Cinta. Hal seperti itu belum pernah Eliya rasakan. Jika sekedar rasa suka, Eliya sudah mengalaminya, tapi tidak bertahan lama. Berbeda sekali dengan perasaannya pada Adam sekarang. Meski Eliya sakit hati karena dibohongi oleh Adam, nyatanya perasaan itu malah terasa semakin kuat.
Eliya bertekad di dalam hatinya, ia akan bisa membuat Adam berbalik mencintainya. Tak apa menjadi Istri kedua, asalkan perhatian Adam padanya dan Shanon seimbang. Memang Shanon sangat menarik, dalam pertemuan pertama saja Eliya sudah kagum dengan parasnya. Tapi satu kekurangan Shanon bagi Eliya, yakni Wanita itu terlalu dingin.
"Kenapa melamun saja? Memikirkan kenyataanmu sebagai Istri kedua? Atau sudah mulai sadar diri kalau kamu tidak pantas menyandar gelar Istri kedua dari Adam?" Shintia melipat tangannya di dada, senyuman sinis menambah kesan tak bersahabat darinya.
Eliya tidak terpancing, ia butuh mengenal karakter keluarga Adam. Bagi Eliya, Shintia terlihat sombong sekarang. "Aku memang Istri kedua Mas Adam, aku menerimanya dan akan membuatku menjadi Istri yang pantas."
Shintia berdecak, biasanya saat ia berusaha menjatuhkan oranglain, mereka tidak akan berani membalas perkataannya. Tapi Eliya? Bahkan ia berucap dengan tenang.
"Kamu tidak pantas, kamu tidak akan pernah bisa menggeser posisi Shanon dihati Adam. Ingat, Adam menikahimu hanya untuk menghasilkan keturunan. Kamu tidak ada bedanya dengan Wanita yang menyewakan jasa rahim!" bentak Shintia, tak ada yang mendengar karena semuanya larut dalam obrolan mereka dengan Adam dan Shanon.
Kasar sekali. Perkataan dari Shintia benar-benar menusuk ulu hati Eliya. Kenapa Shintia harus mengingatkannya tentang hal itu? Dan Eliya tidak serendah itu. Mata Eliya sudah berkaca-kaca dengan wajahnya yang bergetar karena menahan emosinya. "Jangan berkata seperti itu, Kakak ipar."
"Jangan? Kenapa? Bukan kah itu kenyataannya?"
"Memang kenyataan, tapi tidak harus mengatakannya seperti itu di depanku, Kak." Shintia mendengus sambil merotasikan matanya jengkel. Ia kemudian pergi untuk mengambil minuman dingin agar emosinya mereda. Eliya membuatnya kesal karena berani menjawabnya.
Eliya menghela nafas lelah. Shintia sungguh menambah beban dihatinya. Kenapa bisa Adam yang tenang memiliki seorang Kakak yang begitu menyebalkan?
"Eliya, mengapa diam disini? Acara tiup lilin ulangtahun sedang berlangsung. Ayo kemari," ucap Ibu Amira, ia adalah Ibunya Shanon. Eliya mengangguk dan berjalan mengikuti Ibu Amira. Saat ini yang baik padanya hanya lah Ibu Amira.
Meski acara tiup lilin sedang berlangsung, fokus Eliya hanya lah pada Adam dan Shanon yang berada di depannya—terhalang oleh meja yang tersaji kue ulangtahun super besar. Sepertinya Adam dan Shanon memiliki karakter yang sama, mereka bersikap hangat satu sama lain, berbeda sikap jika pada oranglain sekalipun keluarganya sendiri.
Semuanya berseru pada Ibu Sarah—Ibu kandungnya Adam; agar segera meniup lilin. Ibu Sarah nampak malu-malu, tak lama ia langsung meniup lilin ulangtahun miliknya. Tepuk tangan riuh terdengar.
"Semoga Ibu selalu panjang umur dan sehat."
"Ibu akan selalu terlihat awet muda sampai kapan pun."
Dan berbagai ucapan lain dilontarkan oleh mereka. Hanya Eliya yang tetap diam, sejak awal kedatangannya mereka semua memang tidak begitu menyambutnya kan. Sampai ucapan Shanon membuat semua orang memandangnya.
"Eliya, sekarang pesta penyambutan untuk pernikahanmu dengan Adam. Kemari lah, kamu dan Adam harus saling menyuapi kue kacang hijau ini dihadapan Ayah dan Ibu." Jantung Eliya berdegup kencang, perkataan Shanon membuatnya sangat gugup.
"Ayo, Eliya. Hampiri Suamimu," ucap Ibu Amira yang berdiri di sampingnya.
Dengan langkah yang berat, Eliya berjalan menghampiri Adam dan Shanon. Eliya tidak tahu ada tradisi seperti ini dikeluarga Diputra. Senyumnya perlahan tercetak saat melihat Shanon yang berdiri di samping Adam menjauhkan tubuhnya, memberikan space untuk Eliya agar bisa berdiri berhadapan dengan Adam.
Semua anggota keluarga melihat bagaimana Shanon memberikan pisin berisikan 2 potong kue kacang hijau pada Eliya. Tentu Eliya langsung menerimanya, kemudian ia menghadapkan tubuhnya pada Adam, begitupun Adam melakukan hal yang sama. Keduanya saling tatap.
"Maaf jika keluarga saya membuatmu tidak nyaman," bisik Adam tapi masih bisa di dengar oleh Eliya.
"Aku bisa menerimanya, Mas. Tapi kamu masih berhutang penjelasan sama aku," ujar Eliya. Sepulangnya mereka, Eliya akan meminta Adam untuk menjelaskan semuanya.
"Kamu kan sudah tahu, El."
"Belum semuanya, aku benar-benar ingin kamu yang cerita langsung sama aku."
Eliya menatap Adam dengan sendu, berbeda dengan Adam yang hanya balas menatap Eliya dengan dingin. Tak berlangsung lama karena adegan suap-menyuapi tengah dilakukan. Rasa manis dari sari kacang hijau yang lumer di dalam mulut Eliya tak ada artinya. Hambar, itu yang lidahnya cecap. Sedangkan Adam hanya mengunyah sebentar lalu menelannya. Adam sempat melirik Shanon yang memang sedang menatapnya.
"Cium keningnya, Adam harus melakukannya di depan kami semua." Sekali lagi permintaan yang Shanon ajukan pada Adam.
Adam mendengus mendengar permintaan itu. Ya, itu memang tradisi keluarganya. Tapi tradisi itu bisa dilakukan hanya pada Istri pertama saja. Adam tidak mengerti dengan jalan pikiran Shanon.
"Itu hanya dilakukan untuk Istri pertama saja, Shanon, tidak usah melebih-lebihkan tradisi keluarga." Shintia lah yang menolaknya. Ia tidak mau kedua matanya melihat adegan Eliya dan Adam.
"Tapi apa yang dikatakan Shanon tidak masalah, biarkan Eliya juga mengetahui tradisi keluarga. Toh Istri pertama atau Istri kedua sama saja Istrinya Adam," ujar Nenek Herlyn. Sejak awal entah mengapa Eliya sudah sangat menarik hatinya. Meski Nenek Herlyn tidak terang-terangan menunjukannya.
Tak ada yang berani beragumen dengan Nenek Herlyn. Padahal Ibu Sarah dan Pak Gusti juga kurang setuju, tapi mereka lebih memilih mengikuti maunya Nenek Herlyn saja.
"Nenek sudah setuju, jadi Adam cepat lakukan!" titah Shanon sedikit keras karena tahu Adam keberatan dengan permintaan ini.
"Demi kamu," ucap Adam. Pandangannya lurus terarah pada Shanon. Bahkan saat wajahnya perlahan mendekati Eliya, tatapannya tak lepas sama sekali dari Shanon.
Cup
Eliya merasa dahinya hangat. Ciuman Adam mendarat lama di dahinya. Saat pernikahan mereka, Adam sama sekali tidak melakukan ini. Wajar saja bila Eliya sekarang meneteskan airmata haru kan?
Dengan tergesa Adam segera mengakhiri ciuman di dahi itu. Ia sempat menatap wajah Eliya, pipi Istri keduanya itu berwarna merah merona. Adam berpikir mungkin Eliya tidak suka. Padahal Eliya tengah menahan rasa gugupnya.
Adam tidak peduli, ia meraih ponsel di sakunya dan menghubungi seseorang sambil pergi berlalu dari sana. Eliya penasaran siapa yang Adam hubungi, tapi Shanon membuatnya kembali fokus pada Ibu Sarah.
Acara belum selesai. Pembukaan kado ulangtahun adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh keluarga. Biasanya masing-masing dari mereka akan memamerkan seberapa bagus hadiah yang diberikan. Sekaligus membandingkan satu sama lain.
Eliya sempat minder karena kado miliknya tak sebesar bentuk kado yang lain. Eliya penasaran kado apa saja yang diberikan untuk Ibu Sarah. Ia sangat yakin Ibu Sarah tidak akan menerima kado yang biasa-biasa saja. Eliya semakin berkecil hati.
Srek
Ibu Sarah membuka kado pertama. Bentuknya persegi dan lumayan besar. Saat bungkus kadonya terbuka, ternyata itu adalah sebuah kotak berwarna coklat dengan ukiran Silver platinum ditengahnya. Ukiran itu terbaca 'Selamat ulangtahun ibuku yang tercinta.'
Ibu Sarah langsung menatap Shintia, ia tahu betul jika Shintia biasanya akan memberikan kotak perhiasan yang berharga fantastis. Ibu Sarah membuka kotak itu dengan perlahan. Semua orang penasaran dengan isinya.
"Woah, itu kan set perhiasan blue sapphire rancangan Matylda Gibson. Rancangannya selalu laku dan limited edition, sudah pasti harganya mahal!" seru Audrey. Dia sangat kagum dengan hadiah itu. Audrey juga pencinta perhiasan dan ia selalu mengoleksi berbagai jenis perhiasan langka.
"Pilihanku tidak pernah salah, seleraku memang tinggi dan Ibu tentu akan sangat menyukai pemberianku." Shintia yang sombong tersenyum pongah.
"Sangat bagus, terimakasih Anakku. Kamu memang sangat tahu apa yang Ibu sukai," Ibu Sarah memeluk kotak perhiasan pemberian dari Shintia. Kemudian menaruhnya di samping.
"Selanjutnya aku akan membuka hadiah yang—"
"Yang paling kecil saja Ibu, kami penasaran sebenarnya hadiah apa yang diberikan oleh Istri barunya Adam. Bentuknya lebih kecil dari semua hadiah yang Ibu terima," ucap Shintia. Ia menyeringai puas saat melihat Eliya gugup. Ya, kado dari Eliya memang tidak sebesar yang lain.
"Baik lah