Chereads / Cinta Indigo / Chapter 18 - 18. Khodam Pembuka

Chapter 18 - 18. Khodam Pembuka

"Ehem..., kayaknya ada yang happy nih. Bau-baunya ada yang jadian tadi. Soalnya, mukanya kayak matahari, bersinar, hahaha...," goda Queen sesaat setelah Unin pulang diantar Devan.

"Kannnnn..., dasar dukun, selalu tau apa yang lagi aku alamin. Lagian, Lola sama kamu semangatin aku buat buka hati sama Devan. Jadi ya, aku coba buat jalanin ini tanpa ekpektasi tinggi. Walaupun aku tau, gakkan mudah jadi pacar seorang Devan. Tapi, kalau denger dari ceritanya, orang tua dan keluarganya cukup demokratis sih. Nyerahin keputusan sama anaknya. Aku takut kayak sinetron atau drama yang suka ku tonton, kalau orang kaya cuman mau berpasangan sama oarng kaya. Tapi tetap, aku gak mau terlalu berharap lebih juga. Takutnya, saat gak sesuai sama khayalanku, sakit hatiku lebih lagi dibanding sebelumnya. Owh iya, besok kita ketempat Kamila. Diajakin makan malem, katanya Mama ulng tahun. Besok aku cariin kadonya deh di Mall sekalian kerja."

"Okeh. Aku buatin hampers juga deh. Gak enak, kalau datang cuman bawa kado. Besok aku mau baking cake sama cookies, biar kasih Lola juga. Aku seneng, kamu dah mau buka hati. Semua proses hidup itu gak ada yang mudah, bahkan saat jatuh cinta. Tapi, kamu jangan pernah takut buat ngungkapin perasaan kamu yang sebenarnya. Jangan sampai suatu saat kamu ngerasa menyesal. Aku tau, cerita cinta kamu sebelumnya bikin sakit. Walau lukanya itu sulit sembuh, tapi obat patah hati ya jatuh cinta lagi. Aku liat juga, Devan anaknya baik."

Keduanya tersenyum, menyetujui apa yang dikatakan oleh Queen. Unin pun masuk ke kamar mandi yang berada didalam kamar tidurnya untuk menyegarkan diri dan berganti pakaian. Saat ia keluar dari kamar mandi, ia melihat Queen sedang telungkup seperti menahan sakit.

"Queen..., kamu kenapa?" Dengan penuh khawatir, ia berlari kecil menghampiri Queen dan mencoba membantunya untuk duduk.

Queen menjawab dengan terbata, "A-aku sedang diserang. Kamu jangan sampai kosong, ya. Baca ayat suci," titah Queen.

Walau kebingungan, Unin mengikuti perintah Queen. Ia melihat sepupunya seperti sedang menahan tekanan yang besar. Queen berkeringat dan meringis, sampai akhirnya ia tiba-tiba saja duduk bersila. Matanya terpejam dan ia mulai menggeram.

"Gggrrrmmm..., Saha anu wani nyerang incu urang?" (Siapa yang berani nyerang cucu saya?)

Unin terkejut, suara Queen bukan seperti biasanya. Suaranya lebih serak dan berat, seperti sudah berumur tua. Anehnya,dia tidak merasa ketakutan melihat sepupunya yang sedang kerasukan. Queen seperti sedang berdialog dengan makhluk tak kasat mata. Ia menunjuk ke arah pintu kamar.

"Ngaganggu incu urang, berarti nyangharepan urang... Kadieu, lawan urang!" (Mengganggu cucu saya, berarti menghadapi saya... Sini, lawan saya!")

Queen seperti berduel dengan seseorang. Hanya saja, ia dalam keadaan duduk. Hanya tubuh bagian atas yang bergerak seperti sedang melawan kekuatan besar. Unin hanya bisa menyaksikan sambil membaca ayat suci dalam hatinya. Tak lama kemudian, Queen kembali tenang dan seolah menatap Unin dengan mata masih tertutup.

"Neng, kudu silih jaga, silih nyaah. Abah ngajaga incu Abah. Pasihan terang, ulah sieun nyanghareupan jelema dzalim. Aya Allah nu ngajaga. Sing regep kanu ibadah." ( Neng, harus saling jaga, saling sayang. Abah menjaga cucu Abah. Kasih tau, jangan takut menghadapi orang dzalim. Ada Allah yang jaga. Rajinlah ibadah.)

Setelah memberi petuah, Queen membuka mata perlahan dan mengatur nafasnya. Ia seperti habis berlari beberapa kilometer dan menyeka keringat yang memenuhi dahinya. Energinya terkuras habis saat melawan dukun dan kiriman ghaibnya tadi.

"Kamu gak apa? Tadi kenapa?" tanya Unin sambil memberikan air minum yang memang selalu tersedia disamping tempat tidurnya.

"Tadi ada serangan dari dukunnya Sri. Yang masuk ketubuhku itu Khodam. Yang jaga aku, dia jaga garis keturunan kita. Sri gak suka Siska ditampar kemarin. Makanya dia datang lagi ke dukun untuk minta nyantet aku, makanya Abah murka. Abah ngasih wejangan, ya?Aku sayup-sayup denger sih," jelas Queen.

"Ya, kita disuruh saling jaga dan sayang. Jangan takut sama orang dzalim karena ada Allah. Sama jaga ibadah. Abah ini wujudnya gimana, sih?" tanya Unin penasaran.

"Kayak kakek-kaket tapi udah tua banget gitu. Bersorban dan pakaian serba putih. Dia itu salah satu khodam atau penjaga kekuarga kita sih, ada wujud lain juga. Mau gimanapun,bangsa mereka kan bisa berubah wujud apapun. Kamu gimana tadi liat aku kayak gitu, takut gak?"

"Ya itu, kok aku gak ngerasa takut ya. Apa mungkin karena dah liat kamu sebelumnya waktu nolongin orang. Tapi emang aura kamu saat kerasukan Abah tuh bikin tenang gitu. Makanya, aku gak ngerasain takut, kecuali khawatir pas tadi adegan kayak kamu lagi duel. Kamu pasti capeknya kalau dah kerasukan gitu. Pasti lapar kan, aku pesenin makan, ya?" ucap Unin.

"Fix, kamu udah jadi dukun. Kok tau kalau aku jadi laper,hahaha...," goda Queen.

"Dih, ogah jadi dukun. Aku tuh gak habis pikir sama Sri, segitu bencinya sama kamu. Padahal kamu bukan ancaman buat dia. Bima aja nyiksa kamu. Obesesi banget kayaknya bikin kamu menderita." kesal Unin.

"Namanya juga hatinya dah hitam. Orang dengan penyakit hati, ya begitu. Aku cuman berharap dia bisa dikasih waktu taubat sebelum kena azab. Azab Allah kan, ngeri." jelas Queen dengan tenang.

"Kamu gak benci mereka? Ya aku tau sih, dari dulu kamu emang cewek penyabar banget. Manut aja gitu. Tapi kan, yang

udah dilakuin mereka sama kamu itu, jahat." Unin selalu merasa kesal jika ingat perlakuan Bima pada Queen.

"Ngadepin orang kayak gitu ya percuma kita benci. Kok malah nanem benih penyakit hati. Biarin aja, ikhlasin aja. Ada Allah yang bantu. Aku selalu yakin, hidup kita kan, sudah ada garis suratannya. Aku cuman mau jalanin dengan sebaik mungkin. Lagian, apa yang kita do'akan untuk orang lain kan, do'a untuk diri kita sendiri. Biarlah mereka tersesat dengan pemikirannya sendiri. Kita jangan ikutan gila," jelas Queen.

Begitulah Queen. Ia memang mempunyai kepribadian yang sangat baik. Bukan sesorang yang akan mendendam. Ia selalu menjalani hidupnya dengan baik dan sabar sesulit apapun itu. Untung saja, sifatnya seperti sang ayah, bukan seperti ibunya. Itu kenapa, Unin sangat menyayangi sepupunya yang satu itu. Mereka pun memang dekat sedari kecil.

"Iya juga, sih. Kita jangan sampe ngikutin nafsu yang mereka lakuin ke kita. Tapi kan, ada waktunya juga kita harus balas. Biar orang yang dzalim sama kita tau, kita itu gak takut."

Queen menggengam tangan Unin, "Aku kan melawan, tapi tidak membalas. Sekarang aku lebih berani karena aku tau sepupuku yang satu ini gakkan biarin aku sendirian. Makasih ya Nin, kamu udah mau berjuang buat aku kemarin. Kamu ngambil resiko besar buat jemput aku dirumah Bima. Do'aku selama ini sudah terkabul satu persatu. Buah kesabaranku selama ini dan selalu percaya sama jalan Allah buatku. Ujian hidup dari Allah gakkan pernah melebihi kemampuan kita. Selama kita ikhtiar dan ikhlas berpasrah, suatu saat, kita bisa merasakan kebahagiaan dunia maupun akhirat. Insya Allah. Jangan terlalu fokus dengan apa yang membuat kita terluka, tapi Pikirkan apa yang ada didepan sana, yang sedang menanti kita untuk bahagia. Jadi,kamu pun akan bahagia disaat yang tepat, begitupun aku. Jadi sekarang, kita kenyangin perut kita dulu,hahaha...," goda Queen yang menjawil dagu sepupunya. Keduanya terbahak dan merasa semakin dekat seperti dahulu semasa kecil.

Akhirnya, malam berganti pagi. Saat itu,Unin sedang bersiap untuk bekerja, sedangkan Queen sedang berada didapur. Tiba-tiba kakinya terasa sakit. "Aduh...," Ia meringis kesakitan. "Queen. Sakit!"

Queen yang mendengar jeritan Unin bergegas menghampiri sepupunya. "Kamu kenapa?"

"Kakiku tiba-tiba sakit banget. Kayak ditusuk-tusuk. Padahal gak kena apa-apa." Unin masih meringis sembari memegang kaki kanannya.

"Sini, aku liat."

Queen memeriksa kaki Unin yang dirasa sakit. Di mengernyitkan dahinya sembari menggeleng pelan. Ia merasa, itu adalah hal ghaib. Unin bukan sakit secara fisik. Sepertinya ada kondisi yang akan terjadi yang bisa menjelsskan apa yang Unin alami sekarang.

"Nin, bentar lagi pasti ilang sakitnya. Ini bukan sakit secara fisik atau medis. Tapi aku belum tau, kenapa.bisa kamu ngerasain ini."

Benar saja, tak lama Queen berucap, sakit di kaki Unin pun menghilang. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah mungkin, ada yang sedang menyantet Unin? Jika bukan, lalu apa yang sebenarnya terjadi?