tujuan utama Sania. Ia mau makan malam di rumah Debi karena merindukan Kevin, mantan kekasihnya itu. Sampai saat ini Sania masih belum bisa melupakan Kevin. Tetapi disaat bersamaan Sania juga menyimpan dendam pada lelaki itu.
"Bagaimana dengan Marisa Tante? Apa dia tidak akan keberatan?" tanya Sania seolah memedulikan perasaan Marisa. Padahal ia ingin membuat kekacauan di rumah tangga Kevin dan Marisa.
"Ah. Tidak masalah. Marisa bukan wanita pencemburu kok, jadi pasti tidak apa apa," jawab Debi dengan yakin.
Sania menaikkan satu alisnya. "Kita lihat saja nanti. Apa Marisa akan tahan satu meja makan denganku," batin Sania.
"Oh. Baiklah kalau begitu Tante," sahut Sania.
***
Kevin meraih pergelangan tangan Marisa, kemudian menggenggamnya dengan erat ketika mereka berdua sudah sampai di pelataran rumah Debi.
"Jangan sampai ibu tahu kalau hubungan kita sedang tidak baik," bisik Kevin tepat di telinga istrinya.
Marisa mendongak. "Hmm, aku mengerti," sahut Marisa. Lalu mereka berjalan masuk ke dalam rumah Debi dengan mesra seolah tidak terjadi sesuatu.
Mata Marisa dan Kevin membelalak, kemudian mereka saling memandang satu sama lain karena terkejut saat melihat Sania sudah duduk di kursi meja makan di rumah Debi. Tak hanya sania, seorang anak perempuan yang kira kira berusia tujuh tahun juga ada di sana. Anak kecil berpipi chubby dan berambut hitam panjang itu duduk di samping sania. Tapi siapa dia?
Debi yang duduk di kursi paling ujung lalu tersenyum dan melambaikan tangan kepada anak dan menantunya itu.
"Kalian sudah datang rupanya. Ayo segera duduk," suruh Debi.
Mau tak mau Marisa dan Kevin duduk di sana. Tak mungkin kan mereka pergi dan meninggalkan Sania. Karena canggung suasana menjadi hening sesaat.
"Kalian tidak keberatan kan jika Sania makan malam dengan kita?" tanya Debi memecah keheningan yang sempat terjadi.
Marisa menarik napas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. "Oh. Itu tidak masalah ibu," jawab Marisa berbohong. Sementara Kevin hanya diam dan enggan menjawabnya.
Marisa yang penasaran dengan anak kecil tadi kemudian memberanikan diri untuk bertanya, "Siapa gadis kecil yang manis ini?"
Sania mengusap lembut rambut anak tersebut dengan sayang. "Oh, ini perkenankan anakku. Namanya Namira," sahut Sania memperkenalkan anaknya.
Debi yang duduk di dekat Namira menjawil pipi anak tersebut dengan gemas. "Lihat betapa imutnya anak ini. Iya kan?"
Debi yang sudah lama mendambakan kehadiran seorang cucu sangat senang dengan kehadiran Namira di rumahnya. Apalagi Namira adalah anak yang manis dan penurut.
"Nimira, ayo ucapkan salam pada om Kevin dan Tante Marisa," suruh Sania. Namira mengangguk mengerti.
"Selamat malam om Kevin dan Tante Marisa, perkenalkan nama saya Namira, salam kenal," ucap Namira. Ia kemudian menunjukkan senyuman manisnya.
Marisa menanggapinya dengan senyuman lalu berkata, "Namira memang gadis yang manis."
Sementara Kevin tak mau menanggapinya. Ia meminum air putih di gelas yang ada di depannya.
Debi menghela napas dengan berat. "Seandainya saja kalian punya anak semanis ini, ibu pasti akan sangat senang."
Mata Kevin membulat kemudian menyemburkan air yang ada di mulutnya. Terkejut dengan apa yang ibunya katakan.
Kevin menatap wajah istrinya sekilas. Dilihatnya mata wanita itu sudah berkaca kaca karena sedih. Hatinya hancur seketika, karena secara tidak langsung sudah dibanding bandingkan dengan Sania yang sudah mempunyai anak.
Kevin mengambil tisu yang ada di depannya, kemudian mengelap mulutnya dengan kasar.
"Ibu kenapa bicara seperti itu sih?!" Kevin menatap ibunya tak suka.
"Memangnya kenapa? Aku memang ingin punya cucu. Dan kalian sampai saat ini nyatanya belum bisa memberi aku cucu," cibir Debi.
"Coba saja Sania yang menjadi menantuku, aku akan hidup bahagia karena telah memiliki cucu." Selera makan Debi menguap seketika. Ia lalu bangkit dari tempat duduknya.
"Maaf ya Sania, atas keributan ini. Kamu bisa temui aku di kamar," ucap Debi sebelum pergi.
"Iya Tante," sahut Sania dengan canggung. Tapi pura pura. Padahal aslinya dia senang dengan pertengkaran yang terjadi. Seakan bisa membalas luka yang Kevin berikan di masa lalu.
Karena takut dengan situasi yang kacau anak Sania menangis sambil memeluk ibunya sambil berkata, "Mama aku takut," rengeknya.
"Kalau begitu ayo kita pulang ya nak," sahut Sania membelai lembut rambut Namira, agar anak itu lebih tenang.
"Maafkan atas kekacauan kali ini Sania," ucap Kevin. Ia mengusap dengan lembut lengan istrinya yang saat ini merasa tertampar oleh ucapan Debi.
"Tidak apa apa," sahut Sania. Ia dan Namira kemudian pamit untuk pulang.
***
Sania kini sudah berada di kamar di rumahnya sendiri. Setelah mengantar Namira ke kamarnya dan menidurkannya.
Sania lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil tertawa puas. "Lihat karma yang kamu dapat karena telah berani mengkhianati aku dulu," gumamnya.
Sania kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan membuka lemarinya. Ia mengambil sebuah album foto dari dalam sana. Perlahan Sania membuka demi foto yang ada di dalamnya.
Album foto tersebut berisi foto-foto kenangan sewaktu Sania masih menjalin kasih dengan Kevin.
Lembar demi lembar bercerita bagaimana indahnya kisah cinta antara Kevin dan Sania dulu. Membuatnya tanpa sadar tersenyum sendiri. Namun sayang, kini hanya menjadi kenangan. Lantaran Kevin lebih memilih Marisa ketimbang Sania.
Kevin yang waktu itu masih berstatus sebagai pacar Sania tega membohongi kekasihnya dengan menjalin hubungan dengan Marisa secara diam diam. Marisa pun juga tidak tahu jika Kevin sudah punya pacar selain dirinya. Merasa terkhianati Sania kemudian meminta penjelasan dari Kevin. Saat itu Sania memergoki Kevin dan Marisa berciuman di kamar Kevin.
"Jadi hubungan kita menjadi renggang gara gara Marisa kan?" tanya Sania menatap Kevin menyelidik.
Marisa tak kalah terkejut, karena Marisa pikir dialah satu satunya milik Kevin. Ternyata dugaannya selama ini salah.
"Hubungan? Apa maksudmu?" tanya Marisa tak mengerti.
"Aku pacar Kevin! Dan asal kamu tahu aku dan Kevin sudah menjalin hubungan selama tiga tahun ini," jawab sania.
"Aku juga pacar Kevin," ucap Marisa.
Mendengar hal itu sontak tangan Sania melayang dan mendarat dengan keras di pipi Kevin.
"Kita putus!" geram Sania sebelum akhirnya pergi meninggalkan Kevin.
Belum sembuh pedasnya bekas tamparan yang Sania berikan. Kini Marisa maju dan menampar pipi Kevin juga.
"Dan aku juga minta putus!" Setelah itu Marisa pergi.
Sania kala itu menangis sejadi jadinya di dalam kamar kostnya. Ia tak menyangka hubungannya dengan Kevin akan kadas seperti ini.
Lantaran merasa tak cocok satu sama lain, awalnya Sania dan Kevin sempat tak bertemu untuk sementara waktu. Dan ketika Sania ingin memperbaiki hubungan dan pergi ke kost Kevin. Tak disangka ia malah mendapati Kevin yang telah mengkhianatinya.
"Dasar bodoh. Kamu meninggalkan aku untuk wanita jelek itu?! Lihat saja nanti kamu akan menyesal Kevin!" umpat Sania mengepalkan kedua tangannya.
Sania menangis sambil mengelus perutnya.
"Lalu bagaimana dengan nasib anak ini?"